...
Hari berikutnya Rindu dan Hera memaksaku datang lebih pagi ke kampus agar dapat membahas kesimpulan eksperimen kemarin.
"Berhubung eksperimen kemarin tidak tepat maka kita harus ganti prosedur. Setiap ada Jesi di dekat Elang maka kamu harus mendekat untuk tahu reaksi Elang. Gimana?" tanya Rindu.
"Maksudmu? Aku harus bergenit-genit gitu di depan Elang?"
"Nggak gitu juga kali, Lok. Kamu berjalan saja di tengah-tengah mereka. Kira-kira Elang langsung nyamber kamu nggak?" Hera mencoba memberi penjelasan tapi makin bikin bingung.
"Nah tu, target sudah datang. Coba kamu jalan ke depan, coba pesan sesuatu. Kalau Elang sampai manggil kamu dan dalam mode lumer itu berarti Elang memang ingin Jesi cemburu." Rindu menunjuk kedua orang target yang memasuki kantin dari arah berlawanan.
"Aku nggak ngerti deh. Kan mereka sudah datang berdua trus apa fungsinya aku? Jangan-jangan mereka sudah balikan?" Aku merasa enggan untuk melaksanakan eksperimen kali ini.
"Kamu penasaran kan? Makanya, jalan ke sana." Hera mendorongku hingga aku hampir terjungkal dari kursi.
Sebaiknya aku tidak memperdulikan mereka saja. Aku harus mikirin perut yang dari tadi minta diisi. Gara-gara ide Rindu untuk datang awal jadi tidak sempat sarapan. Elang dan Jesi sudah berdiri di sebelah, ikut memesan soto ayam. Elang sama sekali tidak menyapaku.
Aku segera kembali dan bergabung dengan Rindu dan Hera. Mereka juga merasa heran dengan respon Elang.Â
"Jangan-jangan emang sudah balikan." Hera mencondongkan badan saat berbisik.