Ah, kata-kata itu. Tiga hari aku temani Ibu, tiga hari pula aku menerima lepasnya kuku tangannya satu persatu.
Kugenggam dengan erat, dengan berat aku berdoa, Tuhan cukupkan sakit pada Ibu dan Bapaku, izinkan mereka segera pulang ke rumah.
Lagi-lagi aku merasa berdosa. Siang itu sebelum Ibu dan Bapa pergi. Sebelum Bram sempat hadir sejenak.
"Mba, kalau sudah pulang ke rumah siapa yang jagain Ibu dan Bapa ya?"
Ah sungguh aku menyesal sampaikan itu. Bagaimana kalau obrolan itu membuat Ibu meminta Tuhan untuk segera menjemput. Bagaimana jika obrolan itu membuat Bapa sedih lalu kemudian Bapa koma.
Maaf... Tidak ada maksudku untuk berat menjaga Ibu dan Bapa.
Aku bersalah. Aku Mohon maaf
"Sudah empat tahun Dru. Berhentilah menangis!"
"Iya, sudah empat tahun, aku kehilangan sandaran. Empat tahun aku dibuat hancur berantakan. Empat tahun aku merasa semakin kacau. Sungguh aku rindu Bapa dan Ibu"
Jika saja saat itu aku pulang. Aku tidak akan membuat Ibu dan Bapa menungguku untuk makan Bersama.
Aku Rindu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H