Mohon tunggu...
Sketsanol
Sketsanol Mohon Tunggu... Guru - Meraih kebebasan berkarya dan berekspresi tanpa batas.

Sketsanol tercipta dari sketsa-sketsa kehidupan yang diawali titik nol.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Binarti

7 Mei 2018   17:29 Diperbarui: 1 Juni 2020   21:09 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by Chelseau  (Pinterest)

Untuk pertama kali cinta Sugeng 'digantung' oleh seorang wanita pribumi. Wajah pria itu tampak muram, kuyu dan tak bersemangat. Pria  tampan dan mapan berprofesi karyawan swasta salah satu perusahaan besar di Jakarta itu, tak bisa menyembunyikan kegelisahanya. 

Sesekali ia bertopang dagu, menyeka bulir-bulir keringat jagung memenuhi kening seraya menggaruk-garuk kepala. Baru kali ini cintanya tak dijawab. Ia pria idaman, mapan, rajin beribadah, dan tampan pula. Banyak perempuan mengejar cintanya. Tapi hanya seseorang  yang ia damba, namanya Binarti. Cintanya pada Binarti benar-benar cinta mati. 

Bukan cinta ababil yang terdesak menghindar dari julukan 'jones'.  Telah ia datangi  7 negeri, banyak perempuan cantik ia temui namun hanya Binarti seorang dihati. Banyak cara ia  lakukan untuk mendapatkan pujaan hati. 

Dari blusukan kampung-kampung, pasang tampang cool di pasar sukarame, mandi bola di kali, berdiri satu jam di jembatan ringkih dengan satu kaki yang merasa keren dengan julukan jurus bangau sampai cabut kutil dipipi kiri.

Binarti adalah sosok wanita idaman kaum pria begitulah menurut kacamata awam. Sosok Binarti bagi seorang Sugeng adalah wujud bidadari tanpa cela. Sempurna begitulah kata Sugeng terinspirasi lagu 'Sempurna' dari Andra and The Backbone, bila ia bercerita tentang Binarti pada orang-orang.  Banyak puisi tercipta dikala ia sedang memikirkan wanita itu. 

Banyak lagu yang dikumandangkan buat Binarti ketika senja menyapa  menggiring surya pulang ke peraduannya. Nama perempuan itu pun selalu diukir dimanapun ia berada. 

Di warung Ngatinah, di dinding parkiran swalayan, baju Pokay teman kerja sampai ke tangan preman pasar senggol. Narti, Narti dan selalu terukir nama perempuan yang bernama Binarti. Alangkah beruntungnya perempuan bernama Binarti itu, dipuja bak seorang puteri raja demikian celoteh deretan anak gadis yang diabaikan Sugeng. 

Namun sungguh malang nasib Sugeng, hatinya sakit ketika wanita itu tidak merespon pernyataan cintanya. "Wanita itu tidak menjawab hanya diam dan meninggalkanku sendiri di bawah lampu jalan yang remang" ucapnya lirih saat ditanya beberapa orang penasaran tentang cintanya diabaikan Binarti.  "Sabar  ya Geng, mungkin Binarti bukan jodohmu. Kamu harus legowo jangan patah semangat. 

Masih banyak perempuan di lingkungan kita yang cantik. Kamu bisa deketin mana tahu cocok" kata ibu-ibu yang turut prihatin dengan keadaan Sugeng yang jatuh sakit karena cinta. Sekarang Sugeng tak seperti dulu yang selalu tampil necis, aroma parfumnya selalu tercium bila ia berjalan tapi saat ini ia seperti pria yang tak punya semangat hidup. 

Mandi saja bisa lupa, rambutnya acak-acakan bila keluar dari rumah. Sikap Binarti yang meninggalkanya membuat dirinya frustasi.  Binarti tak akan bisa tergantikan oleh siapapun, gumannya disela kesepian yang selalu menemani dirinya.

Sejak ia menyatakan cinta pada Binarti, wanita itu tak pernah muncul di persimpangan jalan depan rumahnya.  Pertama kali Sugeng bertemu dengan Binarti saat ia keluar dari rumah hendak ke warung Ngatinah.  

Saat itu wanita berambut lurus panjang sepinggang berjalan dengan santai melewati dirinya. Sugeng langsung jatuh hati ketika wanita itu tersenyum kecil melihat dirinya berdiri mematung. Ia terus memperhatikan wanita itu sampai hilang dari pandangan. Pertemuan singkat itu ternyata Sugeng jadi penasaran, esok hari ia  menunggu Binarti di persimpangan jalan depan rumah pada jam yang sama. 

Benar dugaan Sugeng, tak berapa lama tepatnya pukul 18.00 wanita yang ditunggu-tunggu muncul dibalik pohon  besar yang tumbuh di pinggir jalan kemudian ia menyeberang ke arah posisi Sugeng berdiri. Jantung Sugeng berdetak tak beraturan, hidungnya kembang kempis, dan bibirnya terasa kaku untuk menyapa. Badan kurus tinggi semampai milik wanita cantik itu semakin jelas terlihat, Sugeng mengumpulkan keberanian dan tekad untuk menyapa wanita pujaanya.

"Haiiii...." sapa Sugeng ketika wanita itu berjalan melewati dirinya.  Tak sampai 5 langkah dari posisi berdiri Sugeng, wanita itu menghentikan langkahnya. Lalu berbalik melihat ke arah Sugeng yang berdiri menatapnya dengan heran.  Mereka saling pandang. Tak ada senyuman yang ada secuil tanya dihati mereka. Wanita cantik dengan kemeja bewarna merah polos dipadu rok hitam ketat membuat dirinya tampil menawan. 

Elegan. Sugeng gemetaran ketika ia datang mendekat  tercium aroma parfum entah apalah mereknya, yang pasti terasa lembut menyentuh indera penciuman Sugeng. "Binarti" ucapnya lembut sembari menyodorkan tanganya dengan cepat Sugeng menyambut tanganya. 

Terasa hangat genggaman tangan wanita itu ditangan Sugeng rasanya tak ingin dilepas tapi Binarti duluan yang melepaskan tangan dari genggamannya.  Kemudian mereka  larut bercerita tentang kegiatan masing-masing, gelak tawa terkadang tak luput disela-sela obrolan. 

Sugeng pun mengajak Binarti makan malam esok hari disebuah tempat, tanpa pikir panjang Binarti langsung setuju. Mereka pun berpisah ketika Binarti melirik jam tangan menunjukkan pukul 20.30. Sugeng menawarkan dirinya untuk mengantar Binarti tapi ia menolak karena tak ingin merepotkan. Binarti melangkah pergi meski jauh dilubuk hati terdalam, Sugeng tak ingin berpisah. 

Wanita itu pun pergi hilang ditelan gelap malam. Malam itu pun Sugeng tertidur pulas dipeluknya erat bantal yang selalu setia menemani malamnya yang dingin dan sepi.

Keesokan hari Sugeng tak sabar menanti Binarti. Ia gelisah memilih pakaian apa yang cocok, semua pakaian dilemari keluar satu persatu. Ia ingin tampil menjadi pria yang pantas bagi Binarti. 

Akhirnya pilihannya jatuh pada kemeja warna merah marun, seperti warna baju Binarti kemaren. Pasti warna favoritnya warna merah Sugeng berkata dalam hati. Hampir setengah hari ia mempersiapkan untuk kencan pertama, pakaian, kado, menu makanan apa yang akan dipesan, dan  kata-kata romantis juga sudah dipersiapkan.  Pengeluaran keuanganya bulan ini pasti cukup banyak tapi belum sampai pada tahap krisis. 

Jika ia mengalami krisis keuangan maka hutang akan menumpuk, bisa jadi  korupsi di tempat kerjanya. Tapi Sugeng seorang lelaki yang telaten nan bijak dalam soal keuangan. Korupsi tak akan ia lakoni. Dia pria yang bermoral dan selalu berpikir rasional.

Kini tiba saatnya ia menunggu ditempat yang telah dijanjikan. Penampilanya malam itu tampak rapi, wajahnya kelihatan tak sabar menanti seseorang. Sesekali ia melirik arloji dan kembali dalam perasaan was-was. 

Akankah ia akan datang ? Mungkin dia ada pekerjaan mendadak di kantor?  Bisa jadi dia lupa? Seandainya dirinya minta no hp Binarti mungkin ia bisa cari tahu penyebab keterlambatanya. Lebih dari 25 menit dari jam yang sudah dijanjikan, Binarti muncul dibalut senyuman lebar diwajahnya. Sugeng girang bukan kepalang, pujaan hatinya sudah ada dihadapanya. 

"Sori, tadi ada kerjaan tambahan dari bos di tempat kerja" ucap Binarti dengan wajah memelas.

"Oww...gak apa-apa kog. Ayo silakan duduk. Kita langsung pesan makanan aja ya" kata Sugeng sambil tersenyum hangat menatap Binarti

Lalu mereka makan malam diselingi cerita lucu Sugeng. Binarti tertawa kecil sambil menutup mulutnya karena masih mengunyah makanan. Mereka sama-sama penggila film horor. Keduanya saling bertukar pendapat tentang film favorit mereka. 

Dinner Sugeng dengan Binarti berjalan lancar. Mereka semakin lama semakin akrab. Saling bertukar no Hp dan saling menghubungi.  Semakin lama Sugeng semakin yakin mereka punya perasaan yang sama. Perasaan yang sudah dipupuk dari pertemanan berubah menjadi cinta. Sugeng begitu yakin dengan cintanya tulus dan suci akan diterima oleh Binarti. Meski baru 3 bulan ia mengenal wanita cantik itu.

Akhirnya disuatu senja  seperti biasa pada pukul 18.00 Sugeng menunggu Binarti di warung Ngatinah. Rangkaian kalimat romantis sudah dipersiapkan untuk Binarti. Jantung Sugeng berdegup tak karuan, ia grogi. Aku harus bisa gumamnya dengan mengepalkan tangan seraya meneguk segelas kopi. Tak lama kemudian, Binarti muncul  dari balik pohon besar yang letaknya di pinggir jalan. 

Pohon itu tumbuh besar dan tinggi hampir menutup pandangan ke arah jalan.  Ia menyeberang ke arah trotoar dekat warung Ngatinah. Sugeng sudah berdiri menyambutnya dengan senyuman lebar. Binarti membalas senyuman Sugeng dengan senyuman manis paling manis senyuman Monalisa kalah, benar-benar senyuman Binarti penawar hati yang resah dan gundah gulana. 

Sugeng mengajak Binarti berjalan agak jauh dari warung Ngatinah karena banyak pasang mata yang kelap kelip penuh tanya. Tepat di bawah lampu jalan yang remang, akhirnya Sugeng menyatakan cinta pada Binarti. "Aku suka kamu. Aku ingin hubungan kita lebih dari teman" ucapnya mantap sambil menatap mata Binarti. Pancaran mata Binarti menjadi tampak redup wajahnya tak ada ekspresi. 

Sugeng menjadi kikuk karena Binarti tak merespon. Tanpa sepatah kata, wanita itu berjalan pergi meninggalkan Sugeng dengan ribuan pertanyaan bikin sesak dihati. Ingin mengejarnya tapi Sugeng merasa malu karena diacuhkan. Kakinya lemes seperti ada sesuatu yang menarik masuk ke dalam perut bumi.

"Nar... Narti, kenapa kamu pergi?" panggil Sugeng, hidungnya kembang kempis menahan perasaan kecewa. "Baiklah, kalau kamu gak suka ya ngomong donk jangan tinggalin aku kayak gini" ucap Sugeng dengan setengah berteriak. Ia kesal merasa diacuhkan. Padahal selama 3 bulan mengenal  Narti adalah cewek yang peduli tentang dirinya. 

Ia tahu betul kalau Sugeng merasa senang atau sedih. Ternyata semua itu palsu, Sugeng menjadi frustasi. Anehnya frustasi yang dialaminya malah bikin penasaran orang. Secantik apakah Binarti? Sampai seorang Sugeng yang tampan jadi frustasi. Mengapa Binarti meninggalkan Sugeng? Pasti ada yang tidak disukai Binarti dari Sugeng makanya perempuan itu menolaknya secara halus, begitulah bisik-bisik tetangga di lingkungan tempat tinggal Sugeng.

Cerita sosok Binarti  tersebar segala penjuru arah di kota kecil itu.  Awalnya banyak pria jomblo yang penasaran sosok Binarti, mereka memasang mata dan telinga mencari keberadaan perempuan yang dipuja Sugeng.  Berharap salah satu dari mereka bisa menaklukkan hati Binarti. Setiap tempat mereka periksa bahkan sampai ke tempat Giwo tuna wisma yang selalu tidur di kolong jembatan tak ketinggalan. 

Giwo lari ketakutan melihat manusia mulai gak waras.Gelagat para pemuda yang haus akan cinta seorang wanita cantik tercium oleh para pria berstatus duda dan pria punya isteri. Seolah  tak mau kalah  lalu mereka melancarkan strategi pencarian Binarti. Para pria yang berstatus duda melancarkan strategi  'SOSMED' yaitu strategi yang dilakukan melalui pencaharian jaringan sosial media. 

Bahkan mereka bikin blog khusus mencari Binarti. Banyak respon postif terhadap pencaharian Binarti di sosmed, mereka pun bangga akan hal itu. Tentu saja followers-nya semakin berjubel. Sejumlah wanita pun ngaku  bernama Binarti. Sedangkan para pria yang beristeri lain pula ceritanya, mereka siap melancarkan strategi 'PEJANTAN TANGGUH' atau lebih dikenal PANTANG. 

Strategi ini banyak memanipulasi kaum hawa. Mulai dari rangkaian kata romantis sampai alasan pergi ke luar rumah untuk mengejar kepingan dolar. Itu semua demi Binarti. Yah... gadis pujaan Sugeng yang bikin kaum adam penasaran dan bikin kaum hawa kebakaran jenggot karena tersaingi. Tapi tak satupun diantara mereka mampu menemukan Binarti. 

Sosok Binarti semakin membuat orang-orang penasaran. Disaat mereka mulai lelah akan pencaharian, tak bersemangat,kemudian timbul isu tak sedap menyudutkan Sugeng dari barisan lelaki patah hati.

Di antara mereka mengatakan, Binarti adalah perempuan yang sudah punya suami.  Suami Binarti namanya Mukidi, seorang pengangguran sering mabuk dan bila ia mabuk selalu buat rusuh. Dulu Mukidi tidak begitu, ia seorang lelaki yang alim. Ramah terhadap siapapun, tetapi sejak ia di PHK dari perusahaan tempat ia kerja, Mukidi  menjadi temperamen. 

Apalagi ditambah gosip miring tentang istrinya selingkuh dengan Bowo rekan kerjanya. Tetapi ketika ditanyakan dimanakah rumah Binarti tinggal bersama suaminya, mereka yang sudah menyebarkan isu menggeleng lemah tanda kurang akurat informasi. Lalu mereka pelan-pelan menyingkir dari pembicaraan. Semua mendengus kesal karena mendapat kabar hoax.

Dibarisan mereka yang percaya pada hal-hal ghaib berpendapat beda pula, Binarti adalah perempuan jelmaan suka mengganggu laki-laki tampan yang sedang sendirian. Biasanya ia mucul di saat hari mulai gelap. Perempuan seperti Binarti memang cantik dan menarik hati tapi bagi kaum lelaki yang teliti melihat dirinya pasti tak akan mau menyapa ataupun sekedar tersenyum. 

Mereka membawa kembang 7  rupa lalu menaburnya ke sekeliling rumah Sugeng. Mulut mereka komat kamit membaca mantra sembari  melempar kembang  7 rupa ke segala arah. Katanya, sosok Binarti tinggal di situ. Tak mau pergi. Mahkluk yang tak kasat mata itu belakangan ini tak muncul karena  merasa tertekan dengan beberapa orang yang ingin menyakitinya. 

Meskipun tak pernah lagi berjumpa dengan Sugeng tapi ia selalu memperhatikan kehidupan Sugeng. Akhir kegiatan, para lelaki yang percaya akan hal ghaib itu mengadakan doa bersama agar Sugeng dijauhkan dari  mahkluk jadi-jadian itu. Satu persatu mereka mulai berpulangan dan terakhir salah satu dari mereka yang dianggap ahli ghaib, memberikan satu benda sakti sebagai penangkal hantu. Benda itu adalah keris kecil yang dibungkus pake kain bewarna merah. Sugeng menerimanya tanpa ekspresi  seolah ia setuju dengan semua yang mereka lakukan. Lalu merekapun  pergi dengan harapan besok Sugeng pulih.

Lain halnya pula dibarisan mereka yang memiliki pikiran skeptis, sama sekali tak masuk akal hubungan Sugeng dan Binarti. Tak satu pun petunjuk untuk mengetahui keberadaan Binarti. Jejaknya tak berbekas. Mereka malah berpendapat, Sugeng sedang sakit jiwa. Binarti adalah sosok perempuan khayalanya. Seperti nyata baginya, padahal semuanya itu hanya khayalanya. 

Sugeng seorang lelaki yang belum punya kekasih di usianya yang sudah paruh abad. Jelas terlihat dari keseharianya yang selalu sendiri. Tetangganya pun bilang begitu, tak seorang pun gadis menyentuh lantai rumahnya.  Ia lelaki yang terobsesi dengan perempuan  'perfect' seperti bidadari. Banyak perempuan di lingkungan sekitar yang ingin berkenalan padanya tapi tak pernah digubrisnya. 

Alasanya banyak, yang kurang pinter, banyak jerawat, pendiam, cerewet, egois, kepo dan sampe perihal warna baju yang tidak cocok baginya. Bukti yang paling mendekat dengan kebenaran, dari seorang tetangga yang bernama Rohim. Pria yang sudah berkeluarga ini pernah melihat Sugeng berjalan sendiri saat maghrib sambil tertawa-tawa seolah ia berbicara dengan seseorang. Pada saat itu Rohim tak ambil pusing dengan perilaku aneh tetangganya itu. Setelah kedengaran berita Binarti, ia yakin Binarti adalah teman khayalanya. 

Pasukan lelaki yang bersikap skeptis datang ke rumah Sugeng dengan tujuan memberi solusi dan nasehat agar Sugeng selalu berpikiran jernih. "Berkhayal mendapat seorang gadis cantik jelita itu tak sehat, lebih baik Sugeng segera mendapatkan pengganti Binarti agar Sugeng bisa masuk ke dunia nyata," ucap seorang lelaki yang membuka dialog pada sore itu. Tampak sosok lelaki yang berwibawa terpancar dari sorot matanya. Dia adalah pak RT yang bijaksana. Sugeng tak menjawab tatapan matanya kosong. 

Keadaanya sungguh mengkhwatirkan. "Adakah saudara dekat sampean tinggal di daerah ini?" tanya lelaki yang turut prihatin akan keadaan Sugeng. Sugeng masih tak menjawab, wajahnya layu penampilanya lusuh. "Terkadang tetangga datang beri ia makan, pak. Karena ia bisa tidak makan sampai 2 hari dan tidak mandi selama seminggu" ucap seorang lelaki yang sudah tua perawakanya. 

Mereka semua terdiam, dan akhirnya lelaki yang berwibawa itu angkat bicara, "Kita harus menemukan saudaranya untuk mengurusnya. Jadi dimohon untuk bapak-bapak yang ada disini mari kita bantu Sugeng, untuk mencari saudaranya mungkin  bisa kita cari tahu dari rekan kerjanya atau teman-temanya". Semua yang ada disitu langsung setuju,  akhirnya mereka permisi pulang seraya memberikan kata-kata semangat pada Sugeng dengan harapan esok hari akan ada perubahan bagi dirinya. Sungguh beruntung Sugeng  punya tetangga yang perhatian terhadap dirinya.

Jauh dari tempat Sugeng, di suatu tempat yang jauh dari keramaian. Lebih tepatnya tempat di sudut kota yang penghuninya hanya dihuni dua puluh kepala keluarga. Soseorang perempuan duduk sendirian di teras sebuah rumah kecil, rambutnya yang lurus panjang sebahu dibiarkan terurai. Perempuan dengan wajah sendu itu tampak muram, tatapan matanya kosong. 

Sudah sebulan lebih ia begitu, padahal sebelumnya ia gadis ceria. Ia tinggal bersama adiknya, kedua orangtuanya sudah meninggal sejak 2 tahun yang lalu. Mereka berdua bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup. Ia beruntung punya adik yang bekerja di bank swasta dekat rumahnya. Berkat adiknya keuangan mereka tak pernah krisis. Pengorbananya untuk menyekolahkan adiknya agar mendapat gelar sarjana tak sia-sia. Ia hanya tamatan SMA yang bekerja menjadi SPG di salah satu Mall terbesar di kota itu.

Seorang perempuan muncul dari pintu depan rumah sambil membawa piring yang berisi makanan. Perempuan itu adiknya, Binarti. Ia duduk disebelah kakaknya, "makan yuk kak Mar," ucap Binarti sambil menyentuh tanganya. Marina tersentak dari lamunanya, ia melirik ke arah Binarti. Lalu Binarti menyuap Marina sedikit demi sedikit dan akhirnya habis. Binarti takjub dan puas karena baru kali ini kakaknya menghabiskan makananya.  Biasanya Marina makan hanya beberapa suap setelah itu ia kembali duduk diam disinggasananya. Seyum Binarti melebar melihat Marina meskipun masih tak banyak bicara seperti dulu, ia cukup bahagia ada perubahan dari Marina.

"Aku senang hari ini, kak Mar" ucap Binarti langsung memeluk Marina yang masih duduk diam dengan sinar matanya yang redup. Binarti yakin suatu hari nanti kakaknya pasti kembali seperti dulu. Butuh waktu menghapus semua kenangan bersama pria yang dicintainya. Pria itu telah pergi meninggalkan Marina tanpa alasan yang jelas. Marina patah hatis dengan pria itu, ada apa denganya? Kenapa tak pernah lagi ia mucul di tempat kerjaan untuk makan malam bersama. Memang kata cinta tak pernah mereka ucapkan apalagi saling kirim  kata-kata puitis cinta. 

Awal pertemuanya dengan lelaki itu di tempat kerjanya. Sebagai SPG di salah satu showroom mobil, Marina banyak kenal dengan pria.  Tapi pria yang buatnya jatuh hati adalah dia yang suatu hari tampak bingung  melihat-lihat mobil yang dipajang untuk dijual. Perawakanya dewasa dalam bertutur kata ramah dan sopan, sejak perkenalan itu ia sering mampir ke tempat kerja Marina. 

Kadang ia bawa teman tapi lebih sering sendirian.  Mereka  mulai dekat sejak pertemuan itu selama 6 bulan. Seolah yakin lelaki tampan itu mencintai Marina ternyata ia hanya memberikan harapan palsu. Tak pernah lagi ditemuinya dan mengajak jalan sama. Tinggalah Marina dengan cintanya yang pupus sudah. Marina terlalu menggebu dan yakin ia dicintai pria itu, setiap mengingat itu Marina selalu sedih. Tak berhenti ia selalu menyalahkan dirinya sendiri. Hati dan pikiranya telah diberi untuk pria itu.

Binarti sedih dengan keadaan kakaknya. Kesedihanya makin bertambah ketika ia mengetahui sesuatu yang tak pernah Marina cerita padanya. Suatu hari  ia  masuk ke kamar kakaknya hendak bersihkan kamar. Ia menemukan diari Marina dibalik bantal, dengan penasaran ia membuka buku berwarna pink, dilembaran pertama  terpajang futu seorang pria yang ia kenal. Pria yang dikenalnya sejak dua bulan lalu, mereka sudah sangat akrab 3 bulan terakhir. Bahkan Binarti sering mendapat sms dari pria itu. Binarti mulai menyukai pria itu, pria berwibawa yang baik hati. 

Sungguh Binarti ingin menangis pada saat itu tapi ia tahan dan bergegas mengembalikan buku diari Marina ke tempat semula, ia pun pergi dengan seribu langkah membawa hatinya yang hancur. Hal itulah yang membuat dirinya tak mampu menjawab pertanyaan Sugeng disaat ia menyatakan perasaan pada dirinya. Bahagia campur sedih melanda hati dan pikiranya teringat Marina. 

Ia meninggalkan pria itu dengan hati yang hancur. Langkahnya berat tapi hati bertekad untuk tidak menyerahkan hati pada pria yang telah membuat hidup kakaknya hancur. Ingin rasanya marah dan memaki  pria itu, agar ia tahu apa yang ia rasakan sekarang. Ia tak melakukanya karena itu sama saja menyudutkan Marina. Pasti pria itu berdalih tak punya perasaan spesial untuk 

Marina atau mungkin ia akan mendengar kata maaf dari pria itu membujuk dirinya agar menerimanya sebagai pacar. Tidak! Lebih baik pergi meninggalkanya dengan menyisakan seribu tanya seperti yang ia lakukan pada Marina. Satu hari atau dua hari mungkin masih kepikiran tentang dirinya tapi kalau sudah dibiasakan untuk melupakanya pasti bisa, begitulah kata hati Binarti dengan mantap.

Binarti meninggalkan Marina sendirian di teras rumah. Saat itu malam menyapa dengan lembut diiringi semilir angin bertiup.  Beberapa anak kecil berlarian melintasi depan rumah menuju mesjid, beberapa ibu tetangga lewat sambil menyapa Marina, ia pun tersenyum kecil. Binarti muncul dengan membawa selimut segera ia membalut tubuh Marina dengan selimut itu. 

"Masih disini, kak Mar?" tanya Binarti sambil menatap wajah Marina lekat-lekat. Marina menganggukkan kepalanya pelan.  Binarti masuk ke dalam seolah tak ingin mengganggu Marina dalam lamunanya. 

Marina menyayangi Binarti meski Binarti bukan adik kandungnya. Rasa sayangnya melebihi dirinya sendiri, banyak pengorbanan ia lakukan untuk adik tirinya. Hanya Binarti yang ia punya dalam hidup dan hanya Binarti menolong dirinya disaat ia susah. Tetapi mengapa hati Marina bisa terluka parah ketika ia tahu pujaan hati ternyata menyukai Binarti.  Seharusnya Marina ikhlas  bila mereka menjadi sepasang kekasih, kebahagiaan Binarti adalah kebahagiaan Marina juga, ucap Marina dalam hati. Semakin lama ia berpikir semakin gelisah dirinya, raut wajahnya berubah-ubah. 

Ada pertentangan batin di hatinya, marah, benci, iba, cinta dan sayang semua jadi satu. Akhirnya ia memejamkan mata  seolah ingin berkosentrasi mendengar kata hatinya, terdengar sayup suara Binarti bersenandung sambil menyapu di dalam rumah.   Tiba-tiba matanya mendelik sepert baru siuman, ia seperti baru mendapatkan roh kehidupanya lagi. 

Berpikir itu adalah proses pencerahan dan tak bisa dipungkiri berpikir butuh waktu dan perasaan, saat itu juga ia bangkit dari duduknya yang panjang melangkah dengan semangat masuk ke dalam rumah. Sebuah senyuman keteguhan hati terukir diwajahnya, sudah tiba waktunya ia menyapa kembali dunianya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun