Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Kampung Sudah Jadi Kota, Sawah Jadi Perumahan dan Bandara

12 Agustus 2021   18:01 Diperbarui: 12 Agustus 2021   19:01 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sisa gabah dari hasil panen sawah yang tergusur bandara (dok Nur Terbit)

Katanya, awal pertama tinggal di pinggir rel, gak bisa tidur karena kebisingan suara kereta api. Lama-lama sudah terbiasa. Gampang tertidur meski kereta setiap saat melintas. 

Yang belum nyambung dengan pikiran dan akal sehat saya, ya itu tadi. Apa hubungannya antara suara bising kereta dengan jumlah anak? 

Ah ada-ada aja ya hahahaha....

CERITA PULO TIMAHA BEKASI

"Wah...reportase yang keren dan lengkap," begitu saya melempar pujian setelah membaca tulisan status di laman Facebook teman Abu Bagus. Beliau yang mantan wartawan itu menulis seperti ini :

Banyak cerita di balik nama kampung ini. Tentang kedigjayaan,  orang Pulo kesohor sebagai orang yang jago berantem, tidak pernah takut ngadepin siapa aja.  Lawan yang paling kondang ya orang Gabus. Pulo dan Gabus adalah musuh bebuyutan.  Itu dulu. 

Di Pulo juga banyak santri.  Di sini ada masjid besar dan madrasahnya, Attaqwa. Melalui lembaga ini KH Noer Alie membina masyarakat Pulo Timaha sampai melahirkan banyak tokoh ulama,  cerdik pandai. 

"Tanah yang saya pijak dulunya adalah tanah sawah dan kini jadi rumah rumah kota yang sempit dan rapat rapat.  Kumuh. Sawah habis," tulis Amin Idris, nama asli Abu Bagus.

Di ujung perumahan saya masuki gerbang Grand Duta,  perumahan lagi.  Rada beda ini,  Grand Duta masih berupa hamparan sawah yang dimatikan.  Diurug dan dipagari dengan simbol-simbol kapitalis.  Ada kluster rumah yang luas lahannya dibawah 100 meter dijual dengan harga di atas harga 1 Milyar.  Lagi-lagi ini dulunya sawah orang Pulo Timaha.

Di antara para tuan tanah di Pulo ada nama H Nerin dan H Antang. Entahlah  dimana  anak keturunan dua jawara yang tuan tanah ini sekarang.  Apakah mereka masih eksis seperti ayah mereka?

Saya masuk ke perumahan mahal ini.  Dua satpam menanyakan identitas saya. Saya jelasin dan lolos masuk.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun