Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Allysa Sakit Apa?

17 April 2014   14:40 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:34 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rupanya Allysa masih terasa pusing. Aku memapah Allysa ke kamar mandi dan aku dudukkan di kloset.

"Ya sudah Mas. Lisa bisa sendiri." Allysa memberi isyarat untuk menutupkan pintu kamar mandi.

Beberapa saat kemudian Allysa membuka pintu kamar mandi dan berpegangan pada handle pintu. Aku yang berjaga di depan kamar mandi langsung sigap memeganginya, takut dia sempoyongan dan jatuh. Aku memapahnya kembali ke tempat tidur.

"Sekarang Lisa istirahat dan tidur dulu ya. Malam ini saya jaga Lisa di sini. Kalau ada perlu apa-apa, panggil saja."

"Terimakasih ya Mas."

Setelah menyelimuti Allysa, aku menuju ruang tamu dan duduk di sofa. Pintu kamar Allysa sengaja aku biarkan terbuka agar bila dia butuh bantuan, aku bisa mendengar dan segera datang.

Aku menyalakan televisi. Kebetulan sebuah stasiun televisi sedang menayangkan siaran langsung pertandingan antara Tim Indonesia U-19, melawan tim U-19 dari UEA. Aku menyaksikan pertandingan tersebut dengan seksama. Saat babak pertama berakhir, aku memeriksa kembali kondisi Allysa. Aku raba kepalanya dan panasnya tidak setinggi tadi sore.

Jam 10 malam, aku teringat kalau belum menghubungi rumah untuk memberi tahu kalau malam ini tidak pulang. Saat aku periksa handphone, sebuah SMS ternyata datang dari putriku menanyakan pulang jam berapa. Aku membalas SMSnya sekaligus untuk mengabari kalau malam ini tidak pulang.

Aku beranjak mendekati jendela menjauh dari pintu kamar Allysa. Bulan purnama penuh tampak menghiasi langit Surabaya. Kali ini bulan purnama menampakkan cahaya cincin di sekeliling bulan, membuat suasana begitu indah. Sekumpulan awan tidak cukup mampu menutupi dan meredam keindahan cahaya bulan malam ini.

Jam 2 pagi, aku terbangun saat mendengar suara Allysa terbatuk. Aku segera menghampirinya.

"Mau dibuatkan teh hangat ya?" Allysa menganggukan kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun