Namun, sudah seperti itu jalan yang harus ditempuh. Tidak ada proses yang instan menuju puncak dengan tanpa melewati titian terbawah.
Ternyata, menjadi juara di empat turnamen itu menjadi modal penting bagi mereka untuk naik kelas. Malah langsung terjun ke level tertinggi.
Hasilnya sungguh menggembirakan. Menggapai semifinal pertama di turnamen BWF World Tour Super 1000 dengan menyisihkan Kim Won Ho/Jeong Na Eun dari Korea Selatan.
Dejan/Gloria menang straight set 21-16 dan 21-19 atas lawan berperingkat 21 BWF, dua tangga di atas mereka.
"Di lapangan, kami bisa saling mengingatkan. Komunikasi kami lancar, ini agar kami lebih tenang meraih poin demi poin," ungkap Gloria terkait rahasia kemenangan mereka di samping dukungan Vita Marisa dari sisi lapangan.
Satu-satunya harapan Indonesia, setelah dua pasangan PBSI yakni Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas dan Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati tersisih lebih awal, akan bertarung menghadapi unggulan pertama, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong.
Pasangan kawakan China yang menang mudah atas Thom Gicquel/Delphine Delrue dari Prancis, 21-15 dan 21-6 adalah ujian tersulit bagi Dejan/Gloria.
Harus diakui, posisi pasangan PB Djarum itu kurang diunggulkan. Semoga, keduanya mampu mengubah status inferior tersebut menjadi energi positif untuk membuat kejutan.
Ditambah lagi, ini menjadi pertemuan pertama sehingga keduanya bisa bermain lepas dan tidak terpenjara pada rekor pertemuan.
Gagalnya skenario "perang saudara" di semifinal
Itulah yang terjadi di sektor ganda putra. Publik Tanah Air tentu berharap dua wakil tersisa bisa mengamankan satu tiket final lebih awal. Sayangnya, skenario "perang saudara" di semifinal gagal terwujud.