“Kau tahu aku tidak suka ada orang lain selain kita di rumah ini. Tapi apa yang kau lakukan, huh? Kau melanggar perjanjian kita Nadya. Aku tak percaya kau melakukannya.” Aku berbisik ke telinganya dan semakin erat mencengkeram lehernya dengan tatapan marah diseluruh mataku.
Aku merasakan badanku mulai panas menjalar di sekujur tubuhku karena amarah yang tak dapat kukendalikan. Aku lihat Nadya meronta dan meneteskan air matanya tapi tak kulepaskan cengkeramanku pada lehernya. Aku melakukannya dengan sangat keras hingga membuatnya tersedak saat aku melepaskannya.
Aku meninggalkannya jatuh tersungkur di depan kamar kami dan menuju tempat tidur. Itu adalah pertama kalinya KDRT terjadi dalam rumah tangga kami. Dulu, tak pernah sedikitpun terlintas dalam pikiranku untuk menyakitinya apalagi membuatnya menangis. Saat ini aku tersadar bahwa cintaku untuknya saat itu berubah menjadi obsesi yang sangat mengerikan.
Setelah kejadian itu aku berusaha minta maaf pada Nadya dan dia memaafkanku. Hal tersebut tidak membuatku jera, hanya memperburuk obsesiku terhadapnya. Aku tak segan untuk menamparnya atau bahkan memukulnya dengan keras apabila keinginanku tidak dipenuhi oleh Nadya.
Masalah sederhana akan menjadi rumit bagi kami dan berujung terhadap kekerasan yang aku lakukan. Aku akan selalu mengulanginya lagi dan lagi, dan meminta maaf padanya lagi dan lagi, kemudian Nadya akan memaafkanku lagi dan lagi. Begitulah lingkaran setan itu terjadi seakan tak pernah ada ujungnya untuk berhenti selama hampir dua tahun.
Tiga tahun sebelum perceraianku dengan Nadya, kala itu aku mulai tersadar ketika Nadya melayangkan gugatan perceraian atas isu KDRT dalam rumah tangga kami. Aku melakukan apapun yang aku bisa untuk mempertahankan rumah tanggaku dengan Nadya. Aku berusaha minta maaf dan melakukan apapun yang aku bisa padanya lagi dan lagi sehingga perrceraian itu tidak terjadi.
Tiga bulan setelah Nadya melayangkan perceraiannya padaku kami kembali rujuk dan hidup bersama. Dalam satu tahun pertama kami setelah itu, aku merasa semuanya baik-baik saja. Kami cenderung sedikit saling berbicara sehingga mengurangi potensi adu mulut diantara kami.
Setidaknya hal itu yang dapat aku pikirkan saat itu. Aku ingin menjadi lebih baik lagi untuk Nadya dan untuk rumah tangga kami. Aku memutuskan untuk lebih banyak menjalankan bisnisku di luar negeri untuk menghindari terlalu sering bertemu dengan Nadya. Dan itu sangat menyiksaku.
Setiap kali aku pulang ke rumah satu minggu sekali, aku akan menjadi sangat terobsesi padanya. Aku sangat senang kala itu setiap kali aku pulang ke rumah Nadya akan selalu menyambutku. Memperlakukanku dengan baik dan menuruti semua keinginanku.
Ternyata semua itu hanya ilusi. Kebahagiaan yang aku rasakan seakan tak pernah nyata ketika Aku menemukan Nadya memiliki hubungan romantis lain dengan Kalis, mantan pacarnya saat SMA. Aku tidak bisa hanya diam mengetahui hal itu dan akupun seakan menggila saat itu. Beruntung Reza mengetahui pertengkaran kami dan mencegahku untuk mengulangi KDRT yang telah lama terkubur dalam rumah tangga kami.
Aku menahan amarahku selama selama tiga bulan sebelum aku melayangkan gugatan perceraianku atas perselingkuhan yang dilakukan Nadya. Pengadilan berusaha membuat kami berdamai untuk rujuk namun hasilnya nihil. Berbeda dengan aku yang ingin pernikahanku dapat diselamatkan, Nadya memutuskan akan mengabulkan gugatanku untuk bercerai.