Akibatnya bisa ditebak, pasien-pasien berikutnya akan terpapar Covid-19 juga.
Jangan lupa juga, pada awalnya dokter-dokter yang menjadi korban Covid-19 itu adalah dokter gigi.
Kini dokter gigi (dan juga dokter spesialis THT) ibarat memakan buah simalakama. Dimakan mati ayah tak dimakan mati ibu. Kalau tak praktik mati kelaparan, kalau praktik mati dimakan Covid-19!
Lalu bagaimana kabar dari Rumah Sakit?
Rumah Sakit rujukan Covid-19 tentu saja panen pasien yang membludak termasuk tagihan.
Diatas kertas pemasukan memang banyak dari klaim pasien Covid-19, tetapi entah kapan pencairannya dari BPJS...
Sebaliknya dengan Rumah Sakit non rujukan Covid-19 yang kini "benar-benar sakit!"
Pemasukan dari pasien (rawat inap/rawat jalan) anjlok hingga tinggal 15%.
Kalau tidak terpaksa, orang tak akan mau pergi ke Rumah Sakit. Jangankan pasien, dokternya juga awalnya banyak yang tak mau datang ke Rumah Sakit tempat ia selama ini mencari makan!
Rumah Sakit kemudian mengandalkan para dokter jaga yang umumnya masih muda-muda (mumpung idealismenya masih tinggi) itu sebagai garda terdepan di IGD!
Selebihnya dokter spesialis berpraktik lewat telemedicine...