Mohon tunggu...
Sketsanol
Sketsanol Mohon Tunggu... Guru - Meraih kebebasan berkarya dan berekspresi tanpa batas.

Sketsanol tercipta dari sketsa-sketsa kehidupan yang diawali titik nol.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Binarti

7 Mei 2018   17:29 Diperbarui: 1 Juni 2020   21:09 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by Chelseau  (Pinterest)

Kini tiba saatnya ia menunggu ditempat yang telah dijanjikan. Penampilanya malam itu tampak rapi, wajahnya kelihatan tak sabar menanti seseorang. Sesekali ia melirik arloji dan kembali dalam perasaan was-was. 

Akankah ia akan datang ? Mungkin dia ada pekerjaan mendadak di kantor?  Bisa jadi dia lupa? Seandainya dirinya minta no hp Binarti mungkin ia bisa cari tahu penyebab keterlambatanya. Lebih dari 25 menit dari jam yang sudah dijanjikan, Binarti muncul dibalut senyuman lebar diwajahnya. Sugeng girang bukan kepalang, pujaan hatinya sudah ada dihadapanya. 

"Sori, tadi ada kerjaan tambahan dari bos di tempat kerja" ucap Binarti dengan wajah memelas.

"Oww...gak apa-apa kog. Ayo silakan duduk. Kita langsung pesan makanan aja ya" kata Sugeng sambil tersenyum hangat menatap Binarti

Lalu mereka makan malam diselingi cerita lucu Sugeng. Binarti tertawa kecil sambil menutup mulutnya karena masih mengunyah makanan. Mereka sama-sama penggila film horor. Keduanya saling bertukar pendapat tentang film favorit mereka. 

Dinner Sugeng dengan Binarti berjalan lancar. Mereka semakin lama semakin akrab. Saling bertukar no Hp dan saling menghubungi.  Semakin lama Sugeng semakin yakin mereka punya perasaan yang sama. Perasaan yang sudah dipupuk dari pertemanan berubah menjadi cinta. Sugeng begitu yakin dengan cintanya tulus dan suci akan diterima oleh Binarti. Meski baru 3 bulan ia mengenal wanita cantik itu.

Akhirnya disuatu senja  seperti biasa pada pukul 18.00 Sugeng menunggu Binarti di warung Ngatinah. Rangkaian kalimat romantis sudah dipersiapkan untuk Binarti. Jantung Sugeng berdegup tak karuan, ia grogi. Aku harus bisa gumamnya dengan mengepalkan tangan seraya meneguk segelas kopi. Tak lama kemudian, Binarti muncul  dari balik pohon besar yang letaknya di pinggir jalan. 

Pohon itu tumbuh besar dan tinggi hampir menutup pandangan ke arah jalan.  Ia menyeberang ke arah trotoar dekat warung Ngatinah. Sugeng sudah berdiri menyambutnya dengan senyuman lebar. Binarti membalas senyuman Sugeng dengan senyuman manis paling manis senyuman Monalisa kalah, benar-benar senyuman Binarti penawar hati yang resah dan gundah gulana. 

Sugeng mengajak Binarti berjalan agak jauh dari warung Ngatinah karena banyak pasang mata yang kelap kelip penuh tanya. Tepat di bawah lampu jalan yang remang, akhirnya Sugeng menyatakan cinta pada Binarti. "Aku suka kamu. Aku ingin hubungan kita lebih dari teman" ucapnya mantap sambil menatap mata Binarti. Pancaran mata Binarti menjadi tampak redup wajahnya tak ada ekspresi. 

Sugeng menjadi kikuk karena Binarti tak merespon. Tanpa sepatah kata, wanita itu berjalan pergi meninggalkan Sugeng dengan ribuan pertanyaan bikin sesak dihati. Ingin mengejarnya tapi Sugeng merasa malu karena diacuhkan. Kakinya lemes seperti ada sesuatu yang menarik masuk ke dalam perut bumi.

"Nar... Narti, kenapa kamu pergi?" panggil Sugeng, hidungnya kembang kempis menahan perasaan kecewa. "Baiklah, kalau kamu gak suka ya ngomong donk jangan tinggalin aku kayak gini" ucap Sugeng dengan setengah berteriak. Ia kesal merasa diacuhkan. Padahal selama 3 bulan mengenal  Narti adalah cewek yang peduli tentang dirinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun