Noah dapat melihat gadis berjubah itu menengok ke arahnya dan berlari pergi. Ia pun memutuskan untuk kembali ke ballroom guna mengecek apa yang menyebabkan keributan.
Mata hazelnya terbelalak kaget melihat kondisi ballroom yang porak-poranda. Beberapa tamu sudah disandera oleh  orang-orang yang memakai jubah hitam dan bersenjatakan pedang.
Noah berdiri mematung menyaksikan kejadian itu hingga tangannya ditarik oleh seseorang untuk pergi.
"Tuan! Ayo! Kita harus pergi keluar dari istana ini secepatnya!"
Ya, itu adalah Cedric. Dengan nafas tersengal-sengal ia mengajak tuannya untuk berlari keluar lewat pintu belakang.
Noah pun menurut dan ikut berlari mengikuti arah Cedric, sesekali Noah menengok dan melihat orang-orang berjubah itu sedang mengejar dirinya dan Cedric. Langkah Noah terhenti ketika melihat Cedric mengajaknya untuk melompati pagar istana yang menjulang tinggi. Nyalinya ciut seketika, ia takut ketinggian.
Kondisinya sangat terpojok, orang-orang yang mengejarnya semakin dekat.
Cedric yang sudah hampir bebas justru kembali untuk menyelematkan Noah. Dengan tangan kosongnya, Cedric mengobarkan diri menjadi tameng bagi Noah. Ia pun tewas ketika pedang milik penjahat itu menembus kulit dibagian perutnya.
Noah yang melihat itu sangat terpukul dan ia hanya menutup mata pasrah saat penjahat itu semakin mendekat dengan dirinya. Pedang panjangnya menghunus ke tubuh Noah.
Satu detik...
Dua detik...