Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Allysa Sakit Apa?

17 April 2014   14:40 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:34 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku mengantarkannya hingga ke parkiran mobil sebagai bentuk apresiasi atas bantuannya untuk datang ke apartemen Allysa.

"Thanks Dok ya."

"Oke. Hati-hati, jaga anak orang ya," jawabnya sambil tertawa lebar. Sekali lagi aku hanya bisa nyengir kuda mendengar kalimat Dokter Ratna tersebut.

Hujan di luar sudah reda. Sebelum naik kembali ke apartemen Allysa, aku sempatkan untuk menebus beberapa obat di apotik dekat apartemen dan membeli beberapa makanan termasuk bubur cepat saji untuk Allysa.

***

"Lisa makan dulu ya," Pintaku sambil mengaduk bubur instant yang barusan aku buat. Kali ini tidak ada bumbu masak yang aku campurkan. Hanya sedikit garam agar rasanya tidak terlalu hambar. Allysa hanya menganggukan kepala tanda setuju. Aku mengubah posisinya supaya bisa duduk dengan menambah beberapa bantal di sandaran tempat tidur.

"Minum dulu teh hangatnya." AKu menyodorkan segelas teh hangat manis kepada Allysa. Namun rupanya dia terlalu lemah untuk meminum secara langsung. Akhirnya aku suapin sesendok-sesendok agar mudah diminum. Sebenarnya Allysa bisa minum dengan menggunakan sedotan, tetapi aku tadi lupa membelinya di toko retail depan apartemen.

Tidak ada kata yang diucapkannya. Sorot matanya juga tampak layu. Sesekali aku mengusap rambutnya dengan penuh rasa sayang. Aku tahu pengapa dia tidak mau mengubungi mama dan papanya. Kasus gugatan cerainya ini pasti membuat hubungannya dengan mama dan papanya renggang. Di Surabaya, memang hanya aku yang paling dekat. Sementara keluarganya yang lain tinggal di Malang.

Allysa hanya bisa menghabiskan separuh porsi bubur yang aku buat. Setelah makan, aku memberinya obat yang diresepkan oleh Dokter Ratna tadi. Beberapa jenis ternyata merupakan obat untuk lambung, kemudian tablet penurun panas dan vitamin.

"Mas anterin Lisa ke kamar mandi ya," pintanya lirih.

"Oke. Bisa jalan atau perlu saya gendong?" Allysa mencoba tersenyum untuk merespon pertanyaanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun