Proyek pemberdayaan masyarakat pesisir atau Coastal Community Development Project (CCDP) yang telah berlangsung sejak tahun 2013 akhirnya sampai di pengujung tahun. Setelah lima tahun, proyek yang didanai The International Fund for Agricultural Development bekerjasama dengan Pemerintah melalui Bappenas dan Kementerian Kelautan dan Perikanan itu akan sayonara.
"Proyek akan selesai tahun ini tapi spirit dan keberlanjutannya harus terus digelorakan. Kita sudah punya sekurangnya tujuh exit strategy untuk menjamin semangat proyek ini terus terjaga," terang Dr. Sapta Putra Ginting saat menemani tim evaluasi CCDP-IFAD di Lombok Barat dan Kota Makassar pada awal bulan Oktober lalu.
Nah, untuk memperoleh gambaran seperti apa kegiatan yang difasilitasi oleh CCDP-IFAD, mari kita simak narasi pendek berikut ini sesuai hasil pengamatan dan wawancara penulis saat berada di Lombok Barat bersama tim CCDP tersebut.
***
SORE terasa tenang di Dusun Taman Ayu, Desa Taman Ayu, Kabupaten Lombok Barat. Dua orang duduk santai di pematang kolam, seorang lainnya berjongkok memperhatikan mata kail dicecar ikan. Matahari sebentar lagi tergelincir ke petang hari.
Di sisi lainnya, lelaki Lalu Pajar memperhatikan para tetamu tersebut yang sedang menikmati pemancingan sebagaimana yang menjadi harapan Pajar.
"Ini yang kami bisa lakukan untuk memanfaatkan lahan kosong, ada pengunjung dan mereka membayar untuk menikmati dan memancing ikan," kata Lalu Pajar saat dijumpai di kolam pemancingan yang dikelolanya.
Pajar adalah ketua kelompok budidaya air tawar 'Fajar Jaya'. Dia adalah juga penerima bantuan CCDP-IFAD sejak tahun 2016.
"Usaha ini didukung karena dianggap dapat membuka peluang peningkatan ekonomi masyarakat Taman Ayu," kata Kepala Dinas Perikanan Lombok Barat, Haji Subandi terkait dukungan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dan CCDP di salah satu desa pesisir tersebut.
Taman Ayu adalah salah satu lokasi program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, atau Coastal Community Development Project yang didukung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan atas kerjasama dengan the International Fund for Agricultural Development (IFAD).
"Kami datang dari Bima, sedang kuliah di Mataram. Tahu lokasi ini dari Facebook. Senang juga," kata Widaris yang mengaku berasal dari Kampung Monta, Bima. Widaris tidak sendiri, dia datang bersama Yati yang merupakan asal Lombok Timur, ada pula Reni dari Monta, Rini dari Kota Bima. Mereka teman kuliah di semester 3 jurusan Sastra Indonesia.
"Saya sudah dua kali ke sini," kata Widaris. Mereka tertarik datang karena dianggap sangat bagus untuk foto-foto.
"Kami sudah foto-foto, sudah ambil foto. Hari ini nggak kuliah, kampus kami jaraknya sekitar 10 kilometer dari sini, naik motor," kata Widaris, mahasiswi Universitas Muhammadiyah Mataram.
"Untuk masuk ke sini kami bayar 2 ribu, untuk parkir saja," sebut Widaris. Tidak lupa mereka mengingatkan bahwa jalan menuju lokasi ini sangat sempit sehingga perlu perluasan.
"Kulinernya belum banyak, jadi masih perlu pengembangan," katanya.
***
Berdirinya pusat wisata tracking mangorve di Lembar Selatan tersebut memberikan manfaat bagi warga sekitar untuk ikut berusaha misalnya dengan membuka kedai. Seperti yang dilakukan oleh perempuan Alfiah, 35 tahun.
Dia mengaku bahwa dengan adanya lokasi ini dia bisa berjualan meski masih yang skala kecil. "Belum ada menu makanan seperti nasi atau ikan bakar," katanya.
"Hanya seperti ini, cemilan, kopi atau teh. Belum ada makanan besar," tambah perempuan beranak 1 dan berjarak dengan suaminya yang merantau ke Jawa untuk kerja.
"Sudah setahun ke Jakarta, selalu nelpon. Suami kerja di hotel," kata istri Junaidi ini.
"DIbanding tahun lalu, tahun ini pendapatan berkurang tapi tidak terlalu jauh. Yang ramai kalau Sabtu dan Minggu, kalau sore begini kurang," tambahnya.
"Kemarin dapat, 50ribu. Kalau dirata-rata seminggu bisa dapat 150 ribu. Bisa lebih kalau hari Minggu," sebutnya lagi. Dia memulai usaha ini dengan modal 2 juta. Hasilnya dia pakai untuk kebutuhan sehari-hari dan sekolah anaknya.
"Pernah juga dapat 200 ribu perminggu, tapi jarang segitu," tutupnya.
Bantuan-bantuan CCDP dirasakan manfaatnya oleh warga pesisir di Lombok Barat, setidaknya jika melihat dan mendengarkan tanggapan warga yang selama ini berpartisipasi dalam proyek CCDP-IFAD. Di Desa Senteluk, sebagian nelayan mengaku mendapat bantuan jaring dan itu membantunya dalam memaksimalkan tangkapan.
"Hari ini, suami saya dapat ikan tongkol. Ada 20 ekor, sebelumnya bahkan pernah dapat lebih dari 500an ekor tongkol. Ada ratusan ribu harga jualnya," kata Masnah, istri salah seorang anggota kelompok nelayan Senteluk yang dapat bantuan dari CCDP.
Sementara itu Suardi, anggota keompok Indo Samudera Senteluk, mengaku bahwa bantuan CCDP telah membuatnya bangkit untuk meningkatkan pendapatannya setelah mendapat bantuan alat-alat pertukangan untuk membuat perahu fiber.
Kelompoknya pun terdiri dari anggota dan pengurus yang cekatan dan aktif seperti Satria Utama yang merupakan sekretaris, Abdul Hakim sebagai bendahara, ada Suhardi sebagai seksi desain Suhardi, ada pula Mustar, Zulfahmi, Zukkarnain dan Hamdun.
"Dengan CCDP, kami bisa belajar meningkatkan kemampuan, masyarakat sini memang tertarik untuk berusaha, kami juga sangat dibantu oleh TPD, Memberi kemudahan dalam menyusun proposal dan pemantauannya," kata Suardi yang kelompoknya menghasilkan perahu fiber untuk dijual ke desa-desa tetangga.
Sementara itu, di Desa Batu Layar, (6/10), puluhan warga berkumpul untuk berbagi pandangan tentang pengalaman mereka menjadi bagian dari proyek CCDP. Seorang perempuan anggota kelompok bercerita bahwa selama ini gagasan atau usulan kegiatan didiskusikan dengan tenaga pendamping desa.
"TPD ikut mengajak perempuan-perempuan di sini untuk mempunyai pekerjaan. Saat suami melaut, kami dimotivasi untuk juga ikut menambah pendapatan keluarga," katanya.
"Bantuan untuk kelompok perempuan di sini banyak tetapi yang bisa kami cerita yang di tahun 2016, ketika CCDP masuk ke sini," ujar ketua kelompok perempuan di Batu Layar.
"Kami ambil ikan dari nelayan, kami bersihkan, buang insang dan kukus. Setelah itu membuang kulitnya lalu dipisah daging dan tulangnya. Dibumbui dan di-spinner," katanya. CCDP mebantu mereka untuk pengadaan spinner, pemilet, wajan, kompor gas, panci, hingga pisau dan Sendok.
Beberapa meter dari tempat tadi, belasan pria duduk melingkar. Mereka duduk takzim sembari berbagi cerita dengan perwakilan kantor pengelola proyek CCDP-Kementerian Kelautan dan Perikanan di Jakarta, Dr. Sapta Putra Ginting dan tim CCDP-IFAD, salah satunya Graeme McFadyen.
Salah seorang anggota kelompok penerima bantuan bernama Mahlil (36 tahun) bercerita.
"Kalau saya, terakhir kali melaut pada hari Sabtu, pada 3 Oktober, dapat nilai jugal 900ribu," tambah Mahlil.
 "Tapi tangkapan ikan tidak menentu. Minggu lalu hanya dapat dua ekor, nilainya paling 16 ribu sementara biaya ke laut 50 ribu. Meski begitu kita senang saja," katanya.
"Sebelumnya, tiga hari lalu lalu, kami dapat banyak sekali, harga jualnya hingga 4 juta lebih," kata Joko (40 tahun) nelayan lainnya.
Menurut cerita Muslih (33 tahun), usaha perikanan di Batu Layar menganut sistem bagi hasil.
"Ada bagian untuk perahu, ada untuk nelayan. Jadi kalau dapat 200ribu, 150 dibagi dua, sedang 50ribunya untuk BBM," katanya.
***
Menurut Kepala Dinas Perikanan Lombok Barat, H. Subandi yang ditemui di Lombok Barat, bantuan untuk nelayan atau warga pesisir di Lombok Barat ini memang tak terlalu besar, apalagi dikelola berdasarkan pendekatan kelompok.
"Bantuan ini sifatnya stimulan, jadi kelompok harus belajar mengelolanya dengan baik, perlahan dan terus sabar untuk terus memupuk modal. Karena tidak terlalu besar, maka kami berharap ada pendampingan dari TPD untuk mengarahkan warga mengelola aset yang diberikan," katanya.
"Bantuan untuk kelompok nelayan, sebagai misal, sekitar 40 juta, tidak banyak jika dibagi 9 atau 10 tetapi jika digunakan untuk membeli kebutuhan seperti jaring atau alat pancing tentu akan berdampak pada pendapatan nelayan. Tapi harus sungguh-sungguh, jangan dipandang remeh," pesan Subandi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H