"Kalau keberatan, jelaslah sebab lahan usaha semakin berkurang," katanya. Warga Lae-Lae pernah pasang rumpon, attraktor cumi-cumi namun sudah tidak jelas ke mana rimbanya setelah massifnya reklamasi di sana.
"Harapan kita ada pengganti, ada kompensasi atas hilang rumpon itu," katanya.
***
Anggota kelompok yang dibantu oleh CCDP tidak melulu yang menggunakan pancing. Ada juga anggota yang keahliannya menembak ikan, atau pakai panah. Daeng Kulle misalnya. Dia mengaku dengan menembak ikan dia bisa dapat uang hingga 100ribu perhari.
"Kapan terakhir kali melaut dan berapa nilai penjualannya?" tanyaku ke Daeng Kulle.
"Kemarin dapat 85ribu, setelah dipotong biaya bensin 15ribu, maka ada 70ribu bersih. Ini yang masuk di dompet. Ikannya dijual ke orang Cina, ke Atong," kata Kulle saat ditanyakan kapan terakhir memanah ikan. Dengan uang itu, dia membeli beras, sebanyak 5 leter dengan harga 7ribu/liter.
Dia menambahkan bahwa selain itu dia juga ikut menangkap ikan tenggiri.
"Saya puas menjadi anggota kelompok sebab semakin rajin ke laut. Selama ini kami mencari ikan tenggiri. Selama dua tahun terkahir ini pendapatan paling tinggi adalah dapat Rp. 670 ribu/hari. Itu kotor, kalau ongkos tidak seberapa. Itu pada musim tenggiri," katanya. Jika dirata-rata perhari mereka dapat 150 ribu/hari.
Sebagai nelayan Kulle dan Bella mengaku, pada musim barat mereka acap kesulitan melaut.
"Kami ini 60% persen di rumah kalau musim timur, kalau musim timur begitu juga," katanya.