Orang tuaku yang selalu mengingatkan aku untuk pulang dan beristirahatpun, aku abaikan. Teman dan sahabat2ku yang peduli dengan ku, sampai geleng2 kepala ketika aku benr2 tidak pulang keuar berhari2 karena merasa pekerjaanku belum selesai.
Bahkan, atasanku pun sampai memaksaku pulang, untuk aku bisa beristirahat di rumah, bukan beristirahat di proyek!
Belum lagi, pekerjaan2ku sebagai dosen yang harus mendidik banyak mahasiswa di 2 universitas terkenal tempat aku mengajar, untuk menjadi orang2 yang berkompeten di dunia realita.
Aku sadar sekali, bahwa kegilaanku bekerja saat itu, sebenarnya bukan semata2 aku mencari bonus besar, jika mega proyek itu selesai tepat waktu! Bukan, sama sekali bukan!
Aku bekerja gila2an karena aku ingin melupakan berbagai halusinasi perceraianku tahun 2007 lalu. Dimna, 1 tahun seetelah aku bercerai, aku dilanda keterputukkan, dan nyaris depresi. Sampai pada saatnya, aku sadar bahwa "bodohnya aku" hanya depresi saja, aku pun bangkit dengan semangat!
Tetapi sebagi manusia, aku tetap dilanda keterpurukan sampai aku bisa melampiaskan keterpurukkanku menjadi bara api semangat yang luar biasa, membuat aku bekeja tidak ada ampun!
Aku dan tim berhasil menyelesaikan mega proyek itu dengan sangat baik, tetapi aku lupa .....
Aku lupa bahwa tubuh ku ini ternyata tidak mampu untuk bertahan, walau semangat membaraku terus ada. Sehingga, ketika tubuhku yang ternyata tidak mampu, aku paksa untuk terus bekeja. Otakku terus berpikir untuk melupakan semua keterpurukkaku, sehingga sampai saatnya mega proyek itu selesai, aku terserang stroke ......
Awal mulanya memang karena penyakit keturunan adalah hipertenti, tetapi pemicu aku terserang stroke adalah kelelahan dan tingkat stress yang terlalu tinggi karena tekanan2 pekerjaan, serta akumulasi2 kemarahan2ku karena perceraian .....
Aku menarik nafas panjang, pagi itu .....
Aku tidak mau menyalahkan siapapun tentang ini, tetapi aku sedikit menyesal, mengapa aku tidak mau dengar2an dengagn "warning" Tuhan?