Mohon tunggu...
Cerpen

Selembut Nidaa Ankhofiyya

23 November 2016   11:33 Diperbarui: 23 November 2016   11:38 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 (CERPEN)

SELEMBUT NIDAA ANKHOFIYYA

Oleh: Hj. AISYAH NURLAELA, S.Pd

“Bu Assalaamualaikum”….”waalaikumsalam”

“Bu, Assalaamyalaikum”,…..Waalaikum salam”

“Bu, Assalamualaikum”,…. Waalaikum salam”

Tak terhitung rasanya jumlah anak yang memberi salam  dan mencium tangan ku pagi itu….

Pagi yang cerah, udara sangat segar, sesegar ucapan salam anak-anak itu,dan secerah senyum ku dan senyum anak-anak murid “sementara” ku yang ku anggap dan ku harap menjadi murid-murid tetap ku.

“ Assalaamualaikum Bu, Bu ini naskah karangan yang minggu kemarin , semuanya sudah mengumpulkan , kecuali Nida Bu!”

“ Oh, ya sudah, simpan tugasnya semua di meja ibu ya, terima kasih Rani!!

“ Iya sama-sama Bu, Assalamulakium”

“Waalaikum salam”

Rani memmang sekretaris kelas yang baik, terutama kepadaku, ih ge er rasanya ,tapi memang perasaan ku berkata seperti itu. Duh serasa  hari ini aku benar-benar menjadi ratu…ya, ratu di kerajaan yang disebut kerajaan pencari ilmu alias dunia pendidikan,.. coba saja hari ini, baru saja turun dari angkutan umum yang biasa setia mengantarku dan guru-guru yang lain yang biasa merasa nyaman naik angkutan umum ,walaupun punya kendaraan sendiri,tapi mereka lebih nyaman dan simple naik angkutan umum seperti itu.

Baru turun saja aku sudah disambut puluhan tangan yang sengaja menggapai dan berebut menyalami saling bergantian mengucap salam,adapun yang jaraknya agak jauh, mereka hanya menyahut dan menguap salam dari kejauhan saja, “ Bu, Assalamualaikum…” duh indahnya Subhaanalloh…! Maha suci engkau yaa Allah,damainya dunia kurasakan di sini, dan ketika pagi itu sang sekretaris menyerahkan tugasnya beserta tugas rekan-rekan sekelasnya ku suruh dia menyimpan nya di  meja ku, upsssss!!!! Salah!!! Aku punya meja?di sisni? Di SMP semegah ini? Mimpi kali yeee!!! Sekali lagi kukatakan ini meja sementaraku, dan Rani juga adalah seorang dari sekian banyak murid sementaraku ,juga kerajaan kelas ini beserta seluruh suka duka dan kesejahteraan nya adalah kerajaan sementaraku yang mungkin harus kujadikan sebuah mimpi yang harus kugapai dengan segera terbangun dan mengejar mimpi yang telah kusinggahi ini.

“Sudah datang Bu?  Pagi benar?, duuh yang lagi PPL, sampai-sampai kita- kita sendirikeduluan terus niih”! sahut Bu Ratih yang merupakan guru senior yang sudah PNS. Aku hanya tersenyum mendengarnya.” Ya, Bu mumpung masih pagi ah, biar masih seger”, sahutku.

Duh hampir lupa,aku harus memeriksa pekerjaan murid-muridku mumpung masih ada waktu sebelum bel masuk kelas berbunyi, oh Nida… Nida, tadi Rani bilang hanya Nida yang tidak mengerjakan tugas minggu ini, sama seperti minggu kemarin pun hanya dia yang tidak mengerjakan tugas,walaupun hanya sekedar tugas-tugas yang mudah seperti membuat resensi sebuah buku,tetap saja dia mempunyai segudang alasan untuk tidak mengerjakan tugas-tugas yang aku suruh.ternyata bukan hanya tugas dariku saja yang tidak dikerjakannya, tugas dari guru yang lain pun kadang-kadang dia ogah-ogahan mengerjakannya,ada saja alasannya, entah itu lupa lah, ketinggalan lah, dan lain alasan yang sebetulnya mungkin hanya akal-akal nya saja.

Seperti pagi-pagi yang lain,sebelum belajar ,kusuruh anak-anak membaca doa minta ilmu yang bermanfaat,dan anak-anak pun sudah faham dan terbiasa dengan kebasaan barunya berdoa minta ilmu yang bermanfaat dengan  suara pelan.” Bu kenapa sih ko setiap pelajaran Ibu kita-kita mesti berdoa seperti itu dulu?ini kan bukan pelajaran PAI Bu? Kayaknya menyita waktu deh Bu?” duh kali ini Nida benar-benar keterlaluan,memang kebiasaan nya nyeletuk seperti ini , bahkan pernah ada guru perempuan yang sampai nangis di hadapan kepala sekolah karena ulahnya,, Nida..Nida, uh andaikan dia adikku, sudah kujitak dia, tapi sabar,…sabar… mungkin inilah tantangan menjadi seorang guru, harus berani menghadapi resiko dan tantangan yang akan selalu muncul dan harus selalu siap dihadapi.

Dan kali ini kulembutkan senyum selembut-lembutnya, kupandang dia dengan lembut dan ketulusan jiwa seperti pada anakku sendiri…” Nida, apakah Nida hanya berdoa di dalam mesjid saja?dan apakah Nida berdoa ketika setelah sembahyang saja? Dan apakah tidak boleh kita mengingat Allah dan meminta padanya setiap saat? Dan Ibu punya prinsip sendiri dalam mengajar,dan hal ini tentu saja tidak menggangu pelajaran kita Nida,karena berdoa tidak akan menyita banyak waktu apalagi doa ini pendek ya, walaupun di awal masuk kita sudah berdoa dan pelajaran Ibu bukan jam pertama, tapi ibu sering menyuruh berdoa kenapa?

Karena ibu ingin ilmu yang ibu ajarkan kepada kalian benar-benar menjadi ilmu yang bermanfaat baik untuk kalian dan untuk ibu juga, mengerti Nida?” ujarku panjang lebar. “Mengerti Bu”. Terus kenapa Nida tidak mengerjakan tugas yang Ibu berikan minggu kemarin?”. “Aduh maaf Bu, bukunya ketinggalan di rumah, besok boleh nggak dikumpulkannya Bu?”, “ Ya sudah asal kamu janji ya besok harus dikumpulkan, kebetulan besok Ibu ada jadwal mengajar di kelas C”.

Duh cape banget rasanya hari ini, pulang sekolah aku langsung mengambil air wudhu untuk sholat dhuhur, setelah selesai berdzikir dan tadarrus beberapa ayat, aku rebahan di sofa kesayangan ku sambil membaca novel  karya terbaru dari Habiburrahman, tiba-tiba handphone ku berbunyi,dan ternyata ada pesan singkat dari sebuah nomor yang belum aku kenal,”Assalamualikum ,Ibu, maaf Rani berani sms ke Ibu,Bu maafkan atas semua kesalahan dan kelakuan teman-teman Rani selama Ibu mengajar ya,terutama Nida, dia memang begitu sama guru-guru yang lain juga Bu,,tapi Ibu jangan kapok ya Bu, terimakasih Bu, Wassalam”.

Aku hanya tersenyum membaca sms dari Rani, memang dia sangat perhatian sejak pertama kali aku masuk kelas A tempat ku melaksanakan tugas mengajar dari kampus dalam rangka PPL. Kubalas sms Rani dengan tulus,”Rani, terimakasih perhatiannya sama Ibu, tapi Rani jangan hawatir, itu sudah menjadi tugas Ibu mendidik anak-anak dan memperbaiki akhlak anak-anak, terutama anak seperti Nida, lihat saja nanti ya!”

“Ibu memang terlalu baik sih, anak seperti Nida harusnya diberi hukuman seperti guru-guru yang lain Bu!”

“Iya, Ibu juga nanti akan memberi hukumannya, lihat saja nanti!”.

“wah yang bener Bu? Ibu mau menghukumnya?yang bener? Bukankah Ibu selama ini dikenal sangat baik dan lembut Bu? Ibu serius?”

“Iya Rani, Ibu serius, lihat saja nanti”

“Ok, Bu Rani mau melihat marahnya Ibu kayaknya aneh deh!”

“hmm….Yaa!”

Ku akhiri sms an ku bersama Rani, dia mungkin mengira aku akan menghukum Nida dengan kemarahan atau kekerasan fisik yang biasa dilakukan oleh guru yang lain ketika marah.

Hari berganti, minggu pun berlalu, tibalah pekan ke empat aku bersama rekan-rekan dan sahabatku melaksanakan PPL di sekolah itu, tak terasa hari sudah mulai pagi, fajar menyingsing begitu indahnya, seiring berlalu nya murottal assuddes  sang imamalharomain assysyarifain yakni imam masjidil harom yang sering ku dengar dan menjadi faporit ku karena selain bacaan tajwidnya yang fasih, juga suaranya yang indah sering membawa angan ku melayang ke sebuah mesjid agung yang selalu kurindukan yang menjadi pusat kiblatnya kaum muslimin di seluruh dunia,juga mesjid nabawi yang indah dan asri yang selalu membuat orang berdecak kagum terpesona dan selalu merindukannya.

tak terasa air mata ini menetes perlahan ketika mendengar sang imam membacakan surat  ATTAKWIR ,ketika matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berguguran, dan apabila gunung-gunung dilayangkan, …dan apabila laut diluapkan…..Subhaanallah, yaa Allah apa yang telah aku perbuat di dunia ini?selain hanya mendholimi diriku sendiri, ?dan siapa yang akan menolong aku ketika peristiwa yang telah tertera jelas dalam mushaf terjadi dan menimpa diriku? Sendiri?selain rahmat Nya dan Syafaatul udhma lah yang kuharapkan…tambah bergetar hati ketika mendengar ayat surat al hijr….yaa ayyatuhaanfsul muthmainnah,,irjii ilaa robbiki roodiyatammardiyyah,, fadkhuli fi ibadi, wadkhuli jannati…. Ya Allah akan kah aku terpanggil oleh mu sebagai jiwa yang tenang?

Masuklah dalam golongan hambaku , dan masuklah dalam syurgaku dengan tenang….Subhanallah betapa damainya panggilan mu Ya Rabbi!!!serulah aku nanti sebagai jiwa yang tenang! Amiin. Aku sedikit lega dan tersenyum ketika sang imam membaca surat adduha, aku teringat waktu di alharomain masjid nabawi Madinah, karena waktu itu waktu dluha, dan ketika aku selesai  melaksanakan sholat dluha ,seperti biasa sambil menunggu waktu sholat dhuhur, daripada pulang ke hotel, lebih baik aku tadarrus, tiba-tiba saja ada seorang anak muda yang hampir sebaya dengan ku, mungkin dia mahasiswi arab, dia bertanya dalam bahasa inggris yang kurang fasih dan masih campur bahasa arab dan kurang lebih artinya, “ masya allah Kaifa haluki ya ukhti,bagus benar kamu membaca mushaf!, selama ini saya beranggapan bahwa orang Indonesia tidak bisa membaca mushaf alqur`an dengan baik”.

“Oh, Ya thanks, kenapa ?”

“karena rata-rata khodamah saya tidak bisa membaca alqur`an dengan fasih seperti anda!”

“Oh, begitu ya?”

“Anda bekerja di mana?”

“Hm…(aku hanya tersenyum) aku ke sini bukan untuk bekerja, tapi untuk melaksanakan ibadah umrah bersama keluarga”.

“Oh, Im sorry,…maalesy ya ukhti…”

“Nggak apa-apa, tapi maaf  anda salah, karena tidak semua orang Indonesia tidak bisa membaca Mushaf ukhti, bahkan banyak diantaranya yang sudah hafadh atau tahfidh,…oh ya boleh tau nama anda siapa?”

“My name is Nakhla, and You?”

“My name is Syaila,”

Sejak itu aku berteman dengan Nakhla, sering bertelepon, sharing, dan saling bertukar fikiran mengenai pandangan baik dunia islam, dunia pendidikan maupun kehidupan pribadi. Dan ketika aku sudah di tanah air pun ,kita masih bersilaturrahim baik lewat teleon maupun surat atau sms an.

Tak terasa aku sudah kebagian mengajar lagi di kelas VIII A , ya kelas nya Rani,Winda, Adel, Eva, Seli, Rini, Tiara, Intan, Zahra, Rafki,dan lain-lain, tak lupa juga Nida, murid yang kata guru-guru yang lain murid perempuan paling bandel dan sering membangkang ,tapi dalam urusan prestasi Alhamdulillah, dia termasuk 10 besar.

“Nida, mana tugas yang dulu kamu janjikan pada Ibu? Katanya mau minggu kemarin, ko nggak dikumpulkan juga??”

“Aduh, maaf Bu, lupa lagi, tugasnya sih udah Bu, tapi ketinggalan!”

Dalam hatiku hanya berfikir, apa sih maunya anak ini?dan apa yang menjadi penyebab hingga dia menjadi anak hiperaktif dan liar seperti ini?sampai –sampai pernah berani melepas jilbabnya di dalam kelas dengan alasan gerah, padahal teman-teman nya yang lain memakai jilbab, namun dia pakai lagi jilbabnya ketika mungkin “gerahnya” sudah hilang.

Hmmm… Aku sejenak berfikir, dan mungkin ini waktunya aku memberi pelajaran atau”hukuman” seperti yang telah aku janjikan kepada Rani. Aku melirik ke arah Rani yang sejak tadi memperhatikan ku dengan sabar menunggu reaksi dan menebak nebak kira-kira apa yang akan aku berikan sebagai hukuman kepada Nida.

Aku hanya mendelik dan berkedip kea rah Rani yang mengernyitkan kening ketika melihat reaksi ku yang hanya tersenyum-senyum saja ketika tahu bahwa Nida tidak  mengerjakan tugas lagi. Dia pasti agak kesal seperti sms –sms nya yang terdahulu dalam hatinya dia pasti berkata, aku benci karena Ibu terlalu baik,yang nakal aja dimanja,aku kasihan sama Ibu kayak nggak dihargai terus…seperti sms nya yang lalu,…hehe ..Rani- rani ko terlalu baik malah jadi dibenci?.

“Nida, kamu tahu apa resikonya kalau seorang siswa tidak mengerjakan tugas beberapa kali? Dan kamu ingat nggak apa yang dilakukan Pak Herman ketika kamu dan teman-teman mu tidak mengerjakan tugas?”

“ya, Bu,”

“Apa hukumannya waktu itu?”

“Aku disuruh lari, Bu! Sebel banget,terus dijewer, ,tapi aku sudah kebal ko Bu, aku malah senang, kali aja ada yang melaporkannya sama bokap dan nyokap teri aku, eh tiri…eh mh…..”

“Aku mengernyitkan kening ketika Nida menutup mulutnya dengan telapak tangannya sendiri, rupanya dia keceplosan dan aku semakin heran ketika Nida tiba-tiba menunduk dan semakin menunduk dan tiba-tiba saja dari ujung bulu matanya yang lentik terpejam keluar  butiran air  yang selama ini tak pernah terduga,buru-buru ia menyeka air matanya .”oh tidak Bu, katakana apa hukuman untukku?”

“ Baiklah Nida sebagai hukuman  nya ibu akan memberikan tugas khusus untuk mu, coba kamu buka mushaf alqur`an surat maryam dan bacalah ayat satu sampai lima”

“loh, ko Ibu memberikan tugas seperti itu, ini kan bukan elajaran PAI Bu?”

Dan bukan hanya Nida yang terbelalak tapi semua murid kelas A ikut terbelalak dan bengong mendengar tugas yang aku berikan kepada Nida, tak terkecuali Rani,ikut bengong juga.

“ Ya ,terserah Ibu dong memang nya salah?dan kalian kira tidak ada hubungannya pelajaran  Bahasa dan sastra Indonesia dengan PAI ?dalam hal ini khususnya Alqur`an? Ya ada,  dari alqur`an itu kita dapat banyak belajar mengenai sastra,coba kalian resapi bahasa yang agung yang terdapat dalam alqur`an, yang mengandung gaya bahasa yang tertinggi gaya bahasa yang agung, yang santun, tiada tertandingi, sebagaimana para penyair puisi yang mempunyai gaya bahasa dan diksi yang indah, nah alqur`an adalah seindah indahnya seni dan keindahan di atas keindahan…”

Subhaanalloh…murid-muridku terdiam mendengarkan penjelasanku.

Nidaa ankhofiyya…hmmm..nama yang cantik, secantik namanya dan secantik orangnya, yang mungkin tidak dia sadari,namun mengenai sifatnya selama ini sungguh sangat bertolak belakang dengan arti dari namanya yang indah itu.

“Baiklah Nida, kamu mau kan mengerjakan tugas Ibu kali ini? Coba kamu baca surat itu dan cobalah perlahan-lahan kamu baca artinya, kamu punya kan alqur`an terjemahan?”

“Iya Bu, baiklah saya akan mengerjakannya”

“Ya, dan supaya lebih baik lagi nilainya, coba kamu hafalkan lima ayat itu,jangan lupa ditulis ya, kemudian tulis pula artinya dan jangan lupa cari disitu kira-kira ada kata-kata yang pasti tidak asing di telinga kamu,dan merupakan kata-kata dalam bahasa yang sangat indah,dan itu mungkin merupakan sebuah hadiah untuk mu dan doa untuk mu dari orang tua mu”. Mendengar kata-kata ku Nida hanya terbengong dan berkata” Ah Ibu ada-ada saja, orangtua ku mana sayang padaku Bu,Papa ku saja sudah tak sayang padaku”

“ Ya, sudah , Nida salah, mana ada orang tua yang tidak sayang sama anaknya “

Dari semua percakapn ku bersama Nida semakin menambah rasa penasaran ku ada apa sebenarnya dengan Nida.

Dan ketika ada kesempatan aku mengobrol bersama Nida, ternyata hati Nida tak seliar sifat dan tingkahnya selama ini, hatinya tak sebandel tingkahnya, .hatinya ternyata lembut dan mudah rapuh.dan ketika bel istirahat berbunyi menandakan waktu istirahat yang ditunggu-tunggu semua murid tiba,  tiba waktunya aku menggunakan kesempatan untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi dengan Nida,kebetulan dia sendiri yang telah memberi sinyal dari kemarin untuk menumpahkan semua kegundahan hatinya,hanya aku sendiri merasa tidak enak kalau mendengarkan curhatnya di dalam kelas,dan alternatifnya ya di perpustakaan inilah kiranya tempat untuk sharing bersma Nida.

“Assalamualaikum, Bu”

Baru kali ini rasanya mendengar Nida mengucap salam padaku, biasanya dia hanya mencibir dan menjauh ketika yang lain mengucap salam dan berebut tuk bersalaman dengan ku.

“Waalaikum salam , Nida ,ayo masuk!”

“Iya, Bu”

“baiklah Nida, mana tugas yang Ibu berikan kemarin?apa kamu sudah mengerjakannya?

“Sudah Bu” sahut Nida sambil menundukan kepala, dan kali ini untuk yang kedua kalinya aku melihat Nida mengeluarkan air mata, entah apa yang ia fikirkan sehingga ia menangis di hadapan ku.

“Ya sudah Nida, mana tugasnya? Ko kamu menangis ,kenapa?”

“Nggak Bu, maafkan Nida selama ini telah jahat sama Ibu, padahal Ibu begitu sayang dan perhatian sama Nida.”

“hmmm,..terus tugasnya? Sudah kamu baca? Dan apa kata-kata dalam surat maryam yang kamu temukan dan apa artinya?”

“Iya sudah Bu, dan Nida menemukan kata dalam mushaf itu Bu, dan itu nama Nida sendiri,yaitu Nidaa ankhofiyya yang artinya seruan atau suara yang lembut Bu, Nida sedih Bu, karena Nida baru sadar ternyata Ibu sangat perhatian sama Nida ,namun Nida sangat malu baik pada diri sendiri, terutama pada Ibu, karena nama Nida sangat bertolak belakang sekali dengan sifat dan perbuatan Nida.”

“Nggak Nida, …Nida itu anak baik, dan pintar, hanya saja mungkin Nida tidak menyadari itu, dan ingat! Selain pintar, baik, Nida juga cantik” ucapku sambil tersenyum lembut,yang menentramkan jiwa Nida pada waktu itu, Nida hanya tersenyum dan tersipu malu.

“terimakasih Bu, karena Ibu, Nida kini sadar, dan memang orang tua Nida sangat menyayangi Nida, hanya saja selama ini Nida tidak sadar karena keegoisan Nida sendiri. Papa dan mama Nida sudah bercerai ,dan kini Nida tinggal bersama papa dan mama tiri Nida yang sangat kejam Bu, dan awalnya Nida tak mau menerima kenyataan ini, Nida anggap semuanya kejam termasuk mamaku sendiri, ternyata setelah Nida membaca mushaf yang Ibu tugaskan itu Nida membacanya dan meresapi artinya dan ternyata disitu terdapat nama Nida sendiri yang artinya suara yang lembut,langsung saja Nida pergi ke mama dan menanyakan nya langsung ke mama Nida, ternyata memang mama lah yang memberikan nama itu untuk Nida dan memang mama berharap supaya mama mempunyai anak yang anggun ,bersuara,berhati, dan ber akhlak lembut, namun semua ini jauh dari kenyataan Bu,”

“Jangan berkata seperti itu Nida!, Nida begitu mungkin karena keadaan yang memaksa Nida seperti itu, Ibu yakin, Nida mempunyai jiwa dan hati yang lembut serta berakhlak mulia”

“terima kasih sekali, Bu!”

“Iya, sama-sama Nida!”

Sejak itu, Nida samasekali berubah menjadi anak yang baik dan penurut, guru-guru yang lain pun berpendapat bahwa Nida berubah. Ya Alhamdulillah, berarti aku sudah berhasil dalam menjalankan misi ku, eh tugas ku. Tak sia-sia aku memegang semboyan teaching is art,teaching is action ya..memang mengajar itu butuh acting yang mumpuni,mengajar itu harus penuh dengan jiwa seni, dan tentu saja dibarengi dengan hati yang ikhlas dan penuh rasa tanggung jawab baik dunia dan akhirat,dan kini di depan mataku terdapat tugas-tugas yang lain yakni teaching-teaching yang lain seperti contextual teaching and learning dan lain-lain.

“aduh Ibu jangan tinggalkan Rani”

Bu, jangan lupakan eva ya!”

“Iya, Bu jangan lupakan Zahra juga ya!”

“Bu, kalau Ibu ada tugas mengajar lagi,jangan lupa mengajar lagi disini ya Bu!”

“Ibu, maafkan semua kesalahan kelas A ya, saya sebagai ketua murid kelas A merasa bersalah tidak bisa apa-apa kalau anak-anak pada nakal”

“Ibu itu terlalu baik dan terlalu sabar”

“Ibu harus lebih tegas lagi sama murid –murid yang nakal Bu!”

“Ibu, terimakasih, karena Ibu , Nida bisa menemukan arti hidup Nida dan arti kasih sayang yang sebenarnya, maafkan Nida, doakan Nida, dan jangan lupakan Nida ya Bu”

Itulah sebagian dari kesan dan pesan yang ditulis murid-muridku ketika kami hampir mendekati pekan perpisahan.

Dan akhirnya pekan itupun tiba,pekan dimana aku dan teman-teman sekampusku  harus meninggalkan  murid-murid “sementaraku”itu. Rasa sedih yang teramat mendalam terlihat di wajah murid-muridku terutama murid perempuan apalagi yang sudah terbiasa manja ,akrab, dan sering sharing dengan ku, dan guru-guru pamong yang lain terutama guru pamong ku yang telah memberikan banyak ilmu mengajar kepadaku terlihat sedih juga karena mungkin selama ini ia merasa terbantu juga dengan keberadaan ku, Kulihat Nida menangis tersedu-sedu, begitupun Rani.

Salam, peluk erat dan jabat tangan terakhir menggema begitu mengharukan.

Selamat tinggal murid-muridku ,anak-anakku tercinta, …Ibu akan selalu mengingat mu!, doakan Ibu agar menjadi guru yang benar-benar dapat membimbing dan mendidik serta bisa mempertanggungjawabkannya di dunia dan akhirat..dan Ibu akan menyeru kalian untuk selalu belajar selembut seruan Nya dalam surat Maryam …Nidaa ankhofiyya….dengan seruan yang lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun