"Baik, silahkan berpose dan tersenyum!" ucap fotografer di hadapan kami
Kami berpose dan tersenyum, begitu bahagia melihat bunda yang turut hadir di acara wisudaku. Walaupun, tanpa keberadaan ayah di sisi kami.
"Aniya."
Aku tersenyum dan memeluk bunda sejenak. "Ada apa, Bun?"
"Selamat, atas gelarmu. Semoga, kelak hal baik selalu menyertai, dirimu." ucap bunda dengan tersenyum
"Terimakasih, Bun. Atas segala hal, pengorbanan, yang bunda dan ayah berikan. Walaupun, ayah tidak berkesempatan untuk menghadiri acara istimewa ini."
Bunda tersenyum lalu menggenggam tanganku dengan erat. "Ayah, selalu berada di sisi kita, mungkin saja, pada hari ini ayah turut ikut hadir."
Aku tersenyum dan mengangguk. "Aniya rasa, itu memang benar."
***
Pada detik, menit dan di jam ini, aku berhasil mematahkan semua lontaran buruk mengenai masa depanku.
Impianku, untuk mendapatkan profesi sesuai dengan gelar yang disandang telah terwujud.Â
Berprofesi sebagai arsitektur yang bekerja di perusahaan ternama dan terpadang, adalah suatu kehormatan bagi diriku yang selalu melangitkan profesi dan nama perusahaan ini. Dengan jabatan yang lumayan terpandang, itu adalah bentuk keadilan lainnya yang diberikan oleh tuhan kepadaku.