Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tiga Hati untuk Satu Cinta

1 Januari 2022   15:45 Diperbarui: 1 Januari 2022   15:54 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari mana datangnya lintah? Dari sawah turun ke kali.

Dari mana datangnya cinta? Dari tawa kesetrum ke hati.

.

***

Empat purnama berlalu dengan cepatnya. Sore itu aku baru saja duduk di ruang makan rumah Ratih. Aku terkesiap ketika melihat bapaknya Ratih tiba-tiba keluar dari kamar dengan bertelanjang dada, dan hanya mengenakan sarung saja.

"Sore om," sapaku dengan penuh hormat.

"Eh, sore sore, iya santai aja ya, om mau pijet dulu"katanya sambil masuk lagi ke dalam kamar.

Tak lama kemudian Ratih dan bi Parti, tukang pijet langganan masuk ke kamar tadi. Bi Parti itu lengannya gede, segede lengan Deddy Corbuzier. Akan tetapi wajahnya ramah penuh empati.

Setelah meletakkan segelas sirop di atas meja, Ratih kemudian bertanya kepadaku, "Bram kamu belum pernah lihat kamarku kan, hayu sini aku tunjukin." Kini ia menarik tanganku.

"Oh my gosh!" Apa artinya ini? Apakah ini "The Davincy code," atau apa? Aku jadi gugup. "Sstt, enggak ah, ada si om!" kataku dengan cemas.

"Trus kalo si om-nya gak ada, gimana? Hahaha," Eh, Ratih malah tertawa geli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun