Benar, Normi dan Rajafi telah lama bagai kepongpong di linimasa twitter. Mereka sudah saling follow dua tahun lamanya. Dan selama ini mereka belum pernah saling ketemu. Pertemanan mereka hanya didasarkan pada barter foto profil masing-masing, saling sapa melalui kicauan dan jika sempat saling mention ejekan. Nggak jarang mereka saling curhat. Terakhir kali curhatan mereka, sempat membuat Poppi berang dan galau.
Ternyata, momen itulah yang membuat hari ini memanas. Nyaris sama seperti kemaren. Saat Poppi berang, saat Poppi sewot. Dia kembali berkacak pinggang. Berdiri dari tempat duduknya sembari melotot kearah Rajafi, Normi dan Pak Bagio.
Beberapa saat berikutnya kakinya yang jenjang dan bersepatu sandal kuning menjejak pelan lantai kantor menghampiri mereka. Saat Poppi berjalan seisi ruangan mendadak hening.
"Oouw…jadi begini..!" kata Poppi sambil menyedekapkan tangannya. Nada suaranya sinis.
"Begini apa?" Jawab Rajafi.
"Dasar cowok! Dulu menguber-uber, sekarang berlagak!" Ucap Poppi lagi.
"O, perempuan! Dulu jual mahal, sekarang sok perhatian …" Sanggah Rajafi tak kalah sinisnya.
"Dulu kenapa kamu tidak merasa over attention? Malah membuang waktu berhari-hari untuk mengejar-ngejar!" Jawab Poppi dengan suara lebih sinis.
"Lain Honolulu lain Singkawang. Sekarang, sudahlah. Kita kan tidak pernah resmi berpacaran. Pakai logikalah. Jangan sentimentil." Kata Rajafi sambil duduk.
Pak Bagio dan Normi yang mencium gelagat tidak mengenakan, pergi tanpa suara. Mereka berdua pergi meninggalkan Rajafi dan Poppi yang sedang meradang. Dari kejauhan Pak Bagio nampak berbincang dengan Normi. Mungkin dia menceritakan kisah Rajafi dan Poppi yang luar biasa aneh. Untung pertengkaran itu tidak sampai berujung perang besar. Bisa-bisa kacau.
"Dasar lelaki!" kata Poppi sambil meninggalkan Rajafi.