"DIbanding tahun lalu, tahun ini pendapatan berkurang tapi tidak terlalu jauh. Yang ramai kalau Sabtu dan Minggu, kalau sore begini kurang," tambahnya.
"Kemarin dapat, 50ribu. Kalau dirata-rata seminggu bisa dapat 150 ribu. Bisa lebih kalau hari Minggu," sebutnya lagi. Dia memulai usaha ini dengan modal 2 juta. Hasilnya dia pakai untuk kebutuhan sehari-hari dan sekolah anaknya.
"Pernah juga dapat 200 ribu perminggu, tapi jarang segitu," tutupnya.
Bantuan-bantuan CCDP dirasakan manfaatnya oleh warga pesisir di Lombok Barat, setidaknya jika melihat dan mendengarkan tanggapan warga yang selama ini berpartisipasi dalam proyek CCDP-IFAD. Di Desa Senteluk, sebagian nelayan mengaku mendapat bantuan jaring dan itu membantunya dalam memaksimalkan tangkapan.
"Hari ini, suami saya dapat ikan tongkol. Ada 20 ekor, sebelumnya bahkan pernah dapat lebih dari 500an ekor tongkol. Ada ratusan ribu harga jualnya," kata Masnah, istri salah seorang anggota kelompok nelayan Senteluk yang dapat bantuan dari CCDP.
Sementara itu Suardi, anggota keompok Indo Samudera Senteluk, mengaku bahwa bantuan CCDP telah membuatnya bangkit untuk meningkatkan pendapatannya setelah mendapat bantuan alat-alat pertukangan untuk membuat perahu fiber.
Kelompoknya pun terdiri dari anggota dan pengurus yang cekatan dan aktif seperti Satria Utama yang merupakan sekretaris, Abdul Hakim sebagai bendahara, ada Suhardi sebagai seksi desain Suhardi, ada pula Mustar, Zulfahmi, Zukkarnain dan Hamdun.
"Dengan CCDP, kami bisa belajar meningkatkan kemampuan, masyarakat sini memang tertarik untuk berusaha, kami juga sangat dibantu oleh TPD, Memberi kemudahan dalam menyusun proposal dan pemantauannya," kata Suardi yang kelompoknya menghasilkan perahu fiber untuk dijual ke desa-desa tetangga.
Sementara itu, di Desa Batu Layar, (6/10), puluhan warga berkumpul untuk berbagi pandangan tentang pengalaman mereka menjadi bagian dari proyek CCDP. Seorang perempuan anggota kelompok bercerita bahwa selama ini gagasan atau usulan kegiatan didiskusikan dengan tenaga pendamping desa.