Rindu mencondongkan badan lalu berbisik lirih, "dengar-dengar Jesi ingin balikan lagi." Aku memutar bola mata, gosip dimulai.Â
"Mau ke mana, Lok? Kelas sudah mau mulai nih." Hera berteriak kencang tapi aku tetap melangkahkan kaki menuju kantin.Â
Aku harus pergi ke mana saja asal tidak melihat mereka berdua. Ah, kantin tempat terbaik untuk bersembunyi. Duduk di bawah pohon rindang sambil minum es pasti bisa mendinginkan suasana.Â
Aku masih sempat melirik kedua sejoli waktu melewati mereka. Jesi menggengam tangan kanan Elang. Ekspresi Elang datar seperti biasanya membuatku heran. Seperti ini gaya berpacaran mereka. Jesi yang lebih agresif sedang Elang biasa-biasa saja.
"Mau kemana, Lok?" Fahmi mencegat di depan pintu.
"Cari minum. Panas banget nih." Kukibaskan tangan di depan muka.
"Minum ini saja. Tenang, belum kuminum kok." Fahmi memahami keengganaku.
"Makasih." Segera kusedot es teh pemberian Fahmi. Sebenarnya cuaca tidak sepanas itu hingga aku butuh es tapi melihat Jesi dan Elang lah yang bikin panas.
Tanpa permisi Fahmi menarikku hingga sampai di depan Elang. Si Fahmi memang perlu dijitak nih. Aku mempermainkan sedotan, pura-pura cuek saja.
"Eh, esku tuh," pekikku nggak terima saat Elang menarik paksa plastik es. Dia menyedot es teh hingga habis seolah-olah itu miliknya.
"Dari pada buat mainan, lebih baik kuminum saja. Haus."