Ang mengalah, bukan saatnya menegur Dru. Ang tandai novelnya, dia harus segera cari pengganti sebelum pihak perpustakaan mengetahui bahwa salah satu koleksinya rusak.
Sebentar lagi jam shift Ang habis. Ang bersiap mengambil jaketnya.
Di sudut Lorong Dru masih saja melamun dan menghabiskan novelnya menjadi sobekan-sobekan kecil.
Mata sipit Ang semakin memipih perhatikan Dru.
Gadis bermata bulat dengan rambut yang selalu dibiarkan terurai sejujurnya menarik perhatian Ang.
Dru yang selalu menyapa Ang dengan sumringah, pipi chubbynya menyembul dan lesung pipi yang tidak ketinggalan menyimpan nilai tersendiri untuk Ang.
Namun karena setiap Ang ajak bicara, selalu saja tentang Bram, maka Ang yakin Bram adalah laki-laki istimewa utuk Dru.
"Dru, aku pulang. Kau masih boleh di sini. Ada Mike yang gantikan tugasku."
Ang membelai rambut Dru yang sudah sedikit berantakan, gerakan tangan Dru yang membolak balik belahan rambut nya, membuat pola zig zag tampak nyata di kepala Dru.
Ang tinggal di Flat HDB Kawasan Pasir Ris, jarak yang lumayan jauh dengan satu kali transit MRT harus Ang tempuh dengan perasaan tidak nyaman.
Ang teringat Dru. Kalau saja Dru tahu, bahwa Ang mulai menyimpan rasa untk Dru sejak Dru tak pernah berhenti bercerita soal pekerjaannya bila Bram pulang lebih dulu.
Biasanya, bila Ang sudah selesai shift, mereka berdua menyusuri Orchard Road hanya untuk sekadar melemaskan dan menghangatkan kaki.