Rupanya Allysa masih terasa pusing. Aku memapah Allysa ke kamar mandi dan aku dudukkan di kloset.
"Ya sudah Mas. Lisa bisa sendiri." Allysa memberi isyarat untuk menutupkan pintu kamar mandi.
Beberapa saat kemudian Allysa membuka pintu kamar mandi dan berpegangan pada handle pintu. Aku yang berjaga di depan kamar mandi langsung sigap memeganginya, takut dia sempoyongan dan jatuh. Aku memapahnya kembali ke tempat tidur.
"Sekarang Lisa istirahat dan tidur dulu ya. Malam ini saya jaga Lisa di sini. Kalau ada perlu apa-apa, panggil saja."
"Terimakasih ya Mas."
Setelah menyelimuti Allysa, aku menuju ruang tamu dan duduk di sofa. Pintu kamar Allysa sengaja aku biarkan terbuka agar bila dia butuh bantuan, aku bisa mendengar dan segera datang.
Aku menyalakan televisi. Kebetulan sebuah stasiun televisi sedang menayangkan siaran langsung pertandingan antara Tim Indonesia U-19, melawan tim U-19 dari UEA. Aku menyaksikan pertandingan tersebut dengan seksama. Saat babak pertama berakhir, aku memeriksa kembali kondisi Allysa. Aku raba kepalanya dan panasnya tidak setinggi tadi sore.
Jam 10 malam, aku teringat kalau belum menghubungi rumah untuk memberi tahu kalau malam ini tidak pulang. Saat aku periksa handphone, sebuah SMS ternyata datang dari putriku menanyakan pulang jam berapa. Aku membalas SMSnya sekaligus untuk mengabari kalau malam ini tidak pulang.
Aku beranjak mendekati jendela menjauh dari pintu kamar Allysa. Bulan purnama penuh tampak menghiasi langit Surabaya. Kali ini bulan purnama menampakkan cahaya cincin di sekeliling bulan, membuat suasana begitu indah. Sekumpulan awan tidak cukup mampu menutupi dan meredam keindahan cahaya bulan malam ini.
Jam 2 pagi, aku terbangun saat mendengar suara Allysa terbatuk. Aku segera menghampirinya.
"Mau dibuatkan teh hangat ya?" Allysa menganggukan kepala.