"Jika berdana adalah praktik kebajikan yang paling mudah dilakukan, lantas mengapa ada orang-orang yang amat pelit berdana?" tanya Mama penasaran.
"Apa pun sulit jika kita belum biasa dan belum menyadari manfaatnya, Ma. Sebagai contoh, Mama amat suka memasak, kan? Dan masakan Mama enak-enak."
"He-eh, itu betul," tukas Mama dengan cepat. "Tapi soal masakan enak, itu tergantung selera juga."
"Ah, Mama, tidak perlu merendah. Masakan Mama memang enak, kok," puji May-may tulus.
"Sungguh? Iya deh, kalau kamu memaksa, hehehe..Tapi lanjut deh, bagaimana dengan orang yang pelit?"
"Ya, seperti yang sudah saya bilang tadi, apa pun sulit kalau kita belum terbiasa. Waktu Mama belum terbiasa memasak, pasti rasanya sulit untuk membuat sebuah masakan yang enak, ya kan?"
Mama mengangguk dengan semangat. "Ya, Mama ingat awal-awal diajarkan memasak oleh nenekmu. Wah, kacau."
"Tapi setelah terbiasa, memasak jadi mudah saja, kan? Membuat seporsi nasi goreng istimewa yang luar biasa....hmm..makyus, mudah saja. Bahkan tidak hanya itu. Mama pun sudah bisa menciptakan resep kreasi sendiri, betul?"
"Iya. seperti resep Ayam Goreng Tiga Rasa yang pernah Mama ikutkan lomba cipta resep dulu itu. Dan memenangkan seperangkat alat masak keren." Â
"Nah, Ma, berdana juga seperti itu. Jika belum terbiasa maka akan terasa berat. Orang yang pelit berdana adalah mereka yang belum terbiasa, juga belum menyadari manfaatnya. Jika tidak mulai membiasakan diri mereka akan rugi sendiri. Kemelekatan mereka tidak berkurang, kebajikan mereka tidak bertambah, dan di kehidupan ini maupun setelah kehidupan ini mereka akan menderita karena kekikirannya."
"Jadi karena sadar harus membiasakan diri dan manfaatnya banyak, kamu akhirnya rela menyumbangkan bando-bandomu untuk anak-anak panti yang membutuhkan?"