Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Dakka Hutagalung dan Salah Satu Karya Emasnya: Didia Rokapphi

22 Maret 2016   22:14 Diperbarui: 24 Maret 2016   10:19 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbeda dengan lagu Batak lain seperti, “Lisoi”, “Inang”, “Butet”, “Sinanggar Tulo” dan seterusnya, yang sudah mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai lagu daerah atau nasional.

Selain lagu-lagu yang disebutkan diatas, ada sebuah lagu yang juga abadi sepanjang masa, yaitu “Didia Rokapphi” karya Dakka Hutagalung. Lagu ini adalah salahsatu lagu yang terus “terpelihara” dan lestari dalam ingatan masyarakat Batak, yang pada kenyataannya, sering sekali dinyanyikan oleh banyak orang batak dari jaman ke jaman, dan dalam berbagai kesempatan. Memang, bernyanyi adalah salahsatu kesukaan masyarakat Batak secara umum.

Lagu “Didia Rokapphi” karya Dakka Hutagalung. Tidak banyak yang tahu sejarahnya. Tidak banyak pula yang tahu siapa Dakka Hutagalung si penciptanya.

Mungkin bagi mereka orang Batak yang mengalami masa muda di akhir tahun 70-80an akan tahu dan mengenalnya. Sekarang tidak banyak informasi tentang pengarang/pencipta lagu-lagu Batak ini.

Tapi ketika disatu masa, disatu tempat ada berkumpul orang-orang Batak, tua atau muda, dengan sebuah gitar, mereka akan menyanyikan lagu “Didia Rokapphi” sebagai salahsatu lagu yang dinyanyikan secara bersama-sama, dengan segala emosi yang mereka rasakan.

Begitu pula dengan para penyanyi Batak. Seperti “belum sah” menjadi penyanyi bila belum pernah menyanyikan lagu ini diatas panggung. Tidak peduli panggung apa dan bentuk panggungnya seperti apa. Selama itu adalah panggung, ada pemain musiknya, ada orang yang menonton. Maka penyanyi Batak tersebut, suatu waktu harus pernah menyanyikan lagu ini.

Tidak saja penyanyi Batak, bahkan orang Eropa pun juga pernah menyanyikannya dengan sangat indah dengan diiringi oleh orchestra di benua Eropa sana. Semua ini seolah-olah menggambarkan suatu kecintaan terhadap tanah Batak yang diwakili oleh alunan nada pada lagu tersebut.

Saya sendiri juga punya pengalaman tentang lagu ini. Saya sudah mendengarkannya sejak saya kecil. Orangtua saya, terutama ibu saya senang mendengarkan musik. Dan lagu ini harus ada dalam kaset campuran lagu Batak itu diputar (jaman kaset). Begitu pula pada masa itu, ketika membeli kaset lagu2 Batak, harus ada lagu tersebut dalam list lagu, baru kita yakin kaset tersebut berisi kumpulan lagu-lagu batak yang bagus.

Menjelang remaja, tidak lagi lagu itu terdengar. Tapi ketika kuliah, dengan para sahabat yang kebetulan bersuku Batak. Kami seolah-olah seperti “bertemu kembali setelah sekian lama tak jumpa” ketika lagu ini kami nyanyikan bersama-sama diwaktu luang sewaktu kami menunggu jam kuliah.

Sebuah semangat, sebuah rindu, sebuah curahan hati yang ingin disampaikan akan turut tertuang bersama kami menyanyikannya. Itulah yang kami rasakan. Walaupun kami tidak mengalami hal yang sama seperti yang terkandung dalam lirik lagu tersebut.

"Didia Rokkaphi" karya Dakka Hutagalung ini, dinyanyikan pertama kali oleh Emilia Contessa pada album pertamanya ditahun 1978. Sejak lagu ini tercipta dan mulai terdangar diblantika musik Indonesia, telah banyak penyanyi dan band musik menyanyikannya, bahkan dalam berbagai versi, mulai dari hanya dengan sebuah gitar, sampai orchestra lengkap didalam dan diluarnegeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun