"Astaga, demi anakku Dira satu-satunya. Mana mungkin papa selingkuh nak..." Kejut papa nya, mengelus dada spontan.
"Oh...jadi papa ngga mau buatin aku adik. Gitu? Pa, aku itu butuh temen buat main, masa mau main salon-salonan sama nek Nisam, papa jahat ih...". Lagi, gadis itu sepertinya sangat-sangat memiliki pikiran yang luas, jadilah Ira permisi meninggalkan dua insan yang tengah berdebat itu.
"Ada aja emang alur cerita Tuhan, kayak perasaan ku ke dia. Beragam rasa, mwehehehe..." tertawanya sendiri.
Sampai di tempat print, ia segera menyelesaikan tugasnya dan kembali. Namun, sebelum ke sekolah ia menyempatkan diri untuk mampir ke warung dekat sekolah. Sudah sampai diwarungnya, ia lupa hendak apa yang akan dibelinya.
Pernahkan mengalamin hal ini? Tiba-tiba pas sampai di tempat yang mau ada kepentingan nyari atau beli sesuatu eh, malah lupa sama nama barangnya.
"Buk, jual es yang ada batu nya gak?"
"Hah?"
"Semua es ada batunya , kalau nggak ada yang namanya es krim bukan es batu atuh,"
"Bukan buk, itu loh yang buat toping nya itu..."
"Toping batu?" Ira mengangguk.
"Pie toh iki neng, ibuk nggak paham,"