Bab 8 -- Sisi Gelap Kirana
Anna berdiam diri di kamar sepanjang malam. Pikirannya terus berputar, mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar.
Ketika pagi tiba, Dirga mengetuk pintu kamarnya. Tidak ada sapaan lembut atau basa-basi, hanya ketukan tegas yang membuat Anna merasa seperti seorang tahanan. "Ayo sarapan," ujarnya dari balik pintu.
"Aku tidak lapar," jawab Anna datar.
Dirga membuka pintu tanpa izin. "Aku nggak tanya kamu lapar atau nggak, Kinan! Kamu harus makan. Dokter bilang tubuhmu masih butuh banyak energi."
Anna mendesah, merasa lelah menghadapi sikapnya. "Kenapa kamu selalu memaksakan kehendak? Kalau aku nggak mau, aku nggak mau."
Dirga menyandarkan tubuhnya di ambang pintu, menatap Anna dengan tatapan sinis. "Karena aku tahu kamu nggak akan peduli sama kesehatanmu kalau aku nggak ada di sini untuk mengingatkan. Dan kalau kamu sakit lagi, aku yang harus repot. Jadi, makanlah."
Anna melemparkan bantal ke arahnya. "Kamu menyebalkan sekali!"
Dirga menghindar dengan mudah, lalu tersenyum kecil yang penuh ejekan. "Aku tahu. Sekarang ayo makan, sebelum aku menyeretmu ke ruang makan."
Anna tidak punya pilihan selain mengikuti, tetapi di dalam hatinya ia bertekad untuk mencari tahu lebih banyak tentang Kirana---tanpa bantuan Dirga yang selalu menyebalkan ini.nAnna duduk di ruang makan, sendoknya bergerak malas di atas piring.