Mohon tunggu...
Yosie Pramadianto
Yosie Pramadianto Mohon Tunggu... -

Saya adalah pedagang online yang kebetulan suka bercerita & ngulik laptop. Sangat menyukai dunia jurnalistik bebas dan Ngeblog.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta 140 Karakter

4 Mei 2012   16:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:42 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13361457771404050661

Dia sungguh kaget. Dia benar-benar telah amnesia hingga melupakan hari ulang tahunnya. Puncaknya adalah ketika Rajafi datang menghampirinya. Tanpa sungkan Rajafi berusaha menarik tangan Poppi. Poppi ogah–ogahan, tetapi Rajafi menarik tangannya dan menggenggam tangan perempuan itu. Pelan–pelan Rajafi membelai lembut tangan Poppi. Keningnya berkerut, dan kening Poppi pun ikut berkerut. Sebentar mata Poppi hinggap di punggung tangannya, sebentar beralih ke wajah Rajafi.

“Cinta itu aneh yaa...” Ujar Rajafi kemudian.

"Bagaimana?" tanya Poppi agak heran.

“Ah, ya! Begini. Aku cinta kamu Pop..., cintaaa...banget." Lharr. Suasana mendadak hening. Hening sehening-heningnya.

"Ah, kamu mengada-ada. Gilaa..!" Poppi menarik tangannya, tetapi Rajafi menahan. Poppi menggeliat untuk melepaskan tangannya, tetapi cekalan Rajafi terlalu kuat. Dan, memang rontaan itu tidak terlalu kuat.

"Tanganmu dingin ya…?" kata Rajafi tersenyum menyindir. Poppi yang saat itu dag-dig-dug terbang keawang-awang diam membisu.

"Atau jangan-jangan cintamu memang dingin…?" kata Rajafi kembali tersenyum dan menggoda.

"Apaan sich …" jawab Poppi sambil menyembunyikan wajahnya yang tersipu malu.

"Kamu nyadar gak…, saat ini aku sedang terbakar dingin, dinginnya cinta kamu …" kata Rajafi yang kali ini melempar rayuan gombal. Mendengar itu, Poppi tidak menjawab. Pipinya merona merah. Dia tersipu.

Akhirnya Poppi benar–benar tidak menarik tangannya, dan Rajafi tak melepaskannya. Mereka berdiri berhadapan. Rajafi merapikan rambut yang menutup kening Poppi. Poppi terpana sesaat. Kemudian tangannya terulur untuk merapikan rambut Rajafi yang terberai ke muka. Pemandangan itu semakin menambah senyap ruangan. Romantisme dua insan.

“Oh, ya! Aku memilih menjawabnya sekarang, disini. Di Dunia Nyata. Dalam realita" Kata Rajafi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun