Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Dakka Hutagalung dan Salah Satu Karya Emasnya: Didia Rokapphi

22 Maret 2016   22:14 Diperbarui: 24 Maret 2016   10:19 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dapat kita dengar pada lagu ini, dimulai pada intro, verse 1 dan verse 2. Rangkaian nada dan liriknya seperti menjadi satu gambaran, betapa sebuah perasaan yang meminta kepastian terhadap apa yang menjadi pertanyaan pada perasaan seorang anak ketika melihat si ibu yang seperti sedang sedih melihat anaknya, walaupun sang anak juga punya perasaan yang sama, dan mereka ternyata memang sedang sama perasaannya tentang si anak yang belum mendapat jodoh.

Rangkaian nadanya, juga begitu komunikatif. Sehingga dapat dirasakan seperti terdengar berbicara. Rangkaian nadanya pun, menjadi begitu familiar terdengar, karena seperti sebuah bangunan nada yang berkarakteristik pada komposisi nada pada lagu-lagu/musik-musik Batak yang selama ini ada.

Pada brigde juga demikian, tetapi dapat dirasakan seperti sebuah plot komposisi nada yang mengejar, Lalu kembali bertempo pelan, dan selanjutnya nada semakin tinggi dan bertempo lebih cepat.

Mungkin pada waktu Dakka Hutagalung mencipta lagu ini tidak berpikir sampai jauh, bagaimana ketika mencipta lagu yang indah harus merangkai nada yang mampu memainkan emosi pendengarnya. Mungkin pada waktu itu, beliau sedang mengungkapkan perasaannya saja melalui sebuah lagu yang diciptakannya. Siapa yang tahu.

Tapi apakah Dakka Hutagalung pernah menduga, lagu yang dia ciptakan mampu bertahan sampai puluhan tahun kemudian?

Lalu, bagaimana masyarakat Batak menyikapi karya emas seperti lagu yang pernah diciptakan oleh seorang Dakka Hutagalung, dan pencipta lagu Batak lainnya yang telah menciptakan berbagai karya emas dan mampu bertahan sampai puluhan tahun kemudian?

Apa bentuk penghormatannya?

[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Lagu_d...
[2] ibid
 � z�v���

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun