Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Anies, "Lord LBP, I Come To You With Menu Of Problem"

19 Maret 2021   18:30 Diperbarui: 14 April 2021   20:28 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya banyak warga yang terkejut ketika Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyambangi kantor Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Banyak warga menduga kalau Anies sudah menyerah dengan segala persoalan di Jakarta, dan kemudian meminta bantuan kepada Pusat untuk mengatasinya.

Hal ini mirip dengan kasus Bansos bagi warga Jakarta yang terdampak pandemi kemarin itu, dimana program itu seharusnya menjadi tanggung jawab Pemprov DKI Jakarta sendiri. Namun karena kas Jakarta cekak, maka tanggung jawab itu kemudian dipikulkan kepada Pemerintah Pusat.

Namun penulis tidak percaya begitu saja. Apalagi "juragan" ini adalah orang smart, penganut paham "out of the box" yang memakai pendekatan komunikasi antitesis yang jelas berbeda dari orang kebanyakan.

Masih terngiang dalam ingatan ketika Anies jelang kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu melontarkan pernyataan, bahwa sungai di Jakarta menjadi bersih adalah hasil dari rancangan Fauzi Bowo (Foke) bukan Ahok. 

Orang kemudian menelusuri mesin pencari Google dan mengetik, "Sungai bersih karena Foke." Eh, malah Mr. Google mengkoreksi kalimat tersebut dengan sebuah kalimat "pertanyaan dan sekaligus pernyataan," Mungkin maksud Anda adalah: "sungai bersih karena Ahok."

Dalam sekejap mata Prof. Dr. Anies Baswedan dirisak dan "dirusak" warga! Ahokers kemudian tertawa terbahak-bahak karena merasa penantang petahana itu tjulun banget.

Akan tetapi, pernyataan Anies Baswedan tentang "sungai bersih" ini, bukanlah pernyataan asal-bunyi seperti "gaya bunyi Roy Suryo" misalnya. Penulis tertarik mengamati gaya komunikasi/kampanye Anies ini, karena hal itu memang sudah diperhitungkannya dengan sangat matang.

Tahu bahwa petahana sangat kuat, keras dan didukung anak-anak muda, Anies kemudian memakai gaya bertarung yang berbeda. Anies mendekati lawan dengan "gaya berkawan."

Anies mencoba "mencitrakan" bahwa keberhasilan membersihkan sungai-sungai di Jakarta itu merupakan program kesinambungan dari beberapa gubernur yang menjabat di Jakarta sebelumnya. Dimulai dari Foke, Jokowi dan kemudian dilanjutkan oleh Ahok. Jadi kalaupun Anies nantinya terpilih menjadi gubernur, maka program sungai bersih itupun pasti akan tetap berjalan juga.

Inilah yang penulis sebut sebagai strategi smart out of the box. Alih-alih menyerang langsung seperti AHY-Sylvi, Anies justru mencoba menyejajarkan dirinya dengan Ahok (yang berhasil membuat sungai Jakarta bersih)

Case closed, tapi Anies kini sadar kalau para anak muda itu sangat teliti, dan selalu terhubung dengan mbah google. Namun jumlah orang seperti ini cuma sedikit. Yang lebih banyak justru orang yang terhubung dengan portal "aneh-aneh dan ena-ena."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun