Mohon tunggu...
Christopher Lebdo Kusumo
Christopher Lebdo Kusumo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Seminaris Medan Tamtama 112

Lahir dan besar di Bandung, kemudian pergi ke Mertoyudan untuk menangikuti-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bintang Paling Terang

23 Maret 2024   09:39 Diperbarui: 23 Maret 2024   09:47 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika aku melanjutkan editing foto, dia membuka laptop miliknya dan membuka PowerPoint, dari slide pertamanya aku mengetahui bahwa dia ternyata satu angkatan dan jarak sekolah kami tidak begitu jauh. Berbekal rasa penasaran dan minimnya rasa malu yang ada dalam diriku, aku bertanya padanya, "lho, kamu anak X-3 ternyata?"

Dengan ekspresi kagetnya Cilla menoleh kepadaku, rasa kaget dan bingung sangat terlihat dari matanya. Dia terdiam sejenak lalu menjawab "eh, iya, kak- kakak? Kelas berapa?" tanyanya dengan penuh kebingungan.

"X-C, gak usah panggil kak" balasku.

"hehe, iya, Bim."

Maklum saja meski ini memasuki bulan ke delapan kami di SMA tapi hanya sedikit acara yang melibatkan satu angkatan, ditambah ada tujuh kelas yang masing-masing berisi tiga puluh lebih murid. Meski begitu rooftop sekolah kami ini kadang menjadi tempat bertukar kisah dan berbincang, mulai dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas, jika memang saatnya banyak tugas. Jika hari-hari biasa seperti ini, biasanya sepi, hanya aku sendirian ditemani jutaan bintang di langit dan lagu yang diputar dari playlist-ku sendiri. 

Aku melanjutkan memandangi bintang yang berkelap-kelip, sampai lupa aku perlu meng-edit foto acara valentine, pikiranku melayang tinggi entah kemana seperti balon yang lepas dari genggaman seorang anak dan mataku terasa semakin berat setelah memandangi indahnya bintang di langit dalam kedamaian dan kesendirian.

"HUUU, FOTO CEWEK CANTIK TUH DI EDIT DIKIT, MALAH TIDUR" ucap Cilla yang tiba-tiba datang tanpa jejak kaki, menarik telinga kiriku hingga aku gagal tidur. Bayangan membahagiakan itu tiba-tiba hilang karena realita datang. 

"Cewek cantik" yang dia maksud adalah dirinya sendiri, yang fotonya hendak ku-edit beberapa menit lalu sebelum aku diserang rasa kantuk. Dia memang terlihat sangat cantik saat acara valentine tadi, jauh berbeda dengan Cilla yang pertama kutemui di tempat ini, setelah acara yang sama, tiga tahun lalu. 

"Aku punya feeling ada spesies pecinta fotografi yang barusan selesai mengerjakan pekerjaannya, mencari foto-foto perempuan cantik dan memotretnya diam-diam dengan alasan tim dokumentasi."

"Heh! Engga juga ya!" ucapku dengan telinga yang merah setelah ditarik oleh Cilla.

"Eits, 'engga juga' berarti ada benernya dong?" ucap Cilla dengan nada yang sedikit meledekku, dengan senyum tipisnya yang amat manis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun