"Mbanya mau pakai helm?"
"Ndak usah mas, tengah malam hujan gini mana ada Polisi nilang"
Masnya paham betul. Dia tidak ajak berdebat. Kembali dia simpan helm dan jas hujan untuk Dru.
"Mas ambil jalur kanan, ke kiri macet."
"Lo Mba, kalau ke kanan, jalannya dialihkan nanti malah lama lo sampainya"
" Ya ndak papa Mas, biar lama sampainya"
Lewat tengah malam. Dru sedikit ragu untuk membukan pintu kostnya. Perjalanan tadi sedikit membuat kenangan Bram kembali melintas.
Dibentangkannya sajadah berwarna merah muda. Diam sebentar lalu Dru ambil gunting. Ditatapnya dengan lekat.
"Tuhan, jika malam ini tetesan darah dari nadiku menjadi perjalanan terakhirku, kiranya Engkau berkenan ampuni segala khilafku"
Dru dekatkan ujung gunting ke urat nadinya. Dru yang sempat tidak percaya dengan keberadaan laki-laki. Kembali bersemangat dan mempercayai bahwa Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan.
Tapi ketika Bram yang sudah sangat memberi nyaman untuk Dru, rupanya sama saja. Diangkatnya Dru dengan tinggi, dijatuhkan selayaknya buah Nangka matang di pohonnya.