Mohon tunggu...
Yosie Pramadianto
Yosie Pramadianto Mohon Tunggu... -

Saya adalah pedagang online yang kebetulan suka bercerita & ngulik laptop. Sangat menyukai dunia jurnalistik bebas dan Ngeblog.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta 140 Karakter

4 Mei 2012   16:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:42 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13361457771404050661

"Maksudnya?" tanya Poppi agak bingung.

Tangan kiri Rajafi tampak merogoh saku. Kali ini bukan uang yang diambilnya, melainkan blackberry kesayangannya.

“Andai ini dunia Nyata! Andai dia meminta cintaku..., bukan hanya raga. Jiwa ini adalah persembahan untuknya. Andai dia tahu...." Kata Rajafi sambil membaca blackberrynya.

Setelah Rajafi mengucap kalimat itu, barulah Poppi mengerti. Semalam, dalam kegundahan teramat dalam, Poppi menuliskan status tersebut di Twitter. Dia memention secara jelas nama Rajafi.

Kini mereka bertatap-tatapan. Pipi Poppi kian merona merah. Dia menggigit bibir dan menunduk. Tangan Rajafi yang tadi menggenggam pergelangan, kini pindah ke jari. Rajafi meremas jari-jari yang digenggamnya membuat Poppi mengangkat kepala. Mereka kembali bertatapan.

Berdebur-debur jantung Poppi menahan genggaman tangan hangat di tengah keheningan ruangan itu. Di tengah ruang yang berbisik-bisik dibelai angin pendingin ruangan itu, dia bukanlah seorang supervisor. Dia adalah seorang gadis yang sedang merasakan debaran dadanya. Maka dia, menunduk, dia menatap kotak-kotak lantai berwarna krem.

Dan, jantungnya menyentakkan darah panas ketika terasa ada sentuhan di pipinya. Dia melirik tangan yang memegang wajahnya, lalu ke pemilik tangan. Tatapan Rajafi membuatnya gemetar. Bibirnya yang basah-merah juga bergetar.

Suasana semacam itu belum pernah ditemukannya. Setidaknya disini, diruangan ini. Suasana yang menimbulkan jalaran-jalaran halus dan hangat di seantero telapak kakinya, dan mengalir di sepanjang urat-urat darahnya. Usapan tangan Rajafi cuma dibalasnya dengan pejaman mata. Begitu pula ketika Rajafi menciumnya. Dia menggigil. Sekejap terpana. Lalu, pelan-pelan tangannya belajar membalas pelukan Rajafi. Suasana semakin hening. Hanya deru nafas yang terdengar.

***

H

ari itu Gedung Be-One Center mengawali kiprahnya dengan cinta. Kisah cinta yang benar–benar nyata. Bukan hanya di linimasa. Bukan sesuatu yang berjudul “pacar bayangan”. Ruang di Twitter yang terbatas 140 karakter pun rasanya pasti sulit mengeja hari itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun