(Anak burung terbang ke rimba
Sampai di rimba dia langsung terbang
Sejak badan jatuh cinta
Mata tertidur hati bertanggang)
Mantra merupakan salah satu sastra lisan tertua di Minangkabau yang diwarisi secara turun-temurun dari mulut ke mulut (secara lisan). Dalam kamus Bahasa Minangkabau, mantra meiliki dua makna yaitu ramuan yang terbuat dari obat-obatan dan bacaan yang diucapkan oleh dukun. Keberadaan mantra saat ini sudah hampir terlupakan bahkan hampir punah karena fungsinya yang ditakutkan oleh masyarakat. Menurut Sukatman (2009:62), berdasarkan sifat dan akibatnya terhadap kehidupan manusia, mantra dikelompokkan menjadi mantra kejahatan (mantra ilmu hitam) ialah mantra yang dapat mendatangkan celaka dan memperdaya orang lain karna sakit hati, mantra kebaikan (mantra ilmu putih) di antaranya mantra yang bertujuan untuk menguasai jiwa orang lain, agar disayang, agar perkasa, awet muda, dan lain-lain. Berdasarkan unsur magisnya, mantra dikelompokkan menjadi mantra syirik (mantra yang penggunanya bersekutu dengan setan) dan mantra tauhid (mantra yang penggunanya percaya kepada Tuhan). Dari sekian banyak mantra yang ada di Minangkabau, yang banyak mengambil perhatian masyarakat adalah mantra untuk pengobatan, mantra tolak bala, mantra panangkal hujan, mantra mempercantik diri, mantra menundukkan orang lain, mantra pemberani diri, mantra penawar racun, mantra menurunkan demam pada anak, mantra mengobati pengaruh jin, mantra sakit gigi, mantra pamanih, sijundai dan lain sebagainya. Berikut adalah contoh mantra Sijundai yang dikutip dalam Usman (2006:37).
Hai si Rajo Jin TunggaÂ
Nan bapijak di kalapo tunggaÂ
Nan bagantuang di awan tunggaÂ
Jin tungga si layak angin
Â