Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Allysa Sakit Apa?

17 April 2014   14:40 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:34 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sakit apa Mbak?" Aku mulai disergap perasaan cemas.

"Saya belum tahu. Hanya badannya panas dan demam."

"Baik, saya segera ke sana sekarang. Terimakasih Mbak Hera."

Aku mengambil jaket. Setelah mematikan notebook dan mengunci pintu ruangan, aku bergegas menuju tempat parkir. Di luar hujan cukup deras mengguyur Surabaya. Terpaksa aku menggunakan jas hujan yang sedikit basah karena siang tadi juga sempat digunakan keluar saat hujan.

Jalanan lingkar timur Surabaya padat merayap. Di beberapa ruas jalan terdapat genangan yang membuat mobil dan motor memperlambat laju kendaraannya. Sepanjang jalan, wajah Allysa hadir dalam pikiran. Mulai saat pertama bertemu di sebuah cafe di Tunjungan Plaza, beberapa momentum kebersamaan, hingga pernikahan Allysa, terbayang kembali seperti sebuah slide presentasi. Ini memang bukan kisah sinetron yang penuh dengan konflik. Hubunganku dengan Allysa memang hampir tidak pernah ada konflik. Satu-satunya peristiwa yang membuatku sedih adalah saat Allysa mengirimkan undangan pernikahannya.

Sesampai di lobby, aku menemui seorang petugas keamanan dan meminta ijin untuk naik ke lantai tempat Allysa berada. Tanpa kartu akses, siapapun memang tidak bisa naik ke atas. Aku dulu pernah diberi Allysa kartu akses apartemennya, tetapi aku kembalikan saat dia menikah. Akhirnya aku diantar oleh seorang petugas keamanan hingga di depan pintu apartemen Allysa.

Aku menekan bel pintu. Tak lama kemudian, wajah seorang wanita yang tidak aku kenal tampak dari balik pintu.

"Mbak Hera? Saya Aditya.

"Iya. Pak eh Mas Adit ya?" Mari silahkan masuk.

Aku melepas sepatu dan meletakkannya di rak sepatu di samping belakang pintu masuk. Beberapa wedges dan sepatu Allysa terparkir rapi di situ. Sebuah sepatu lainnya adalah sepatu yang dibelinya bersamaku di sebuah toko sepatu di Grand City. Setelah melepas jaket dan menggantungkanya, aku menuju kamar Allysa. Tampak Allysa sedang terbaring dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya kecuali kepala dan tangannya.

"Lisa barusan tidur. Tadi saat pulang, Lisa mengeluh demam dan pusing. Sempat muntah sekali. Kemudian saya beri teh hangat dan bubur sebelum akhirnya tertidur setelah saya pijat dengan minyak kayu putih," tutur Hera dengan berbisik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun