"Ke rumah sakit ya biar segera ditangani."
"Ghak usah Mas. Lisa cuman demam aja kok nanti juga sembuh."
"Ya tidak bisa begitu. Harus diperiksa dokter supaya tahu apa penyakitnya. Ayo kita ke rumah sakit di  Nginden sini."  Allysa hanya menggelengkan kepala saja mendengar permintaanku tanda dia tidak mau. Aku raba lagi kepala Allysa. Panasnya belum turun juga. Pasti ada infeksi yang menyebabkan panasnya tinggi dan demam. Aku memutuskan untuk menelpon seorang teman dokter yang dulu pernah sama-sama bekerja di sebuah rumah sakit di daerah Gubeng. Berharap dia tidak sedang sibuk dan bisa datang ke apartemen untuk memeriksa Allysa.
"Selamat malam Dokter Ratna. Ini Aditya. Maaf mengganggu."
"Oh iya. Mas Aditya. Apakabar?" Jawabnya Dokter Ratna dan balik menanyakan kabarku.
"Baik Dok. Tetapi ada teman yang butuh pertolongan segera nih Dok. Saya berharap dokter bisa datang.
"Oke, saya sedang tidak praktek. Berikan alamatnya, saya segera ke sana."
"Thanks Dok. Alamatnya saya SMS ya."
Aku mengirimkan alamat apartemen Allysa via SMS. Kebetulan rumah Dokter Ratna berada di sekitar Panjang Jiwo. Aku tidak pernah lagi bertemu dengannya setelah pindah kerja. Hanya beberapa kali saja kami saling berkirim ucapan selamat, saat perayaan hari besar keagamaan.
Dua puluh menit kemudian, bel pintu apartemen berbunyi. Aku bergegas menuju ke pintu untuk membukakannya.
"Selamat malam Dok. Maaf merepotkan," aku menyalami Dokter Ratna yang sudah berdiri di depan pintu dengan diantar petugas security.