Aku mendengarkan penjelasannya.
Dia menengokmu sebentar, " Belum terlalu terlambat, kan ?"
Aku tersenyum puas, meskipun saat aku melihat kau, mungkin itu sudah lebih dari enam ratus gerakanmu yang baru saja kulewatkan.
"Kok saya telepon nggak bisa ?" Sambil mempersilakannya masuk, aku menanyakan hal yang terus - terusan membuat gusar sedari tadi.
"Handphone saya mati, sekaligus ketinggalan karena tadi buru - buru," Dia menyunggingkan senyum malu padaku. Buru - buru? Ternyata dia masih orang yang selalu konsisten.
" Saya ambilkan minum yah.." Tawarku ringan. "Mau minum apa ?"
Dia menggeleng. "Nggak usah repot - repot, nanti kita malah pulang terlalu malam, mendingan kita langsung berangkat sekarang, yah.."
Aku mengeryitkan keningku. "Hahaha..kamu kira saya masih umur berapa ? tunggu disini sebentar yah, saya ambilkan minum.."
Aku berjalan memunggunginya. Ada senyum kecil tersemat di wajahku. Senyuman hasil penepatan janji yang sudah aku tahan - tahan sedari kedatangannya. Aku senang. Mungkin lebih dari rasa senang. Bahagia mungkin. Entahlah, bahkan kata 'bahagia' mungkin tidak bakalan cukup untuk menggambarkan bagaimana perasaanku akan kedatangannya kali ini, bukan ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H