Mohon tunggu...
Christopher Lebdo Kusumo
Christopher Lebdo Kusumo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Seminaris Medan Tamtama 112

Lahir dan besar di Bandung, kemudian pergi ke Mertoyudan untuk menangikuti-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bintang Paling Terang

23 Maret 2024   09:39 Diperbarui: 23 Maret 2024   09:47 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah enam tahun sejak Cilla pergi ke Italia, meski kami tidak pernah bertemu beberapa unggahannya dari media sosial menunjukkan indahnya dan megahnya universitas serta bangunan-bangunan tua di Italia dan sesekali ia pergi ke negeri tetangga. Setiap kali Cilla pulang ke Indonesia, aku ada kesibukan dan halangan lain. Kadang ada cara keluarga, kadang harus pergi keluar pulau, dan masih banyak alasan lain yang menjauhkan kami, bahkan ketika kami nyaris bertemu, selalu saja gagal. 

Akhir Februari kemarin, aku menyelesaikan tahun orientasi Pastoral. Ya, sebenarnya aku menjadi seorang calon imam diosesan Keuskupan Bandung. Setelah lulus SMA aku masuk ke tahun orientasi rohani selama setahun, kemudian S1 filsafat selama 4 tahun dan dua tahun orientasi Pastoral menjadi Frater (sebutan bagi calon imam) pembantu di Katedral. Setelah ini aku mendapat sebuah perutusan yang cukup sulit kupercaya. Kuliah teologi, memang itu adalah salah satu syarat pendidikan seorang calon imam, tetapi ada suatu hal yang spesial. Kuliah teologi, di Roma, Italia. Selama ini aku menyembunyikan dari Cilla bahwa aku menjadi seorang frater tapi keinginan untuk bertemu dengannya, dan janji untuk menghampirinya ke Italia adalah sebuah janji yang kupegang sebagai seorang laki-laki. 

Di bulan Juni ini, aku memulai petualanganku di negeri sepatu boot ini dengan belajar bahasa Italia, yang tak jarang cukup sulit. Di bulan September kuliah teologi pun dimulai, selama berbulan-bulan itu aku menyembunyikannya dari banyak orang, aku tidak mengunggah apapun di sosial media. Yang tahu hanya beberapa orang Bandung yang dipamiti, tentunya, untuk menyiapkan sesuatu untuk Cilla. 

Sejak perayaan natal di Vatikan aku mulai punya perasaan bahwa ada Cilla di sekitar sini, maklum dia juga kuliah di kota ini dan sering mengunggah beberapa foto, sementara aku tidak pernah.  Sebagai seorang calon imam yang tinggal di Roma tentunya tempat itu adalah wilayah  "kantor" yang kerap kali kami kunjungi, untuk bekerja atau untuk sekedar jalan-jalan bersama banyak pelajar asing dan beberapa frater dari Keuskupan lain di Indonesia. 

Di perayaan natal itu, ketika Roma dan Vatikan sedang dalam kemeriahan natal, aku membawa kamera kesayanganku, yang sudah hampir sepuluh tahun di genggamanku. Kamera penuh cerita yang kudapat beberapa bulan sebelum masuk SMA dan menjadi salah satu bagian hidupku yang selalu kubawa kemanapun aku pergi. Kamera itu selalu menjadi sumber banyaknya foto berkesan penuh cerita yang kuambil. 

Banyak wajah orang yang tertangkap kamera milikku, namun dari ribuan wajah itu ada satu wajah yang paling berbeda dari orang-orang Eropa yang tertangkap fotoku. Seorang wanita dengan kacamata bulat, rambut panjang yang diikat, bermuka bulat dengan pipi chubby yang tingginya lebih pendek dari kebanyakan orang disana. Tentu saja itu Cilla yang ikut perayaan natal itu. Aku memang tidak menyapanya, mungkin natal bukan saat yang tepat. Sebagai hadiah natal untuknya, aku mengunggah foto pohon natal di Basilika St.Petrus, dengan sudut yang sama seperti di foto unggahan Cilla.

Baru sepuluh menit aku tiba di asrama, mengedit foto ku, ponselku bergetar, layarnya hidup dan menunjukkan pesan;

Cilla: BIM, NGAPAIN DISINI?

Belajar. Balasku dalam pesan singkat itu

Cilla: IH, GA BILANG-BILANG

Bilang? Ngapain bilang kalau bisa langsung ketemu? Balasku sengaja memancing emosinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun