"...Terimakasih Cilla sudah melepas saya menjadi seorang imam. Barangkali saat kita dulu studi di Roma kamu sering menarik saya dari jalan ini untuk menjadi pasanganmu dan tidak jarang saya juga tertarik ikut ke jalanmu, tapi inilah kita sekarang. Kamu akhirnya mengikhlaskan saya dan kita berjalan ke arah yang berbeda. Dengan cara inilah masing-masing dari kita bisa menjadi salah satu bintang yang terang dan kita masih harus berjuang mempertahankan terang itu, meski kadang meredup tapi terang itu harus kembali."Ketika perayaan itu selesai, setelah foto bersama aku memeluk dirinya
"Cil, kita gimana?" tanyaku dengan nada bercanda"Aku? Anastasia Priscilla, dokter spesialis anak kamu?
""Rm. Albertus Bimo, S.T. M.Fil, M.Hum" jawabku
"Nanti yang berkatin anakku kamu ya, sesuai janjimu dulu." "Iya, nanti aku yang baptis, kutunggu." jawabkuÂ
Ya, pemantapan yang ditanyakan pak Maman itu adalah pemantapan pernikahannya. Panggilan "Bim" yang awalnya dari "Bimo" sekarang berubah jadi "Mo" alias "Romo" (sebutan bagi imam Katolik, diambil dari bahasa Jawa yang artinya: bapak) Sejak dia pulang dia bertemu seorang pria yang sudah ditakdirkan Tuhan baginya dan menjalin hubungan serius menyiapkan pernikahannya. Setelah aku menjadi imam, tugas pertamaku adalah menyiapkan dia dan calon suaminya untuk menikah, dan hari ini semua itu selesai. Volkswagen Beetle turunan itu masih aku gunakan. Bukan lagi untuk hal romantis, melainkan bepergian kesana-kemari membagikan cinta kepada umat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H