2. John Mearsheimer
Mearsheimer, seorang ahli hubungan internasional Amerika, merupakan salah satu tokoh neorealisme yang paling berpengaruh. Dalam karyanya "The Tragedy of Great Power Politics" (2001), Mearsheimer berpendapat bahwa negara-negara besar selalu berusaha untuk memaksimalkan kekuatan mereka dan mencapai hegemoni regional. Dia berpendapat bahwa anarki dan distribusi kekuatan merupakan faktor utama yang mendorong negara-negara besar untuk berperilaku agresif dan berusaha untuk mendominasi wilayah mereka.
3. Robert Gilpin
Gilpin, seorang ahli hubungan internasional Amerika, merupakan tokoh penting dalam pengembangan teori neorealisme. Dalam karyanya "War and Change in World Politics" (1981), Gilpin berpendapat bahwa perubahan dalam struktur sistem internasional, khususnya distribusi kekuatan, merupakan faktor utama yang mendorong konflik dan perang. Dia berpendapat bahwa negara-negara yang merasa terancam oleh perubahan dalam struktur sistem internasional akan berusaha untuk mempertahankan posisi mereka atau mengubah struktur sistem internasional untuk menguntungkan mereka.
4. Stephen Walt
Walt, seorang ahli hubungan internasional Amerika, merupakan tokoh neorealisme yang dikenal karena karyanya tentang "balancing" (penyeimbangan kekuatan). Dalam karyanya "The Origins of Alliances" (1987), Walt berpendapat bahwa negara-negara akan membentuk aliansi untuk menyeimbangkan kekuatan negara-negara yang lebih kuat. Dia berpendapat bahwa negara-negara yang merasa terancam oleh negara-negara yang lebih kuat akan berusaha untuk membentuk aliansi dengan negara-negara lain untuk mengurangi ancaman tersebut.
Prinsip utama yang membentuk dasar pemikiran neorealisme
Pada dasarnya, prinsip-prinsip dalam neorealisme masih selaras dengan prinsip-prinsip realisme klasik, namun neorealisme memberikan penekanan yang lebih kuat pada peran struktur sistem internasional dalam membentuk perilaku negara. Â
Neorealis berpendapat bahwa struktur sistem internasional, khususnya distribusi kekuatan, merupakan faktor utama yang menentukan perilaku negara, bukan sifat manusia yang egois seperti yang diyakini oleh realis klasik. Â
Mereka percaya bahwa negara-negara akan bertindak sesuai dengan posisi mereka dalam sistem internasional, dan bahwa struktur sistem internasional lebih penting daripada sifat manusia dalam menentukan perilaku negara.