Patut diakui, Fadia punya keunggulan di depan net. Ketika pemain 22 tahun itu berada di depan, ia bisa menemukan celah untuk mematikan bola, baik secara langsung, maupun melakukan pancingan agar lawan melakukan pengembalian yang mudah untuk digebuk balik oleh Apri.
Penempatan bola akurat dan variasi pukulan dan serangan yang kaya membuat duo Korea Selatan kewalahan.
Selanjutnya, konsistensi Apri/Fadia akan diuji oleh lawan dengan peringkat lebih tinggi. Keduanya akan menantang unggulan teratas, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan di tempat yang sama pada Sabtu (14/1/2023).
Pasangan China itu menang dua gim, 21-17 dan 21-17 atas pasangan kakak-beradik dari Bulgaria, Gabriela Stoeva/Stefani Stoeva.
Statistik perjumpaan lebih berpihak pada Chen/Jia yang memenangi tiga dari empat pertemuan yang semuanya terjadi tahun lalu. Dua kemenangan terakhir diraih Chen/Jia secara beruntun yakni di perempat final Japan Open dan penyisihan grup BWF World Tour Finals.
Masih hangatnya kenangan membuat pertemuan kelima ini bakal menyajikan tontonan menarik. Apakah Apri/Fadia bisa menghentikan laju Chen/Jia? Semoga!
Pembuktian Dejan/Gloria
Perlahan tetapi pasti Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja membuktikan kalau level permainan mereka kian meningkat dan bisa bersaing di turnamen elite.
Tahun 2022 menjadi tahun ujian bagi mereka. Gloria yang terdepak dari Pelatnas PBSI bersama tandemnya Hafiz Faizal, sanggup membimbing Dejan untuk mengisi lembaran baru karier mereka sebagai pasangan.
Perbedaan usia tujuh tahun tak menjadi rintangan. Buktinya, keduanya sanggup berjaya di empat turnamen: Denmark Masters, Indonesia International Challenge, Malang Indonesia International Challenge, dan Vietnam Open.
Memang keempat turnamen itu masih berlevel bawah, kelas international challenge atau series dan Super 100.