"Lha, koq malah aku yang aneh? Kamu juga aneh, mosok ada hal aneh gak dianggap aneh?"
"Halah, aku malas debat, cape! Ntar aja deh kita ngobrol lagi." Tik! hape dimatikan!
Duh Gusti, nyonya besar marah! Baru sekali ini hape dimatikan, padahal aku masih mau ngomong! Nanti dianggapnya pula aku sengaja cari berantem dengannya. Aku buru-buru nelfonnya, "Hai sayang, maafin aku ya, jangan marah dong." Hape diangkat, tapi tidak ada suara. Nah!
"Kamu sih, akhir-akhir ini ngajak berantem mulu. Aku lagi cape Bram, males debat."
"Iya deh, maafin aku ya sayang. Kamu mau apa, biar nanti aku beliin trus aku samperin ke rumah."
"Gak usah Bram, aku gak perlu apa-apa." Hening sejenak, "Eh Bram, kamu mau gak makan malam di sini, biar aku masakin sop ayam jamur kesukaan kamu."
Duh Gusti poetjoek ditjinta kelamboe tiba. "Mau, mau aku otw ya!"
"Hahah, gitu dong. Ya udah hati-hati di jalan ya, daag."
Wajar dong kalau aku kesel sama Vicky. Aku sendiri belum pernah diajak Ratih ke rumahnya. Nah Vicky ini bisa seenak udelnya saja datang ke rumah Ratih. Kalau mau buat kopi, ia malah menyeduh sendiri di dapur. Pas nanti mau pulang dia cuci gelasnya sendiri. Kan kurang adjiar, seperti di rumahnya sendiri saja!
Setelah diberitahu Ratih, aku akhirnya bisa mengerti. Vicki dan Ratih ini memang sudah berteman sejak SMP, dan keluarga mereka juga sangat dekat.
Ketika Ratih dan Armand menikah dan sedang mencari rumah, justru Vickylah yang mencari rumah yang ditempati Ratih sekarang ini. Kebetulan rumah tersebut adalah rumah saudara Vicky yang hendak dijual.