Mohon tunggu...
Giande HIkki
Giande HIkki Mohon Tunggu... -

seorang pengangguran yang demen nulis dan nonton

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sang Peniup

31 Mei 2011   06:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:01 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warga kota mulai berpikir negatif. Mereka merasa kalau orang yang didepan mereka adalah orang lain bukan sang peniup. Mereka berteriak sebuah ancaman pembunuhan, ancaman balas dendam. Sang peniup ketakutan, ia berusaha menjelaskan

“ Ini aku sang peniup, yang biasa meniup keraguan kalian. “Kata Sang peniup berusaha menjelaskan,

“ Bohong sang peniup itu gemuk dan wajahnya selalu ceria “

“ Betul ini aku , sang peniup. Aku sedang dihinggapi keraguan besar. Dan entah kenapa tubuhku langsung berubah seperti ini. “ Kata sang Peniup kembali

“ Bohong tidak mungkin orang kurus dalam waktu semalam “

Sang peniup semakin ketakutan, dan rasa ragu didalam dirinya semakin besar. Ia menjadi ragu akan keberadaannya, ia bahkan ragu kalau ini adalah sebuah kenyataan.

“ Begini saja, coba kalian tiup aku.Tiup keraguan dalam diriku, seperti biasa aku meniup keraguan kalian. Mungkin kalau keraguan itu menghilang aku berubah kembali. “ Kata Sang peniup lagi

Para warga berbisik satu sama lain. Mereka berpikir dan berdiskusi, keraguan tampak muncul di diri mereka, tapi sang peniup tidak bisa berbuat apa – apa. Beberapa saat kemudian kembali sang peniup melihat bola – bola keraguan itu menghilang, sama seperti yang ia lihat pada si pengelana.

Apakah si pengelana telah mengajarkan mereka cara menghilangkan keraguan tanpa ditiup?

“ Baiklah kamu… siapapun kamu. Kami mencoba percaya perkataanmu. Bersiapkan kamu semua akan meniup kamu sekarang “

Wajah sang peniup berubah , ia menemukan sedikit harapan, walaupunn dirinya masih ragu apakah itu akan berhasil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun