Mohon tunggu...
Cerpen

Selembut Nidaa Ankhofiyya

23 November 2016   11:33 Diperbarui: 23 November 2016   11:38 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Iya, Ibu juga nanti akan memberi hukumannya, lihat saja nanti!”.

“wah yang bener Bu? Ibu mau menghukumnya?yang bener? Bukankah Ibu selama ini dikenal sangat baik dan lembut Bu? Ibu serius?”

“Iya Rani, Ibu serius, lihat saja nanti”

“Ok, Bu Rani mau melihat marahnya Ibu kayaknya aneh deh!”

“hmm….Yaa!”

Ku akhiri sms an ku bersama Rani, dia mungkin mengira aku akan menghukum Nida dengan kemarahan atau kekerasan fisik yang biasa dilakukan oleh guru yang lain ketika marah.

Hari berganti, minggu pun berlalu, tibalah pekan ke empat aku bersama rekan-rekan dan sahabatku melaksanakan PPL di sekolah itu, tak terasa hari sudah mulai pagi, fajar menyingsing begitu indahnya, seiring berlalu nya murottal assuddes  sang imamalharomain assysyarifain yakni imam masjidil harom yang sering ku dengar dan menjadi faporit ku karena selain bacaan tajwidnya yang fasih, juga suaranya yang indah sering membawa angan ku melayang ke sebuah mesjid agung yang selalu kurindukan yang menjadi pusat kiblatnya kaum muslimin di seluruh dunia,juga mesjid nabawi yang indah dan asri yang selalu membuat orang berdecak kagum terpesona dan selalu merindukannya.

tak terasa air mata ini menetes perlahan ketika mendengar sang imam membacakan surat  ATTAKWIR ,ketika matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berguguran, dan apabila gunung-gunung dilayangkan, …dan apabila laut diluapkan…..Subhaanallah, yaa Allah apa yang telah aku perbuat di dunia ini?selain hanya mendholimi diriku sendiri, ?dan siapa yang akan menolong aku ketika peristiwa yang telah tertera jelas dalam mushaf terjadi dan menimpa diriku? Sendiri?selain rahmat Nya dan Syafaatul udhma lah yang kuharapkan…tambah bergetar hati ketika mendengar ayat surat al hijr….yaa ayyatuhaanfsul muthmainnah,,irjii ilaa robbiki roodiyatammardiyyah,, fadkhuli fi ibadi, wadkhuli jannati…. Ya Allah akan kah aku terpanggil oleh mu sebagai jiwa yang tenang?

Masuklah dalam golongan hambaku , dan masuklah dalam syurgaku dengan tenang….Subhanallah betapa damainya panggilan mu Ya Rabbi!!!serulah aku nanti sebagai jiwa yang tenang! Amiin. Aku sedikit lega dan tersenyum ketika sang imam membaca surat adduha, aku teringat waktu di alharomain masjid nabawi Madinah, karena waktu itu waktu dluha, dan ketika aku selesai  melaksanakan sholat dluha ,seperti biasa sambil menunggu waktu sholat dhuhur, daripada pulang ke hotel, lebih baik aku tadarrus, tiba-tiba saja ada seorang anak muda yang hampir sebaya dengan ku, mungkin dia mahasiswi arab, dia bertanya dalam bahasa inggris yang kurang fasih dan masih campur bahasa arab dan kurang lebih artinya, “ masya allah Kaifa haluki ya ukhti,bagus benar kamu membaca mushaf!, selama ini saya beranggapan bahwa orang Indonesia tidak bisa membaca mushaf alqur`an dengan baik”.

“Oh, Ya thanks, kenapa ?”

“karena rata-rata khodamah saya tidak bisa membaca alqur`an dengan fasih seperti anda!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun