"Tidak! Aku tidak mau terpuruk lagi! Jika aku terus seperti ini, bagaimana aku bisa cepat sembuh?"
"Aku ingin cepat sembuh! Bukan sekedar sembuh saja, tetapi aku ingin cepat sembuh, secepat2nya! Supaya aku bisa cepat pulng ke Jakarta, bekerja lagi dan tidak hanya bisa berbaring saja disini!"
Mataku beralih dari jendela itu.
Di dindng di depanku, ada jam digital.
Ah ... masih jam 4 pagi. Pantesan, masih gelap. Aku berusaha tidur lagi. Supaya minimal aku mengurangi hari2 yang mengerikan, berbaring saja sendirian disini ......
Tetapi, aku tidakbisa tidur. Tidak lama kemudian, seorng suster datang. Sperti biasa, dia menyapaku ketika dilihatnya aku sudah terbangun.
"Good morning, mam".Â
Kata2 standard dari suster, dan dia tersenym lebar. Dan dia tidak mengajakku bicara lagi. Mungkin dia tahu atau dokter memberitahu bahwa aku belum bisa bicara, serta aku jangan diganggu.
Disana, sebagian besar suster di ICCU adalah suster laki2, yang disebut bruder, walau agak tidak biasa menyebut dengan nama "bruder". Dan, dial ah salah satu suster yang selalu membatuku selama aku di ICCU ruamh sakit ini .....
Suster itu, memasukkan thermometer ke ketiakku. Mencatat semua angka2 di mesin itu, mengganti beberapa cairan infuse yang masuk ke dalam tubuhku, serta membetulkan posisi jarum2 yang menusuk ke tangan kanan dan kiriku.