Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Lebih Dekat dengan Skuad Uber Indonesia, dari Bali hingga Anak Legenda

10 Mei 2022   22:49 Diperbarui: 11 Mei 2022   04:45 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komang Ayu Cahya Dewi, pemain tunggal putri yang sudah mengharumkan nama Bali: foto Dok PBSI via Kompas.com

Semakin ke sini pesimisme terhadap skuad Uber Indonesia di Piala Uber 2022 berangsur-angsur hilang. Para penggemar badminton di Tanah Air justru semakin menikmati aksi para srikandi Merah Putih di Impact Arena, Bangkok, Thailand.

Berangkat dengan tanpa diperkuat para pemain berpengalaman seperti Gregoria Mariska Tunjung,  Apriyani Rahayu, Siti Fadia Silva Ramadhanti, Ribka Sugiarto hingga pemain ganda paling senior, Greysia Polii, para pemain pelapis ternyata bisa memikul tanggung jawab besar di turnamen beregu prestisius itu.

Buktinya, mereka suskes melewati dua laga pertama fase Grup A dengan hasil meyakinkan. Sapu bersih kemenangan atas dua wakil Eropa di grup ini yakni Prancis dan Jerman.

Menang 5-0 bukan dengan materi pemain senior dan memiliki ranking terbaik adalah pencapaian tersendiri.

Ditambah lagi, para pemain Indonesia yang diterjukan ke kejuaraan beregu itu memiliki ranking dunia yang lebih rendah, bahkan jauh tertinggal, dari para pemain Eropa, apalagi Jepang yang akan menjadi lawan terakhir di penyisihan grup.

Nama-nama yang mengisi line-up Tim Uber kali ini pun belum banyak dikenal publik dalam negeri, apalagi mancanegara. Ya, mereka memang bukan pemain yang sudah wira-wiri di level utama.

Dipimpin Nita Violina

Bila Tim Thomas Indonesia memiliki sejumlah pemain senior, termasuk pasangan gaek, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, tidak demikian tim putri. Hendra Setiawan sebagai pemain paling senior dipercaya menjadi kapten tim.

Sementara itu, di sektor putri, tanggung jawab tersebut diberikan kepada Nita Violina Marwah. Bersama Jesita Putri Miantoro, keduanya adalah anggota tim Uber Indonesia di edisi sebelumnya yang digelar di Ceres Arena, Aarhus, Denmark,  pada pertengahan Oktober tahun lalu.

Seperti kita tahu, di edisi Piala Uber 2020 yang digelar pada 2021 itu, Indonesia terhenti di perempat final setelah takluk dengan skor tipis 2-3 dari Thailand.

Nita Violina Marwah (kanan) dan Lanny Tria Mayasari (kiri)  menjadi ganda kedua di Piala Uber 2022:  ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww via Kompas.com
Nita Violina Marwah (kanan) dan Lanny Tria Mayasari (kiri)  menjadi ganda kedua di Piala Uber 2022:  ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww via Kompas.com

Nita dan Jesita memang disertakan dalam daftar tim Uber kala itu. Sayangnya, keduanya hampir tidak mendapatkan menit bermain.  Mereka kalah bersaing dengan Greysia Polii/Apriyani Rahayu
dan Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto.

Bisa dikata, walau Nita dan Jesita adalah jebolan tim edisi sebelumnya, praktis mereka hanya menjadi pemenuh kuota. Kali ini, Nita Violina baru mendapat peran sepenuhnya. Nita pun menjadi pemimpin dari deretan wajah baru.

Selain pertimbangan faktor pengalaman tampil di Piala Uber jilid sebelumnya, Nita sudah memiliki pengalaman di turnamen beregu utama.

Bersama Lanny Tria Mayasari, keduanya menjadi salah satu andalan di Badminton Asia Team Championship (BATC) 2022 di Selangor, Malaysia, akhir Februari lalu.

Pasangan ganda ini ikut menentukan perjalanan tim putri Indonesia hingga ke tangga juara. Di partai final menghadapi Korea Selatan, Nita/Lanny menjadi penentu kemenangan Indonesia dengan skor 3-1. Kemenangan straight set 23-21,21-11 atas Kim Min Ji/Lee Seo Jin menjadi sejarah tersendiri bagi tim putri Indonesia di kejuaraan beregu.

Pada Piala Uber 2022, Nita/Lanny dipercaya sebagai ganda kedua. Mereka mendampingi Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi yang juga menjadi andalan sekaligus satu-satunya nomor yang gagal menyumbang poin di final BATC 2022.

Sejak pertandingan pertama, kedua pasangan ini konsisten menyumbang poin. Nita dan Lanny, kelahiran 2001 dan 2022 itu menang dengan skor meyakinkan atas lawan-lawannya dengan peringkat jauh lebih tinggi.

Sebagai pasangan yang belum lama ditandemkan, mereka sukses mengalahkan Flavie Vallet/Emilie Vercelot dari Prancis, 21-14 dan 21-11 dan Annabella Jaeger/Leona Michalski dari Jerman 21-10 dan 21-10 dalam waktu tak lebih dari 31 menit.

Pasangan yang masih merangkak dari posisi 1475 BWF akan menjadi andalan Indonesia di laga-laga selanjutnya.

Tentu, tantangan yang mereka hadapi akan lebih besar. Begitu juga Febriana/Amalia, berperingkat 103 BWF. Mereka akan menghadapi lawan-lawan yang jauh lebih tangguh seperti para unggulan dari Jepang di pertandingan terakhir penyisihan grup dan pasangan-pasangan elite di babak gugur nanti.

Wajah debutan

Selain nama-nama pemain ganda yang sudah disebutkan di atas, materi tim Uber Indonesia mayoritas diisi para pemain muda. Bahkan beberapa dari antaranya masih tercatat sebagai pemain junior.

Ada Komang Ayu Cahya Dewi, Aisyah Sativa Fatetani, Bilqis Prasista, Tasya Farahnailah, Siti Sarah Azzahra, Jesita Putri Miantoro, Tryola Nadia, dan Melani Mamahit.

Rata-rata usia meraka di kisaran 20 tahun. Seperti Febriana dan Lanny, Komang, Aisyah, Jesita, Melani, dan Tryola adalah kelahiran 2002.  

Nita dan Amalia, kelahiran 2001 merupakan senior dari sisi usia. Bilqis dan Sarah kelahiran 2003. Sementara Tasya lahir pada Agustus 2004, atau belum genap 19 tahun.

Walau berusia muda, mereka membuktikan kualitas yang patut diperhitungkan. Seperti pasangan ganda, para pemain tunggal putri mempertontonkan kemampuan yang bisa menyaingi bahkan melebihi para pemain asing dengan usia dan ranking dunia yang lebih tinggi.

Performa apik mereka di usia yang relatif muda di level senior tidak lepas dari sepak terjang mereka di turnamen-turnamen junior. Tasya misalnya yang berusia 18 tahun lebih dan kini menduduki ranking 33 BWF di kelas junior, sudah berkompetisi di berbagai turnamen internasional.

Menurut informasi dari laman Badminton Asia, Tasya pada tahun lalu sudah memenangi 37 kejuaraan. Ia pun disebut-sebut sebagai salah satu pemain junior terbaik di Asia.

Sejarah bagi Bali

Nama Komang Ayu mulai mencuri perhatian sejak tampil di Badminton Asia Championship (BAC) 20022 di Filipina, dua pekan lalu.  Sebagai debutan di level senior, pemain kelahiran Buleleng, Bali, 21 Oktober 2002, mampu melangkah hingga babak 16 besar sebelum ditaklukkan tunggal putri nomor satu dunia, Akane Yamaguchi dalam pertarungan tiga gim, 23-21, 9-21, dan 19-21.

Komang mendapat kepercayaan sebagai tunggal putri pertama di Piala Uber 2022. Ia pun sukses memikul tanggung jawab besar itu dengan rutin menyumbang poin pertama.

Menghadapi Qi Xuefei di pertandingan pertama, Komang menang 22-20 19-21 21-18. Pemain asal Prancis itu berada di peringkat 43, jauh meninggalkan Komang yang masih berada di urutan 203 BWF.

Komang menunjukkan semangat juang tinggi dan bisa menunjukkan kemampuan terbaik. Kecepatan, akurasi dan variasi pukulan yang baik membuat lawan kerepotan.

Tak heran, ia pun bisa melewati hadangan Yvonne Li dari Jerman dengan ranking yang lebih baik yakni 25 BWF dengan skor meyakinkan, 21-15 21-13.

PBSI tidak keliru menunjuk Komang sebagai pembuka jalan bagi tim Indonesia. Kemampuan yang ia miliki sudah terbukti di dua pertandingan pertama.

Sebelumnya, ia membuat publik Pulau Dewata bangga dengan raihan medali perak di PON XX Papua 2021. Sekitar 73 tahun lamanya atau sejak pesta olahraga nasional itu dimulai pada 1948, baru kali ini tim Bali mampu meraih medali.

Sejarah yang sudah ditorehkan di level nasional itu tentu semakin memotivasi juara Superliga Junior 2018 dan Djarum Sirnas Kaltim 2018 dan Sirnas Premier Jawa Tengah 2019 itu untuk berprestasi di kancah internasional.

Saat ini mata dunia sedang tertuju padanya. Sebagai tunggal putri pertama, ia berpeluang besar kembali menghadapi Akane di pertandingan terakhir penyisihan grup. Apakah "dendam" Komang Ayu akan terbayar tuntas saat itu?

Anak legenda

Selain Komang Ayu, tunggal putri yang tak bisa luput dari perhatian adalah Bilqis Prasista. Pemain berusia 18 tahun itu rutin dipercaya sebagai tunggal ketiga, setelah Komang Ayu dan Aisyah Sativa Fatetani. Trio tunggal putri ini pun kompak sumbang poin.

Laga pertama menghadapi Yaelle Hyaux Bilqis harus berjuang selama 55 menit sebelum mengunci kemenangan 17-21, 14-21, dan 21-18. Bilqis yang kini berada di peringkat 333 dunia mampu mengalahkan lawan yang berada di posisi 69 dunia.

Penampilan impresif Bilqis berlanjut di pertandingan kedua saat menghadapi Florentine Schoffski. Usia lawannya lebih muda dan peringkat dunianya pun jauh tertinggal.

Bilqis menang rubber game 21-12 12-21 21-7 atas pemain yang masih berada di luar jajaran 1000 besar dalam waktu 41 menit. Kemenangan yang menyempurnakan langkah Indonesia ke babak perempat final.

Bilqis yang karib disapa Sista itu memiliki mental yang kuat. Ia juga cakap dalam mengolah kok melalui pukulan-pukulan silang mematikan. Placing di depan net dan di bidang-bidang permainan yang sulit dijangkau terbukti mampu memberinya banyak poin.

Hanya saja, ia masih memiliki banyak pekerjaan rumah. Begitu juga para kompatriotnya. Menjaga konsistensi dalam hal akurasi pukulan misalnya, harus terus diasah seiring berjalannya waktu.

Bilqis Prasista, karib disapa Sista adalah putri dari pasangan legenda badminton Indonesia: dok PBSI via Kompas.com
Bilqis Prasista, karib disapa Sista adalah putri dari pasangan legenda badminton Indonesia: dok PBSI via Kompas.com

Ternyata, bakat besar remaja kelahiran Magelang ini menurun dari orang tuanya. Juara Bangladesh Junior International Series pada 2021 adalah anak dari pasangan mantan pemain nasional dengan prestasi kelas dunia.

Mustahil fan badminton Indonesia tak mengenal nama Joko Suprianto. Ya, legenda tunggal putra dengan sederet prestasi mentereng mulai dari  juara dunia pada 1993 hingga empat kali angkat trofi Piala Thomas (1994, 1996, 1998, dan 2000).

Ibunya, Zelin Resiana  juga memiliki nama besar dalam sejarah badminton Tanah Air. Wanita tersebut adalah spesialis ganda, baik ganda putri maupun ganda campuran.

Zelin dua kali juara Piala Uber (1994 dan 1996), berpasangan dengan Eliza Nathanael. Keduanya juga menjuarai US Open dan Indonesia Open di periode yang sama. Zelin melengkapi koleksi gelar dari sektor ganda campuran dengan trofi Taiwan Open 1993 dan Kejuaraan Asia 1998.

Apakah rekam jejak mentereng kedua orang tua mampu ditiru Sista? Di tengah persaingan sektor putri dunia yang semakin ketat sementara pekerjaan rumah Indonesia sudah sedemikian menumpuk, pertanyaan tersebut masih sebatas harapan yang entah kapan bakal terwujud.

Tetapi prestasi Joko dan Zelin tentu sedikit banyak membakar semangat sang buah hati untuk bertarung sekuat tenaga dan sehormat-hormatnya.

Seperti yang sudah ia tunjukkan di penyisihan grup dan tentu di laga-laga selanjutnya hingga nasib mengantar mereka ke titik akhir.

Terus berjuang para srikandi muda....

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun