Seni adalah ekspresi kreatif dari pemikiran, perasaan, dan imajinasi manusia yang diwujudkan dalam bentuk visual, auditorial, atau performatif. Sebagai bentuk ekspresi budaya, seni memainkan peran yang penting dalam menggambarkan dan mengkomunikasikan gagasan, nilai, dan pengalaman manusia. Ini melibatkan penggunaan elemen-elemen seperti warna, bentuk, garis, ritme, suara, gerakan, dan bahasa untuk menciptakan karya yang memiliki makna dan keindahan estetik.
    Sejak zaman prasejarah, manusia telah terlibat dalam kegiatan seni sebagai strategi dalam mengeksplor dunia mereka sendiri yang ada disekitarnya. Seni telah menjadi medium yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan sosial, politik, agama, dan emosional. Karya seni dapat berupa lukisan, patung, arsitektur, sastra, musik, tari, teater, film, dan banyak lagi.
    Salah satu aspek penting dari seni adalah kemampuannya untuk mempengaruhi emosi dan pikiran penontonnya. Seni dapat memicu perasaan sukacita, kekaguman, kebingungan, kegelisahan, atau refleksi mendalam. Melalui penggunaan elemen desain dan teknik ekspresif, seniman dapat menghasilkan efek yang kuat dan mempengaruhi persepsi dan pengalaman penikmat seni.
    Selain sebagai sarana ekspresi individu, seni juga berfungsi sebagai alat komunikasi antara budaya, generasi, dan masyarakat. Ia dapat merekam sejarah, memperkuat identitas budaya, dan mempromosikan pemahaman dan penghargaan terhadap keberagaman. Dalam konteks globalisasi saat ini, seni juga berperan dalam memfasilitasi dialog dan pertukaran budaya antara berbagai kelompok masyarakat di berbagai belahan dunia.
    Penting untuk diingat bahwa seni memiliki kebebasan ekspresi dan interpretasi. Ini memberikan ruang bagi setiap individu untuk memahami dan merasakan karya seni dengan cara yang unik. Setiap orang dapat memiliki pengalaman yang berbeda ketika berhadapan dengan karya seni, dan ini adalah bagian dari kekayaan dan daya tariknya.
    Dengan demikian, seni adalah bentuk ekspresi kreatif yang melibatkan penggunaan elemen estetik dan teknik ekspresif untuk menciptakan karya yang memiliki nilai dan makna. Seni memainkan peran penting dalam mengkomunikasikan gagasan, emosi, dan pengalaman manusia. Ia mempengaruhi emosi dan pikiran penikmatnya, serta memfasilitasi dialog budaya dan pertukaran di antara masyarakat global.
   Seni telah menjadi bagian integral dalam perkembangan manusia sepanjang sejarah. Namun, sering kali kita mengabaikan potensi luar biasa yang dimiliki seni dalam mempengaruhi perkembangan anak-anak kita. Anak-anak secara alami memiliki imajinasi yang kaya, serta keingintahuannya yang cukup tinggi, dan keterampilan untuk berkomunikasi melalui berbagai cara. Seni memberikan wadah yang ideal bagi mereka untuk mengekspresikan diri, mengembangkan kreativitas, dan memperluas pemahaman mereka tentang dunia. Dalam lingkungan yang didominasi oleh teknologi dan kesibukan sehari-hari, peran seni dalam kehidupan anak-anak sering terabaikan. Namun, studi menunjukkan bahwa melibatkan anak-anak dalam aktivitas seni dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi perkembangan mereka. Seni tidak hanya meningkatkan keterampilan, akan tetapi selain itu juga memperkaya kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berkomunikasi dengan lebih efektif. Melalui seni, anak-anak dapat mengeksplorasi bentuk, warna, tekstur, dan pola secara intuitif. Mereka dapat menggambar, melukis, membuat kerajinan tangan, atau menggubah musik dengan bebas, tanpa ada batasan kreativitas. Ini membantu mereka mengembangkan kemampuan memahami dan mengekspresikan emosi, memperkuat kepercayaan diri, serta membantu mereka mengatasi stres dan kecemasan.
    Seni mampu menorehkan kesempatan bagi anak dalam belajar tentang budaya, sejarah, dan nilai-nilai yang beragam. Melalui eksplorasi seni, mereka dapat mengenal berbagai tradisi, seni rupa, tarian, dan musik dari berbagai negara dan budaya. Ini membuka pikiran mereka untuk perspektif yang berbeda dan mempromosikan pemahaman, toleransi, dan penghargaan terhadap keanekaragaman.
   Dalam artikel ini, kami akan menjelajahi berbagai bentuk seni yang sesuai dengan anak-anak, serta manfaat yang mereka dapatkan melalui keterlibatan dalam aktivitas seni. Kami juga akan membahas peran orang tua dan pendidik dalam mendukung dan mengembangkan kreativitas anak melalui seni.
    Penerapan keterampilan seni pada anak usia dini telah mendapatkan perhatian yang cukup besar dan perkembangannya. AUD merupakan masa penting dalam pembentukan pola pikir, emosi, dan perkembangan sensorik mereka. Pada periode ini, untuk menyerap pengetahuan dan keterampilan baru secara cepat, anak mempunyai kemampuan yang sangat luar biasa yang dimilikinya. Â
    Keterampilan seni, seperti seni visual, musik, tari, dan drama, memberikan berbagai kesempatan bagi anak usia dini untuk berekspresi secara kreatif dan mengembangkan imajinasi mereka. Melalui aktivitas seni, anak dapat menggambarkan perasaan, ide, dan pengalaman mereka dalam bentuk yang unik dan pribadi. Hal ini membantu mereka mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengomunikasikan ide-ide mereka dengan lebih baik.
    Selain itu, penerapan keterampilan seni pada anak usia dini juga berperan penting dalam pengembangan aspek sosial mereka. Kolaborasi dalam proyek seni, pertunjukan bersama, dan berbagi karya seni dengan teman sebaya dapat meningkatkan keterampilan komunikasi, kerjasama, dan rasa saling menghargai di antara anak-anak. Hal ini membantu mereka membangun hubungan yang positif dengan orang lain sejak usia dini.
    Menurut Kurnia, (2015: 871), kreativitas seni pada anak berhubungan erat pada kemampuan berpikir yang lancar, gagasan yang luas, serta kemampuan menghasilkan karya yang unik dan fleksibel. Pada tahap awal perkembangan mereka, pendidikan anak usia dini dalam konteks seni memiliki peran penting. Seperti yang dikatakan oleh Trenggonowati dan Kulsum, (2018: 48), bahwa anak usia dini pada usia 0 sampai 6 tahun sangat membutukan peran aktif dari lingkungan sekitarnya, terutama orang tua dalam mendukung perkembangan mereka. Pada periode ini, dikenal dengan istilah "Golden Age" yang berarti masa keemasan, yang dimana anak mengalami berbagai perkembangan dan pertumbuhan. Tentunya, hal ini menjadi penentu bagi anak dalam berkembang menjadi indiviu yang berkualitas di masa depan.     Dalam konteks ini, perlu dipertimbangkan dengan memaksimalkan seni untuk mencapai potensinya yang optimal. Upaya ini penting dalam mendukung perkembangan dan kemajuan seni rupa secara keseluruhan (Sari, 2020: 150).
    Dalam konteks pendidikan, penerapan keterampilan seni pada anak usia dini telah terbukti memiliki manfaat yang luas. Selain memberikan pengalaman yang menyenangkan, keterampilan seni juga membantu dalam pengembangan kognitif anak, seperti meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, memperbaiki konsentrasi, dan memperluas pemahaman mereka tentang dunia di sekitar mereka.
     Melalui artikel ini, kita dapat mengeksplorasi lebih lanjut tentang penerapan keterampilan seni pada anak usia dini dan memahami dampaknya terhadap perkembangan holistik anak. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya keterampilan seni pada tahap awal kehidupan, kita dapat memberikan pendekatan pendidikan yang lebih baik dan mendukung perkembangan optimal anak dalam berbagai aspek kehidupan mereka.
    Pada anak usia dini merupakan salah satu bagian penting dalam proses kehidupan menjadi individu dalam kehidupan sehari-hari. Fasenya, perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat akan dialami oleh anak dari berbagai macam aspek kehidupan mereka, seperti fisik, pengetahuan, sosial, bahkan emsoional. Dalam membentuk dasar pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh tentunya pendidikan anak usia dini berperan penting. Satu bagian dari beberapa aspek Pendidikan yang tak dapat diabaikan adalah seni. Dengan demikian, pentingnya penerapan dan  pengembangan seni akan kita bahas dalam sajian artikel ini, yaitu dalam ruang lingkup seni.
    Menurut Siesling, (2015: 30) mengemukakan bahwa pentingnya peran seni dalam konteks pendidikan telah diakui sejak zaman klasik dengan kontribusi para filsuf terkenal misalnya Aristoteles, Plato, bahkan Pythagoras. Proses ekspresi dan kreativitas yang memungkinkan individu untuk menyalurkan diri dan mengungkapkan ide-ide mereka inilah yang disebut seni.Â
    Sementara, Kemdikbud, (2020: 9) memberikan penjelasan bahwa seni mempunyai peran yang cukup penting dalam membantu anak usia dini dalam perkembangannya, termasuk pengetahuan serta menjelajahi dunia sekitar.
    Kegiatan seni memberikan banyak manfaat bagi perkembangan anak, di antaranya:
1. Anak dapat menyalurkan energi melalui aktivitas seperti bernyanyi dan mengikuti irama, menggambar, bergerak, serta bermain peran.
2. Anak bisa mengungkapkan apapun secara bebas dan menghubungkan pikiran mereka dengan hasil karya seni.
3. Anak bisa menyampaikan idenya serta gagasan-gagasan melalui kegiatan seni, yang terkadang dapat menghasilkan hasil karya yang tak terduga.
4. Melalui seni, anak dapat berinteraksi sosial dengan melakukan berbagai komunikasi, seperti memberi pujian terhadap hasil karya orang lain serta memperlihatkan hasil karyanya sendiri pada orang lain.
5. Kegiatan seni merangsang perkembangan menyeluruh anak, termasuk kemampuan berpikir, perkembangan bahasa, interaksi sosial dan emosional, perkembangan motorik, serta nilai-nilai moral dan spiritual.
    Jika kita lihat secara garis besar, seni rupa, musik, dan gerak merupakan beberapa bidang dalam kegiatan seni. Berikut penjelasan dari beberapa kegiatan tersebut, yaitu:
1. Seni Rupa/Visual Art: dalam kegiatan ini melibatkan proses menggambarkan garis, mewarnai, membuat gambar, melukis, membuat kolase, atau menciptakan karya dengan menggunakan berbagai bahan. Pada usia dini, anak-anak diberi kesempatan untuk bereksperimen dengan beragam alat tulis dan kertas. Tahapan perkembangan menggambar pada anak-anak meliputi tahap scribbling (sekitar usia 2 tahun), tahap preschematic (usia 3-4 tahun), dan tahap schematic (usia 6-7 tahun).
2. Musik dan Gerak: dalam kegiatan ini melibatkan ekspresi tubuh, tanggapan terhadap musik, dan ungkapan perasaan. Musik secara alami memberikan kesenangan dan mendorong anak-anak untuk bergerak dan menari. Memahami tahapan perkembangan dalam bidang seni ini akan membantu guru dalam mengembangkan keterampilan anak-anak dalam musik dan gerak.
3. Drama atau Bermain Peran: dalam kegiatan ini melibatkan aktivitas bermain peran, di mana anak-anak mengambil peran sebagai orang-orang yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari.
    Dalam kegiatan bermain peran, guru perlu menyediakan bahan-bahan pendukung seperti pakaian, aksesori, balok, dan boneka untuk memfasilitasi peran anak yang akan melakukan kegiatan tersebut. Mengungkapkan diri melalui kata-kata, memahami perasaan dalam mengelola dirim, serta merespon perasaan orang lain merupakan hal yang dapat kita lihat dalam anak ketika bermain peran.
    Dengan melibatkan anak dalam kegiatan seni, mereka dapat mengembangkan kreativitas, ekspresi diri, keterampilan sosial, dan pemahaman tentang dunia di sekitar mereka. Penting bagi pendidik dan orang tua untuk memberikan dukungan dan kesempatan bagi anak-anak dalam menjelajahi dan mengembangkan bakat seni mereka sejak usia dini.
    Berkaitan dengan anak usia dini dan kreativitas. Yetti (2019: 32) mengidentifikasi beberapa bidang yang terkait, antara lain:
1. Pemeriksaan berbagai pendekatan dalam pendidikan anak usia dini yang menekankan kreativitas, seperti pendekatan Tinggi Ruang Lingkup, Montessori, Vygotski, dan Reggio Emilia.
2. Kaitan teori kecerdasan dan perkembangan kognitif dengan kreativitas, misalnya teori Gardner tentang kecerdasan ganda dan teori triarchic Sternberg tentang berpikir.
Direktorat PAUD Kemdikbud. 2020. Bermain Seni Kriya. Jakarta: Kemdikbud.
3. Â Pendekatan dalam pendidikan seni dan implikasinya terhadap kreativitas, seperti Discipline-Based Art Education dan Art Propel.
4. Tinjauan bukti penelitian tentang "efek dipindahtangankan" dari pendidikan seni.
5. Teori dan ringkasan penelitian tentang kreativitas, pengembangan kreatif, dan peningkatan kreativitas melalui pendidikan.
6. Penilaian Penilaianeativitas pada anak-anak.Â
     Manfaat Penerapan Seni pada Anak Usia Dini yaitu Pengembangan kreativitas dan imajinasi, Stimulasi perkembangan sensorik dan motorik, Peningkatan kemampuan komunikasi dan bahasa, Pengembangan keterampilan sosial dan emosional, Peningkatan kepercayaan diri dan penghargaan diri.
    Bentuk Penerapan Seni pada Anak Usia Dini yaitu, Seni Rupa meliputi Menggambar, mewarnai, dan membuat karya seni visual. Musik dan Gerak meliputi Bernyanyi, menari, dan bermain alat musik sederhana. Drama dan Bermain Peran meliputi Bermain peran, mengimprovisasi, dan berpartisipasi dalam cerita bersama.
     Pendekatan dan Metode Pengajaran Seni pada Anak Usia Dini yaitu Pendekatan bermain dan eksplorasi, kemudian Pendidikan seni terpadu dalam kurikulum anak usia dini dan Penggunaan materi dan alat yang tepat sesuai dengan tahap perkembangan anak.
     Tantangan dan Solusi dalam Penerapan Seni pada Anak Usia Dini biasanya Kendala dalam implementasi seni pada kurikulum anak usia dini, Pengembangan kemampuan guru dalam mengajar seni dan Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam pengembangan seni anak usia dini.
     Penerapan seni pada anak usia dini memiliki manfaat yang signifikan dalam mengembangkan potensi kreatif, emosional, dan sosial anak. Pendidikan seni pada anak usia dini harus diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan untuk memberikan pengalaman yang bermakna dan mendalam bagi perkembangan anak. Diperlukan dukungan dari pihak sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang memadai bagi pengembangan seni anak usia dini.
     Berikut dibawah ini tentang berbagai macam seni yang cocok pada AUD untuk bisa diterapkan, yaitu:
1. Seni Visual: Seni visual melibatkan ekspresi kreatif melalui gambar, lukisan, warna, dan bentuk. Untuk anak usia dini, kegiatan seperti mewarnai, mencoret-coret, dan membuat kolase adalah cara yang baik untuk mengembangkan keterampilan motorik halus mereka. Ini juga membantu mereka menggambarkan perasaan dan ide-ide mereka.
2. Seni Musik: Musik adalah bentuk seni yang merangsang imajinasi dan ekspresi anak-anak. Anak usia dini bisa berpartisipasi dalam bernyanyi, menari, atau memainkan instrumen sederhana seperti perkusi atau xylophone. Musik membantu anak-anak mengembangkan koordinasi motorik, pendengaran musik, dan memahami ritme dan melodi.
3. Seni Pertunjukan: Seni pertunjukan, seperti drama dan tarian, memungkinkan anak-anak mengekspresikan diri mereka secara fisik dan emosional. Melalui permainan peran, anak-anak belajar mengembangkan kreativitas, kepercayaan diri, dan kemampuan berkomunikasi. Mereka dapat mengikuti kelas tari atau drama yang dirancang khusus untuk anak-anak usia dini.
4. Seni Rupa: Seni rupa melibatkan pembentukan objek tiga dimensi melalui pemodelan, anyaman, atau pengolahan bahan seperti tanah liat atau kertas. Kegiatan ini membantu anak-anak mengembangkan pemahaman tentang bentuk, tekstur, dan ruang. Mereka dapat mencoba membuat patung sederhana atau kerajinan tangan menggunakan bahan-bahan yang aman dan mudah ditemukan.
5. Seni Drama: Seni drama melibatkan pembuatan cerita dan pertunjukan di mana anak-anak dapat memerankan peran dan mengungkapkan emosi mereka. Melalui bermain drama, mereka belajar tentang kerjasama, berbicara di depan umum, dan memahami narasi. Mereka dapat berpartisipasi dalam permainan improvisasi, pertunjukan sketsa sederhana, atau drama berbasis cerita.
    Dalam penerapan seni pada anak usia dini tentunya diperlukan pendekatan atau metode pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan, berikut adalah metode pembelajaran yang cocok dalam penerapan seni pada anak usia dini:
1. Pembelajaran Berbasis Main
Model pembelajaran berbasis main fokus pada kegiatan bermain sebagai sarana utama untuk anak usia dini belajar. Anak-anak belajar melalui eksplorasi, imajinasi, dan interaksi dengan lingkungan sekitar mereka. Implikasinya adalah bahwa anak-anak dapat mengembangkan keterampilan sosial, motorik, kognitif, dan emosional melalui bermain. Guru atau pendidik dapat menyediakan lingkungan yang mendukung, bahan mainan yang bervariasi, dan peran aktif dalam mengarahkan kegiatan bermain.
2. Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif mendorong anak-anak untuk bekerja sama dalam kelompok kecil atau tim dalam menyelesaikan tugas atau proyek. Anak-anak belajar saling berbagi, berkomunikasi, dan bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama. Implikasinya adalah bahwa anak-anak belajar tentang kerjasama, mendengarkan ide orang lain, dan menghargai perbedaan. Pendekatan ini juga memperkuat keterampilan sosial dan keterampilan pemecahan masalah.
3. Pembelajaran Berbasis Proyek:
Pembelajaran berbasis proyek melibatkan pemberian tugas atau proyek yang mencerminkan dunia nyata kepada anak-anak. Mereka terlibat dalam proses penelitian, eksplorasi, dan presentasi hasil pekerjaan mereka. Implikasinya adalah bahwa anak-anak dapat mengembangkan kemampuan penelitian, kreativitas, dan pemecahan masalah. Mereka juga belajar mengatur waktu, mengorganisir ide, dan mengkomunikasikan gagasan mereka.
4. pembelajaran Berbasis Pengalaman
Pembelajaran berbasis pengalaman mengandalkan pengalaman langsung sebagai fondasi pembelajaran. Anak-anak diberikan kesempatan untuk menjalani pengalaman nyata melalui kunjungan lapangan, eksperimen, atau kegiatan di luar kelas. Implikasinya adalah bahwa anak-anak dapat memperoleh pemahaman mendalam tentang konsep dan fenomena melalui pengalaman langsung. Pendekatan ini mendorong rasa ingin tahu, observasi, dan refleksi anak-anak.
5. Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dalam kegiatan pembelajaran. Anak-anak melihat keterkaitan antara mata pelajaran dan belajar melalui konteks yang lebih luas. Implikasinya adalah bahwa anak-anak dapat melihat hubungan antara berbagai topik, mengembangkan pola pikir sistemik, dan melihat relevansi pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
    Penerapan model ini pada AUD membantu mengoptimalkan potensi belajar mereka. Anak-anak dapat dikembangkan dalam keterampilan kognitif, sikap sosial, sikap kepribadian, dan motorik mereka secara holistik, sambil meningkatkan minat dan motivasi dalam proses pembelajaran.
     Dalam menerapkan seni pada anak usia dini, tentunya memiliki hambatan tersendiri, karena memang pada dasarnya anak usia dini masih harus dibimbing secara telaten ekstra. Berikut adalah hambatan-hambatan yang mungkin didapatkan pada saat menerapkan seni pada anak usia dini, yaitu:
1. Keterbatasan Persepsi Orang Tua dan Pendidik
Salah satu hambatan dalam penerapan seni pada anak usia dini adalah persepsi yang terbatas dari orang tua dan pendidik. Beberapa orang tua dan pendidik mungkin tidak sepenuhnya memahami nilai dan manfaat seni dalam perkembangan anak. Mereka mungkin lebih fokus pada aspek akademik dan menganggap seni sebagai kegiatan yang kurang penting. Pendidik dan orang tua perlu disadarkan tentang pentingnya seni dalam mengembangkan kreativitas, ekspresi diri, dan keterampilan sosial anak.
2. Kurangnya Sumber Daya dan Peralatan
Kurangnya sumber daya dan peralatan yang memadai juga menjadi hambatan dalam penerapan seni pada anak usia dini. Beberapa sekolah atau lembaga pendidikan mungkin tidak memiliki anggaran yang cukup untuk menyediakan bahan seni yang memadai atau fasilitas yang memadai. Kurangnya sumber daya ini dapat membatasi kesempatan anak-anak untuk bereksperimen dan mengembangkan kreativitas mereka melalui seni. Dalam hal ini, upaya dapat dilakukan untuk mencari solusi kreatif, seperti memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapat atau bekerja sama dengan komunitas lokal.
3. Kurikulum yang Terfokus pada Aspek Akademik
Beberapa sistem pendidikan menempatkan tekanan yang lebih besar pada aspek akademik, seperti matematika dan bahasa, sementara seni sering kali diabaikan. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan waktu dan perhatian yang diberikan pada seni dalam kurikulum sekolah. Padahal, seni penting untuk perkembangan kreativitas, pemecahan masalah, dan ekspresi diri anak-anak. Penting untuk memperjuangkan penyertaan yang lebih besar dari seni dalam kurikulum pendidikan anak usia dini.
4. Ketakutan terhadap Kesalahan dan Penilaian Negatif
Anak-anak usia dini sering kali sangat peka terhadap penilaian dan kekhawatiran tentang membuat kesalahan. Ketakutan akan penilaian negatif atau kegagalan dapat menghambat kepercayaan diri dan eksplorasi kreatif dalam seni. Penting bagi pendidik dan orang tua untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana anak-anak merasa aman untuk bereksperimen, membuat kesalahan, dan belajar dari pengalaman mereka dalam seni.
5. Keterbatasan Waktu dan Prioritas
Keterbatasan waktu dalam kurikulum dan prioritas pendidikan dapat menjadi hambatan dalam penerapan seni pada anak usia dini. Dalam usaha untuk mencakup semua mata pelajaran yang dianggap penting, seni mungkin diabaikan atau dianggap sebagai kegiatan sambilan. Penting untuk mengakui bahwa seni memiliki nilai intrinsik yang penting dan harus dianggap sebagai bagian integral dari pembelajaran anak usia dini.
Dalam mengatasi hambatan-hambatan ini, kolaborasi antara orang tua, pendidik, dan lembaga pendidikan sangat penting. Diperlukan upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya seni dalam perkembangan anak dan mengadvokasi inklusi seni dalam kurikulum dan pengalaman belajar anak usia dini.
Â
    Dalam artikel ini, telah dibahas tentang pentingnya penerapan seni pada anak usia dini dalam pendidikan. Seni memberikan manfaat yang luas bagi perkembangan anak, termasuk dalam menyalurkan ekstra energi, mengungkapkan diri secara bebas, menghubungkan ide dan gagasan, serta sebagai sarana komunikasi dan interaksi sosial. Kegiatan seni seperti seni rupa, musik dan gerak, serta bermain peran merupakan bentuk-bentuk seni yang dapat dikembangkan pada anak usia dini.
    Dalam konteks pendidikan, pengajaran seni pada anak usia dini memiliki peran penting dalam memperluas pemahaman mereka tentang dunia sekitarnya dan membangun kreativitas serta ekspresi diri. Selain itu, seni juga merupakan bagian integral dari warisan budaya masyarakat, yang berkontribusi pada pengembangan manusia secara keseluruhan.
    Setelah saya pahami dari buku buku referensi, bahwasanya salah satu penyebab utama kurang berkembangnya bakat dan kreativitas pada anak usia dini adalah kurangnya stimulasi dan pemahaman yang diberikan oleh orang tua. Jika orang tua tidak memberikan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, bermain, dan mengeksplorasi minat mereka, anak mungkin tidak dapat mengembangkan bakat dan kreativitas mereka sepenuhnya. Selain itu, lingkungan yang Tidak Mendukung. Anak-anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar mereka. Jika lingkungan di rumah atau di sekolah kurang memberikan dorongan untuk kreativitas, misalnya dengan kurangnya alat-alat seni atau kurangnya aktivitas kreatif, anak mungkin tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan bakat dan kreativitas mereka. Kemudian, terlalu Banyak Batasan. Jika anak-anak diberikan terlalu banyak batasan dan tidak diizinkan untuk bereksperimen dan mengeksplorasi minat mereka, ini dapat menghambat perkembangan bakat dan
 kreativitas mereka. Terlalu banyak aturan dan pembatasan dapat menyebabkan anak merasa terkekang dan tidak bebas untuk mengeksplorasi potensinya. Selain itu, fokus pada Prestasi Semata: Terlalu banyak tekanan pada prestasi akademik dan nilai-nilai yang tinggi dapat menghambat kreativitas anak. Jika anak hanya didorong untuk mencapai nilai tinggi dalam ujian atau mengikuti program akademik yang ketat, mereka mungkin tidak memiliki waktu atau ruang untuk mengembangkan bakat dan kreativitas mereka dalam bidang lain, seperti seni, musik, atau olahraga. Selanjutnya, ketidakpercayaan Diri dan Rendahnya Motivasi. Ketidakpercayaan diri dan rendahnya motivasi juga dapat menghambat perkembangan bakat dan kreativitas anak. Jika anak merasa tidak yakin tentang kemampuan mereka atau kehilangan minat karena kurangnya dukungan, mereka mungkin tidak akan mengembangkan potensi mereka sepenuhnya.
   Oleh karena itu, para peserta pendidik dan dapat pengambil kebijakan di bidang pendidikan perlu memperhatikan pentingnya penerapan seni dalam kurikulum pendidikan anak usia dini. Dalam melaksanakan kegiatan seni, guru harus memberikan kesempatan kepada anak untuk berkreasi baik, bereksperimen, dan mengembangkan keterampilan seni mereka.  Dengan demikian, anak usia dini dapat mengembangkan potensi kreativitasnya, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan memperoleh pengalaman yang menyenangkan dan berharga melalui kegiatan seni.
    Dengan memperhatikan pentingnya penerapan seni pada anak usia dini, diharapkan anak-anak dapat tumbuh kembang secara holistik, melampaui aspek kognitif, emosional, sosial, dan fisik. Pendidikan seni dapat menjadi wahana yang memperkaya pengalaman dan membangun fondasi yang kuat untuk perkembangan anak, memberikan mereka kesempatan untuk mengeksplorasi, mengekspresikan diri, dan merasakan keindahan dalam berbagai bentuk seni.
Catatan: Artikel ini dibuat dengan tujuan memberikan panduan umum. Pastikan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mengutip sumber yang relevan saat menggunakan informasi ini dalam penulisan akademik atau tugas lainnya.
Abdurrozak, R. Kurnia., Jayadinata, A. 2015. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No, 1.
Annisa Herlida Sari. 2020. Studi Kasus Strategi Guru Dalam Kegiatan Menggambar Untuk Pengembangan Seni Rupa Anak. Jurnal Pelita PAUD, 4(2).
Direktorat PAUD Kemdikbud. 2020. Bermain Seni Kriya. Jakarta: Kemdikbud.
Dyah Lintang Trenggonowati dan Kulsum. 2018. Analisis Faktor Optimalisasi Golden Age Anak Usia Dini Studi Kasus Di Kota Cilegon. Journal Industrial Servicess Vol. 4 No. 1.
Elindra Yetti. 2019. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Makassar: LPP-Mitra Edukasi.
J.L. Siesling. (2015). Art is More. Libro.
Niken Pratiwi. 2019. Materi dan Kegiatan Belajar Anak Usia Dini. Modul 3 PPG Bagi Guru PAUD (Kemdikbud).
Trias Nugraheni. 2022. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Seni Pada PAUD. ECRJ: Early Childhood Reserarch Journal. Vol.5 No.1, 20-30.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H