Tanagn kiriku tetap bergetar, menjaga tidak tumpah. Sampai jus itu tingga separuh, aku meletakkan gelas ke atas meja lagi. Cukup kenyang .....
Suster menumpuk kedua tangkap roti bakar itu. Dia memotong2 dengan pisau yang disedikan di nampan itu. Cukup kecil, sehingga aku bisa langsung menelan roti2 berisi itu. Aku sengan.
Bau roti bakar yang wangi itu, menyeruak hidungku. Masih hangat, adahal di ruangku suhu cukup dingin. Aku mengambil satu demi satu roti2 ini yang sudah dipotong suster itu. Aku mengunyahnya untutk kutelan, tetapi ......
Uh, masih susah ....
Ya, itu makanan yang semakin padat!
Dari hari pertama sampai hari ke 4, aku hanya makan bubur saja. Hari kelima, ada nasih lembek telir dadar, daging ham panggang dan bebeberapa lauk sarapan khas Amerika, lainnya.
Sekarang saat itu, roti bakar.
Semakin padat, aku yakin itu juha bentuk terapi untuk tubuhku.
Tetapi, aku ternyata masih cukup susah untuk menelan.Uh .... Aku mengunyah2 lagi, semakin lembut, supaya aku bisa menelan.
Aku juga sudah berusaha mengunyah dengan gigi atau mulut sebelah kiri, karena ternyata jika aku mengunyah dengan mulut sebelah kanan, air liur k uterus menetes, dan aku tidak bisa tahu, seberapa bagusnya kunyahanku, karena mulut sebelah kanan tu kaku dan kebas .....
Jadi, jika aku mengunyah sebelah kanan, pasti aku tidak tahu, apakah kunyahanku sudah bisa ditelan atahu tidak, dan air liurku deras menetes.