Selain si Bib, Mama juga punya benda lain yang dia sayangi. Benda itu adalah sebuah kursi pijat yang Mama peroleh sebagai pemenang sebuah sayembara. Seperti si Bib, kursi ini juga mempunyai nama: Ziip! (pakai tanda seru, jangan lupa). Dan di dapur ada Hotty si kompor, Pan-Pan si panci, Wawa si wajan, Teki si teko  pembuat teh, dan bahkan Peso si pisau dapur yang khusus dibuat untuk dan memiliki ukiran berupa inisial nama Mama di gagangnya. Keren, kan? Dan karena semua benda kesayangannya memiliki nama, jangan heran bila di keluarga Ceria biasa terdengar teguran Mama seperti, "May-may, kamu belum memandikan Pan-Pan, ya?" ketika May-may lupa mencuci panci setelah selesai merebus mie, misalnya. Tamu atau siapa pun orang yang berkunjung yang belum mengenal dekat keluarga Ceria pasti mengira Pan-pan itu binatang peliharaan keluarga. Mereka biasanya akan tertawa atau minimal tersenyum geli ketika dijelaskan bahwa Pan-pan itu nama seekor, eh, sebuah panci. Panci kesayangan Mama.
Memang begitulah Mama, semua benda-benda kesayangannya memiliki nama. Seperti orang-orang purba yang menjalankan animisme dan dinamisme, dengan memberi nama benda-benda kesayangannya Mama merasa lebih dekat dan bertambah sayang kepada benda-benda itu. Jeleknya, bahkan ketika benda-benda itu sudah rusak atau tak digunakan lagi pun Mama tak pernah mau membuang atau menjual atau---jika masih layak pakai---memberikannya  kepada orang yang mungkin membutuhkannya. Daripada begitu, ketimbang memberikan benda kesayangannya, Mama lebih memilih membelikan benda baru untuk disumbangkan kepada mereka yang membutuhkan. Makanya, tak heran gudang keluarga Ceria penuh sesak oleh benda-benda jadoel yang tak boleh seorang pun membuangnya jika tak ingin membuat Mama patah hati.
Jika dipikir-pikir, hal itu adalah cerminan dari sikap Mama yang amat menghargai kenangan. Karenanya, tak heran bila foto-foto keluarga Ceria terawat dengan baik. Dari sejak Mama dan Papa masih pacaran hingga Jomblo dan May-may lahir, ultah anak-anak, ultah perkawinan, upacara kematian kakek dan nenek, semuanya ada dan masih dapat dinikmati hingga kini.
+++
Ada SMS masuk di ponsel Mama. Dari May-may. Isinya: m jn lp nnt qta jl2 k m y.
Aduh, May-may! Tega nian kamu mengirim SMS berbahasa alay nan memusingkan seperti ini, keluh Mama. Anak itu sudah berkali-kali diperingati untuk tidak mengirim SMS berbahasa hancur-hancuran seperti itu ke Mama atau Papa atau siapa pun para tua lainnya. Tapi tampaknya tak ada satu pun yang digubriskannya. Padahal Mama tidak menuntut banyak, hanya meminta May-may untuk selalu mengirim SMS dengan bahasa yang bisa dimengerti tanpa membuat kepala pusing tujuh keliling, tidak harus berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan EYD.
Alhasil, dahi Mama berkerut-kerut membaca SMS itu. Setelah berpikir sejenak, akhirnya Mama mengerti juga apa maksud SMS itu. Mama ingat ada janji dengan May-may. Biasalah, acara ibu dan putrinya. Apalagi kalau bukan pergi ke salon di sebuah Mal dan makan malam berdua. Mama pun membalas: iya, sayang, nanti Mama jemput kamu di tempat kursusmu trus kita bisa sekalian ke Mal.
Pada waktunya, Mama bersiap-siap akan menjemput May-may. Sebelum pergi, Mama bilang ke Jomblo akan pergi menjemput May-may sekaligus langsung ke salon dan makan malam. Di rumah Mama sudah menyiapkan makan malam untuk Jomblo dan Papa.
"Selamat bersenang-senang, Ma. Daa.." Jomblo melambaikan tangan ke Mama yang sudah mengeluarkan mobil dari garasi. "Daa...Jangan lupa ingatkan Papa untuk makan, ya?" balas Mama sebelum pergi. Jomblo hanya mengangguk. Ya Papa, memang harus selalu diingatkan untuk makan tepat waktu. Kadang heran juga dengan orang-orang seperti Papa yang sering lupa makan, sementara di belahan dunia lain banyak orang yang selalu ingat bahwa sudah berhari-hari mereka belum makan karena tidak ada yang bisa dimakan akibat bencana alam atau kemiskinan yang parah.
Ketika Mama sampai di tempat kursus, May-may rupanya sudah menunggu. Dengan wajah berseri-seri dia bergegas masuk ke mobil dan langsung berkicau riang. Mama hanya tersenyum, kadang mengangguk-angguk, dengan sabar mendengarkan dan memberi komentar "ya, ya, ya" atau "oooh.." atau "wahh,.." tiap kali diperlukan pada setiap kicauan putrinya. Â Suasana hati sang putri sedang senang hari ini. Mama jadi teringat kenangan ketika May-may masih berumur 1 tahun. Tidak seperti lazimnya bayi perempuan yang selalu lebih cepat belajar bicara ketimbang bayi laki-laki, May-may termasuk lambat bicara. Hingga di umur nyaris genap 2 tahun dia masih saja lebih suka mengatakan sesuatu dengan menunjuk-nunjuk sambil berkata "uuhh.uhm uh,," atau "ah, ah, ah..." Papa dan Mama sempat cemas putri mereka mengalami suatu kelainan. Seperti autis, misalnya, atau mungkin bisu. Sekarang? Wow, jika sedang senang seperti hari ini, kicauannya bisa mengalir deras sampai jauh.
"Nanti, setelah dari salon saya mau beli bando, ya, Ma," kata May-may.