"Oh ya, karena kualitas positif berasal dari andil dua pihak, hal yang negatif pun kemungkinan berasal dari masing-masing sisi juga," Jomblo meneruskan, kali ini nadanya terdengar agak mencurigakan.
"Hal negatif macam apa?" Mama menukas cepat. May-may tampak mulai galau. Jangan-jangan....
"Yah, misalnya kebiasaan jorok May-may mengupil kalau sedang stress. Kata Oma, dulu waktu kecil Mama juga sering begitu, tapi untungnya sejak jadi ibu sudah mulai bisa terkendali." Mama cemberut, Papa tertawa ngakak, May-may berteriak histeris, "Stop! Stop!" sambil menutup kedua kupingnya seperti salah satu dari tiga monyet bijak yang terkenal itu.
"Sudah, sudah," Papa mencoba mengendalikan tawanya yang masih tersisa. "Yuk, May, kita berangkat. Sudah siang, kamu tidak ingin terlambat ke sekolah, kan?"
May-may mengangguk dengan muka cemberut dan mata melotot sadis ke Jomblo. Dalam benaknya pasti sudah tersusun rencana balas dendam. Awas kamu, Blo!
Dipelototi begitu, Jomblo pura-pura merasa ngeri. Tapi dia masih sempat-sempatnya memberi sentuhan akhir dengan berkata, "Daa..daa..adik cantik! Jangan ngupil di jalan ya, berbahaya!" Papa sudah siap meledakkan tawanya lagi, tapi buru-buru Papa memasang wajah serius kebapakan ketika dia melihat Mama mendelik ke arahnya.
"Oke deh, yayangku, aku pergi dulu ya. Muaach.." kata Papa sambil mengirim ciuman jarak jauh ke Mama. Mama tertawa geli sambil melambaikan sendok penggorengan. "Titi DJ Pa, May!"
Sableng, ya?
Yah, memang agak sableng, tapi begitulah keluarga Ceria.
Pak Kus, sopir Papa, sudah menunggu di luar. Tak lama terdengar suara mobil menderu keluar dari garasi. Suaranya makin lama makin menjauh. Setelah itu suasana pagi di dapur kembali hening. Jomblo asyik dengan sarapannya yang dibuatkan Mama, si Gemboel bermalas-malasan di bawah meja, di dekat kakinya.
"Apa rencanamu hari ini, Blo?" suara Mama terdengar dari dapur.