Â
Aku, kedua orangtuaku dan kedua anak2ku di RS PGI Cikini Jakarta, di hari ke2, dengn wajahku yang sudah segar, siap menerima terapi2 yang dianjurkan dokter2 syarafku ......
Di Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta
Hari itu, hari pertama aku di rumah sakit Cikini, setelah kemarin sore ku mendarat dari Taiwan, dan setelah aku mengalami pernadarah besar dari San Franciisco ke Jakarta, dan transit di Taiwan, serta sempat dibawa ke rumah sakit terdekat dari Bandara Internasional Taoyuan Taiwan.
Kemarin, sempat heboh karena seseorang ibu yang seharsnya bisa menenangkan aku ketika aku mengamuk di ambulance yang menjemputku dari Bandara Soekarno Hatta, tetapi justru ibu itu membullyku, sementara aku tidak bisa menjawab. Dan, membuat aku benar2 mengamuk serta "mengusirnya" dari ambulance!
Aku tidak tahu, bagaimana kelanjutannya, tetapi yang aku tahu ketika akhirnya bapakku, adikku serta Bruder Frank menenangkanku, dan adikku serta Bruder Frank pindah ke mobil ambulance bersamaku, aku sedikit tenang, dan aku bisa kembali tertawa ......
Ketika aku sampai ke rumah sakit ini, aku disambut dengan luar biasaa. Dokter2ku yang akan merawatku selama di rumah sakit ini, serta suster2 khusus di Unit Stroke, alan merawatku sampai aku dipulangkan ke rumahku, entah kapan.
Aku ditempatkan di ruang VIP Unit Stroke, dengan pemandangan ke luar, taman hijau, yang akan menghiburku. Dan aku sudah merasa nyaman di hari pertama ini.
Kemarin juga, ketika kami sampai ke ruamh sakit ini bersama Bruder Frank, dia tidak bisa berlama2 untuk menemaniku, karena dia sudah siap dengan tugasnya yang lain.Â
Setelah dia mengurusku denagn kepindahanku dari St. Francis Hospital di San Francisco Amerika Serikat, dia menyerah-terimakan semua dokumen2 sakitku kepada tim dokterku.
Dia harus segera kembali lagi bekerja, untuk menjemput pasien lain di Belanda, untuk terbang ke Amerika, dan katanya setelah itu dia akan pulang ke Alaska untuk beristirahat dahulu, untuk kemudian akan kembali bertugas mengantar dan menjemput pasien2 lainnya di seluruh dunia.
Pagi itu, aku bangun dengan segar. Suster2 cantik yang merawatku, selalu berjaga2 karena mereka tahu bahwa aku tidak bisa berbuat apa2, bahkan untuk berbicara pun aku belum bisa. Sehingga, tim dokter dan suster di Unit Stroke tempat aku dirawat secara intensif, akan benr2 menjagaku!
Sejak semalam, setelah aku dimandikan karena selama 2 minggu di St Francis Hospital San Francisco, aku hanya dibersihkan saja, tanpa dimandikan, karena memang disana masih musim dingin, dan suhu kadang2 masih dibawah 0 derajat Celcius.
Jadi, semalam itu aku dimandikan sambil berbaring oleh suter2 cantik itu, dan aku merasa segar sekali, dan kateterku pun sudah dilepas. Sehingga, benar2 aku merasa lega dan segar. Dan, malam itupun aku tidur dengan nyaman.
Tiap saat, mereka datang ke kamarku untuk mengecek keadaanku dan mengukur tensi dan suhu tubuhku. Juga pagi itu, mereka datang ke ruangku, membawa berkas2 dokumenku serta mengecek tensi dan suhu tubuhku.
"Selamat pagi, bu Christie. Tidur nyenyak kah semalam?"
Aku tertawa lebar, "menjawab" dengan bahas alien yang menggumam. Suster2 itu pun teratwa lebar. Mereka mengerti bahwa aku memang belum bisa berbicara dan menjawab.
Lebab tanan kiriku bekas di nfus selama di San Francisco pun, diobati oleh suster itu, dengan Thrombopop. Pelayanan nya memang luar biasa, sebagaimana dengang motto rumah sakit ini, "melayani dengan kasih".
Tubuhku memang lumpuh separuh, tetapi aku merasakan kesegaran yang luar biasa, setelah aku selamat dan aman sampai di Jakarta, ditengah2 orang2 yang sayang dan peduli padaku.
Kemarin, anak2ku pun belum sempat menjengukku karena mereka sibuk dengan les2 nya. Sehingga, baru hari ini mereka akan menjengukku di rumah sakit, setelah pulang sekolah. Kebetulan, hari itu mereka tidak ada les.
Hari itu masih pagi, ketika tim suster masuk ke ruangku.
Baru sekitar jam 5.00 pagi, sehingga setelah mereka keluar dari ruangku, aku punya waktu untuk merenungi keadaanku .....
Walau aku tetapi semangat yang membara dalam hatiku, tetap saja aku agak gamang untuk menapaki hidupu dengan keadaanku ini. Tetapi saja aku bingung, harus mulai dari mana untuk aku bisa bergerak.
Pikiranku melayang, ketika sebelum kami terbng berlibur ke Amerika dan sesaat aku baru menyelesaikan mega proyekku, justru aku bersiap untuk pindah pekerjaan ke Singapore, dimana aku sudah diterima untuk bekerja memangun mega proyek Marina Bay.
Tetapi, Puji Tuhan!
Jika aku sudah keluar dari pekerjaan ku ini, tetapi aku belum mulai bekerja, berarti saat inipun aku benar2 sudah tidak bisa bekerja lagi. Aku akan "job-less", karena aku lumpuh tubuh kanan, padahal aku pun belum mulai bekerja.
Tuhan memang belum mengijinkan aku untu pindah pekerjaan, padahal beberapa bulan sebelumnya aku sudah banyak berbicara dengan anak2ku untuk pindah tinggal dan bersekolah di Singapore.
Aku sudah banyak bercerita tentang tinggal disana dan kami punya apartemen disana. Anak2ku pun sangat excited, waktu itu. Bahkan, mereka tdak sabar untuk pindah kesana ......
Tetapi, kemauan dan semangat ku pun, ternyata bukan Rencana Tuhan ......
Sepertinya, Tuhan tidak mau aku pindah ke Singapore bersama anak2ku. Tuhan mau aku tetap di Jakarta, dengan suatu maksud terntentu, yang waktu itu aku sama sekali tidak tahu apa.
Tuhan mengjinkan aku terserang stroke di San Francisco, tanggal 8 Januari 2020, bukan karena Tuhan mau menghukumku atau menujiku, tetapi aku terserang stroke ini, karena kesalahan2ku sendiri!
Aku ingat sekali, ketika banyak "warning" Tuhan yang aku abaikan.
Aku tidak mau beristirahat, etika aku merasa cukup kuat untuk menyelesaikan seluruh pekerjaanku, sementara seharusnya seorang pekerja pun harus beristirahat. Aku bekerja tidak kenl waktu. Dari pagi, sampai pagi, dan tidak pernahmau mendengarkan "warning" Tuhan lewat banyak orang .....
Orang tuaku yang selalu mengingatkan aku untuk pulang dan beristirahatpun, aku abaikan. Teman dan sahabat2ku yang peduli dengan ku, sampai geleng2 kepala ketika aku benr2 tidak pulang keuar berhari2 karena merasa pekerjaanku belum selesai.
Bahkan, atasanku pun sampai memaksaku pulang, untuk aku bisa beristirahat di rumah, bukan beristirahat di proyek!
Belum lagi, pekerjaan2ku sebagai dosen yang harus mendidik banyak mahasiswa di 2 universitas terkenal tempat aku mengajar, untuk menjadi orang2 yang berkompeten di dunia realita.
Aku sadar sekali, bahwa kegilaanku bekerja saat itu, sebenarnya bukan semata2 aku mencari bonus besar, jika mega proyek itu selesai tepat waktu! Bukan, sama sekali bukan!
Aku bekerja gila2an karena aku ingin melupakan berbagai halusinasi perceraianku tahun 2007 lalu. Dimna, 1 tahun seetelah aku bercerai, aku dilanda keterputukkan, dan nyaris depresi. Sampai pada saatnya, aku sadar bahwa "bodohnya aku" hanya depresi saja, aku pun bangkit dengan semangat!
Tetapi sebagi manusia, aku tetap dilanda keterpurukan sampai aku bisa melampiaskan keterpurukkanku menjadi bara api semangat yang luar biasa, membuat aku bekeja tidak ada ampun!
Aku dan tim berhasil menyelesaikan mega proyek itu dengan sangat baik, tetapi aku lupa .....
Aku lupa bahwa tubuh ku ini ternyata tidak mampu untuk bertahan, walau semangat membaraku terus ada. Sehingga, ketika tubuhku yang ternyata tidak mampu, aku paksa untuk terus bekeja. Otakku terus berpikir untuk melupakan semua keterpurukkaku, sehingga sampai saatnya mega proyek itu selesai, aku terserang stroke ......
Awal mulanya memang karena penyakit keturunan adalah hipertenti, tetapi pemicu aku terserang stroke adalah kelelahan dan tingkat stress yang terlalu tinggi karena tekanan2 pekerjaan, serta akumulasi2 kemarahan2ku karena perceraian .....
Aku menarik nafas panjang, pagi itu .....
Aku tidak mau menyalahkan siapapun tentang ini, tetapi aku sedikit menyesal, mengapa aku tidak mau dengar2an dengagn "warning" Tuhan?
Aku menarik nafas pangjang, berkali2. Aku menyesal, mengapa aku tidak peduli dengan kata2 Tuhan lewat banyak orang yang mengasihiku?
Tetapi, itu sudah terlanjur. Dan, aku tahu, semuanya di dunia ini, yang terjadi adalah tas ijin Tuhan, sehingga aku tahu, yang menimpaku saat itu adalah juga atas seijin Tuhan!
Wooooooiiiiiii ......
Christieeeeee .......
Tidak usah disesali!Â
Itu sudah terjadi!Â
Itu sudah terlanjur!Â
Penyesalah itu memang ada di ujung, bukan di drpan!
Come on, Christie! Wake up!Â
Sekarang, kamu yang memimpin! Sekarang kamu sadar untuk tidak berlama2 bersedih! Masa depanmu adalah yang ada di piiranmu! Tidak aka nada yang bisa membantumu, kecuali, dari dirimu sendiri!
Kedua orang tuamu, rumah sakit ini, dokter2 dan suster2 yang membantumu dan nanti banyak terapis2 yang mengajarimu, itu akan sia2 jika aku tidak mau membantu dirimu sendiri!
Kamu ma uterus bersedih dan akhirnya kamu benar2 tidak bisa apa2 lagi, dan kata2 Dokter Gandhi di rumah sakit di San Francisco, terbukti? Bahwa kamu memang akan hanya bisa berbaring saja di ranjang, disisa hidupmu?
Wake up, Christie! Come on ..... Â
Kata2 keras itu, melecutku!
Tuhan berkata keras untuk mencmbukku! Dan, aku semakin tersadar, pagi itu, dihari pertama aku berada di rumah sakit di Jakarta ini .....
Ya, aku sadar dengan keadaanku saat itu. Aku berada di titik kulminasi hidupku! Jika aku benar2 hanya menyesali diriku saja, aku akan jatuh lagi!
8 Januari 2010 lalu, aku terjatuh dari titik tertinggi hidupku sebagai seirang arsitek berumur 39 tahun, bahkan hingga aku tidak mamu bergerak dan berbicara! Bukan, bukan hanya jatuh di titik 0 saja, bahkan aku jatuh di titik MINUS!
Aku tidak mampu bergerak, bahkan aku tidak mampu berkata2.
Aku hanya menjadi seonggok daging, yang bisa dikatakan, akan menyusahkan semua orang, apalagi orang2 yang mengasihiku. Karena aku tidak bisa bergerak bahkan aku tidak bisa berbicara! Aku seperti seorang bayi besar dalam tubuhku yang berumur 39 tahun, waktu itu!
Jadi, jika aku ingin sembuh, jika aku ingin bisa bekerja lagi, dan jika aku ingin membawa anak2ku terbang mencapai mimpi2nya, berarti AKU HARUS SIAP DICAMBUK dengan berbagai tempaan, entah sampai kapan ......
Aku sadar, bahwa ini akan memakan waktu yang cukup lama, bahkan bisa saja waktu yang lama sekali, utuk aku bisa bangkit dari ranjangku. Aku harus belajar bergerak, bahkan aku harus benar2 belajar berbicara!
Selama di Amerika aku hanya bisa berbirasa 1 kata 1 kata, walau aku mengerti apa Yng orang lain bicarkan bahkan yang berbahasa Inggris.
Dan, aku bisa berbicara dengan bahasa Inggris, karena aku meamg hanya diajarkan untuk bicara berbahasa Inggris!
Aku sempat tersenyum dalam hati, pagi itu.
Ya, tentu saja. Selama kita hidup di suatu tempat, dibelahan dunia manapun, kita harus mempelajarinya di tempat itu, bukan?
Jadi, ketika aku terserang stroke di Amerika yang berbahasa Inggris, aku pun akan dilatih bicara oleh Ms. Randy dengan bahasa Inggris juga!
Walau aku tetap mengerti bahasa Indonesia, tetapi bicara pertama ku setelah serangan stroke di Amerika beberapa hari lalu saat itu, adalah bahasa Inggris!
Pantesan, aku baru sadar akan hal itu,
Kemarin ketika suster2 itu menyambutku, aku mendengar mereka sempat mengatakan,
"Bu Christie, bahasanya aneh ya, dan jika berbicara pun seperti bukan bahsa Indonesia" .....
Hahahaha ......
Berarti, aku bukan hanya seorang yang bisa bahasa alien saja, tetapi juga aku bisa berbahasa Inggris, sebagai seorang bayi besar, dalam wujud Christie yang berumur 39 tahun, waktu itu ......
Semakin lama aku berpikir, semakin aku terus tersenyum. Dan, tawaku jelas2 berkumandang di dalam kamarku. Aku geli sendiri ......
Dan, semakin lama aku mencerna kondisiku saat ini, semakin kuat nya aku untuk terus meleburkan diri dan berserah kepada Tuhan. Karena, aku semakin sadar bahwa jika aku hanya bisa mengandalkan kuatku saja, sungguh, aku tidak akan bisa!
Karena, ketika aku mencoba menggerakkan kaki kananku dan tangan kananku, sama seperti sebelum2nya, bahwa tubuh kananku benar2 tidak mamu bergerak, walau aku kuat untuk berusaha keras!
Kekuatanku tidak mamou menggerakkan tubuh kananku. Jadi, bagaimana aku mau belajar bergerak?
Tetapi, aku yakin bahwa hanya KEKUATAN TUHAN saja lah, yang akan menggerakkan tubuh kananku! Aku yakin itu! Yakin sekali!
Ketika jaman sebelum aku terserang stroke, aku selalu mengandalkan kekuatanku sendiri, dan tidak pernah mengajak Tuhan untuk kemanapun aku melangkah, pada kenyataannya kekuatanku hanya bisa MENJERUMUSKAN DIRIKU senditi ......
Jadi, aku harus benar2 mengajak Tuhan untuk berjuang bersamaku. Dan aku mau Tuhan memakai Kuasa NYA untuk menggerakkan tubuh kananku, sehingga aku akan bisa berberak ......
Jam 6.00 pagi itu, suster masuk ke ruanganku lagi.
Dia bertanya, "Bu Christie, mau mandi sekarang atau nanti?"
Aku melotot ke suster itu, Mau jawab bahasa apa ya? Ah .....
Aku Cuma mengangguk dan menjawab "now" dengan suara alien yang menggumam, dan suster itu tersenyum seraya masuk ke kamar mandi dan mnyiapkan keperluanku untuk mandi.
Aku tetap dimandikan sambil berbaring, karena suster pun tidak atau belum mampu untuk memandikanku , karena aku benar2 belum bisa bergerak.
Setelah selesai mandi, makan pagiku datang. Bubur ayam dan telur rebus serta susu hangat, dan suster berikutnya, membantuku untuk menegakkan ranjang ku, supaya aku bisa duduk cukup tegak dan mulai memakan bubur ayam itu.
2 orang suster menjagaku. Mereka siap membantuku untuk aku makan pagi. Mereka agak terheran, karena aku sudah cukup bisa untuk makan pagi sendiri.
Aku hanya butuh celemek besar yang harus diikatkan di leherku karena dengan tangagn kiri yang menyuap bubur ayam masuk ke mulutku, bisa saja bubur ayam itu tidak bisa masuk ke mulutku dan akhirnya jatuh.
Celemek besar itulah yang menahan bubur ayam yang jatuh, dan tidak mengotori bajuku yang baru gnti setelah mandi, dan tidak mengotori ranjangku.
Tetapi, setelah makan pai selesai, begitu celemek dibuka, suster2 itu tertawa karena bubur ayam dan kuning telur yang tidak bisa masuk ke mulutku, berloncatan dari atas celemek besar itu, ketika celemek besar itu dikebaskan diatas lantai .....
Hahahaha .....
Suster2 itu mulai belajar tentang aku, bagaimana aku harus mulai mandiri, dan seringkali memang aku membutuhkan bantuan mereka.
Setelah bereas, munkin sekitar jam 8.00 pagi, aku didudukkan di ranjang dengn senderan. Dan, aku memulai "self-therapt" ku.
Aku minta diambilkan Alkotab di lagi meja, untuk BELAJAR MEMBACA, sekalian merenungkannya. Sambil aku berdendang dari music hp. Belajar MELAFALKAN kata2 sambil belajar berkata2.
"Self-therapy" ini, karena aku sungguh ingin segera "lepas" dari beban ketidak-mampuanku .....
Karena di hari pertama ini, aku belum diinformasikan, kapan aku bisa mulai terapi fisik untuk belajar bergerak, dan kapan aku mulai terapi berbicara bebahasa Indonesia dengan baik.
Aku bernyanyi2 terus sambil belajar berkata2. Tidak mudah! Sama sekali tidak mudah untuk melafalkannya. Seperti seorang bayi yang mulai belajar berbicara .....
Sekitar jam 9.00 pagi, keua orng tuaku datang.
Aku kangen kepada mereka, karena semalam tidak sempat banyak bicara. Mereka memelukku. Dan mereka menemaniku seharian di hari pertama. Aku senang sekali dan mereka menumbuhkan sebuah semangat untuk.
Mereka sudah tua, mereka sudah berumur diatas 70 tahun. Kasihan mereka, jika mereka harus melayaniku yang sudah cacat, dan jika mereka harus membiayai anak2ku yang masih duduk di kelas SD dan SMP, waktu itu.
Mereka sudah melayaniku sejak aku kecil dan sudah membiayaiku sejak kecil sampai lulus S2. Jadi, tidak seharusnyalah mereka melayaniku dan anak2ku dan membiayai nakku dalam pendidikan mereka!
Mataku merah mengembang .....
"Bapak dan ibu, aku akan berusaha untuk cepat pulih, ya!Â
Aku akan tetap berusaha untuk mandiri dan akan bekerja lagi. Bapak dan ibu tidak usah kawatir. Aku hanya butuh dukungan full dari bapak dan ibu, serta anak2ku saja. Dan, aku akan bangkit, SEGERA!"
Bapak dan ibu tidak menunjukkan kesedihan sama sekali, entah karena memang mereka sudah kuat dengan keadaanku ini, atau mereka justru menyembunyikan kesedihan mereka, supaya aku tidak semakin dropt.
Mereka banyak berbicara yang menyenangkan. Tentang perkembangagn anak2ku setelah mereka pulang ke Jakarta dank u diringgal di San Francisco, sekitar 16 hari. Tentang keadaan di rumah, dengan ketika-adanya aku disana, dan bagaimana anak2ku begitu mengerti keadaan ibunya, yaitu aku, dengan keadaanku saat itu.
Aku mengerti dengan jelas sekali, apa yang mereka katakana, walau aku tetap "menjawabnya" dengan gumaman seperti alien.
Kami tertawa bersama, ketika kami berdendang bersama lagu2 rohani dari hp ku, dan belajar melafalkan kata2 untukku.
Kami pun tertawa bersama, ketika aku belajar membaca dari Alkitab, sangat perlahan, seperti sewaktu ibuku mengajarkan aku membaca ketika aku duduk di bangku TK tahun 1974 lalu.
Siang itu, bapak ibu memesan makanan dari restoran di luar dn kami makan bersama.
Bapak ibu melayaniku dengan sangat baik. Aku ingin mulai belajar mandiri, dan mereka berusaha hanya membantu seminim mungkin, supaya aku berusaha sediri dahulu. Jika aku tidak bisa, barulah mereka akan full membantuku.
Makan siangku masih berupa bubur. Bukan, bukan bubur, tetapi nasi yang lembek. Dengan lauk pauk lengkap 4 sehat 5 sempurna. Tetapi, dengagn berbagai pantangan yang harus aku patuhi.
Aku agak sedikit heran, sangat berbeda dengan menu makananku di San Francisco, yang seakan aku diperbolehkan makan apapun ayng aku mau, asal dihabiskan. Hamburger berat, sop woton dri restoran Chinese Food di luar rumah sakit. Atau bakmi goreng Vietnam!
Sepertinya tidak ada pantang untukku.
Tetapi, bagaimana dengan di Jakarta?
Sepertinya, nanti aku tanyakan kepada dokter2ku. Apa yang bisa aku makan dan apa yang tidak bisa aku makan. Dan, mengapa juga menu makananku sangat berbeda antara di San Francisco dan di Jakarta?
Hahahaha ......
Walau aku "sakit" dan tidak bisa berbicara serta tidak bisa bergerak, otakku tetap saja Christie yang banyak kompen tenang apapun, dan yang banyak bertanya jika aku penasaran dengan kira2 kenyataannya .....
Tim dokerku belum datang, karena kata suster di Unit Stroke, mereka masih sibuk dengan beberapa operasi2 pasien di rumah sakit ini.
Aku pun sangat penasaran, kapan aku bisa mulai terapi fisik, karena aku tidak sabar dengan segala yang baru untuk pemulihanku.
Yang paling utama adalah, kapan anak2ku datang, karena aku kangen sekali kepada mereka!
Aku tidak pernah tahu, sebenarnya mereka ini pulang jam berapa? Karena selama ini, aku sangat sibuk dengan pekerjaan2ku di lapangan, dan hanya ke sekolah mereka jika harus mengambil raport mereka.
Kata ibu, mereka pulang minimal jam 2.00 sore, dan jika tidak ada les, mereka langsung pulang. Jika ada les, biasanya bisa sampai jam 5.00 atau jam 6.00 sore.
Tetapi, hari itu mereka tidak ada les, sehingga setelah jam 2.00 sore mereka akan langsung ke rumah sakit, dan jika tidak ada PR, mereka akan pulang hingga malam jam 9.00.
Aku excited mendengarnya, dan aku benar2 tidak sabar memeluk mereka!
Dennis, Michelle .....
Mama kangeeeennnn sekali .......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H