Mohon tunggu...
Giande HIkki
Giande HIkki Mohon Tunggu... -

seorang pengangguran yang demen nulis dan nonton

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sang Peniup

31 Mei 2011   06:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:01 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Memang peniup, kamu selalu bisa tahu kalau orang sedang dilanda keraguan. Begini, suami saya sedang sakit dan kami butuh uang banyak untuk mengobatinya. Nah yang sekarang membuatku ragu – ragu adalah cara untuk mendapatkan uang tersebut. Aku ragu apakah harus menjual sawah kami atau menjual ternak yang kami miliki. Keduanya sangat berarti bagiku juga suamiku. Sekarang kami ragu –ragu dalam memilih. Kuatir. Sang peniup tolong bantu aku mengatasi keraguan ini“ Kata ibu itu dengan penuh harap

Bola keraguan yang sedari tadi terus membesar tiba – tiba berhenti pertumbuhannya. Dengan mengutarakan keraguan yang mereka pendam pada orang lain tampaknya membantu mengurangi beban keraguan itu sendiri. Untuk meniup keraguan sedang ini, sang peniup tidak bisa langsung meniup begitu saja. Keraguan ini cukup besar tapi belum menjadi keraguan besar. Sang peniup menarik napasnya 3 kali ketukan. Perutnya yang gemuk semakin besar terisi udara.

FUUUHHHH !!!

Sang peniup meniup cukup kencang. Angin yang ditimbulkan membuat pepohonan bergoyang, dan menerbangkan bola benjol keraguan itu. Beban dan sesak langsung hilang dari diri Ibu itu. Ia sudah mengambil keputusan, keraguannya untuk memutuskan sudah ditiup oleh sang peniup. Wajahnya menjadi cerah, ia berdiri dan mengucapkan terima kasih pada sang peniup, dan langsung berlari pulang untuk segera melakukan keputusannya itu.

“ Bu… Ibu… “ Teriak Sang peniup berusaha menahan tapi teriakan itu tidak digubris oleh ibu itu. Sang peniup ingin mengingatkan bahwa cuciannya tertinggal, tapi ya sudahlah nanti juga pasti dia ingat lagi pikir sang peniup.

Sang peniup melanjutkan perjalanan ke kota. Walaupun dinamakan kota tapi ukurannya masih kecil, semua penduduk mengenal sang peniup. Kota itu terasa begitu hidup suasana ceria dimana – mana. Mereka tidak mempunyai keraguan dalam diri mereka, itu semua karena sang peniup selalu siap meniup semua keraguan yang mereka miliki. Saat kaki sang peniup memasuki kota, anak – anak langsung menyambutnya. Sang peniup selalu bermain dengan anak – anak saat tidak ada keraguan yang harus dia tiup.

“ Hari ini kita bermain apa? “ Tanya anak yang berpakaian tebal
“ Main sembunyian saja “ saran anak yang lain
“ Ah sudah bosan bermain sembunyian, Sang peniup selalu membiarkan kita menang “ Tolak anak yang memakai topu kerucut seperti sang peniup
“ Hahaha, bagaimana kalau hari ini kita bercerita saja? “ Saran Sang peniup

Anak – anak saling berpandangan.

“Bercerita? “ Tanya mereka bersamaan
“ Iya. Sebuah cerita bisa membuat kita terbang kemana saja, dan mampu membawa kita bertualangan apa saja. “

Anak – anak langsung tertarik, mereka berkumpul mendekati sang peniup. Sang peniup mulai bercerita

“ Pada jaman dahulu…. “

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun